Hujan Orang Kaya

Suhari Ete
Sekretaris Umum Perhimpunan Jurnalis Rakyat Tinggal di Batam - Kepulauan Riau
Konten dari Pengguna
12 Maret 2019 13:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Suhari Ete tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Hujan Orang Kaya
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Mendung tebal di depan kami, ketika aku dan anak ragilku Rere dalam perjalanan menuju Batu Aji, udara sejuk berubah seketika menjadi dingin ketika motor yang kami kendarai sampai di depan Legenda Malaka. Lampu motor yang tadi kumatikan kini ku hidupkan kembali berhubung jarak pandang yang semakin pendek. Beberapa kendaraan mulai mengurangi kecepatan, sebagian memilih menepi dan mengenakan jas hujan.
ADVERTISEMENT
Benar saja, buliran hujan segera menampar kami ketika perjalanan baru sampai di kepri mall. Ku coba sedikit menambah kecepatan laju motor bututku, ku lihat di depan sana hujan belum turun. Di belakang kami hujan semakin deras, bulirannya seperti serbuan senapan serbu yang di muntahkan dari langit, mengingatkanku pada adegan film action ketika sang jagoan dengan gagahnya berlarian menghindari tembakan musuh.
“ Re, Motor Si Mael siapa namanya”? tanyaku pada Rere
“Marko?” Jawabnya
“Bukan” Kataku lagi. Aku ingat aksi si Maell Lee di Instagram dengan motor smashnya . sama seperti motorku. Gayanya dalam berkendara yang ciamik meski dengan motor butut setidaknya menaikkan pamor motor smashku (he.he). Nama Maell Lee kini tengah naik daun. Dia merupakan salah satu selebgram yang populer dengan konten-konten video yang berbeda dengan selebgram lainnya. Konten yang dibuatnya sangat menghibur karena berisi aksi-aksi jenaka. Tidak hanya itu, Maell Lee juga sering melakukan aksi-aksi yang berbahaya. Hal tersebutlah yang membuat namanya kini dikenal oleh banyak orang, termasuk para selebriti. Bahkan saat ini akun Instagramnya telah memiliki lebih dari 3 juta pengikut.
ADVERTISEMENT
Lupakan Maell Lee, toh motorku tidak sekencang motor Maell lee meski sama sama Suzuki Smash, bisa saja jika di paksakan, tapi tidak jamin nanti bautnya beterbangan.
Sampai di simpang dam, ternyata hujan telah berhasil mengejar kami, dan terpaksa kami berteduh di sebuah bengkel motor sampai hujan teduh. Kami memandang hujan yang terus mengguyur jalanan, daun-daun gugur menderai terbawa air hujan. Menutupi selokan kecil yang ada di sisi utara sebuah trotoar yang berjarak tak jauh dari kami. Jalan itu tak pernah lepas dari pandanganku. Pohon-pohon hijau yang kemarin tinggi itu sudah lama ditebang. Kayu-kayu nya masih ada di sana, di sebelah pintu masuk sebuah gudang barang bekas. Sedari tadi angin berhembus cukup dingin. Daun-daun yang tadinya masih bertengger di ujung ranting, akhirnya terlepas juga
ADVERTISEMENT
Di sisi langit barat, banyak awan yang menggantung berkerumun. Abu-abu warnanya. Sepertinya hujan masih akan lama.
“ Re..” Aku mengejutkan Rere yang duduk sambil merangkul lutut dengan kedua tangannya.
“Apa Pa” Jawabnya malas
“ Kelak kalau kamu jadi orang kaya, jadilah orang kaya yang bermanfaat” Tuturku kepadanya. Entah kenapa tiba-tiba aku ingin mengajarinya tentang hal ini.
“ Kekayaan seseorang tidak di ukur dari seberapa banyak harta yang berhasil di kumpulkannya, tadi seberapa besar manfaatnya bagi orang lain, orang orang yang memerlukan bantuan “ Lanjutku.
“kalau kamu kaya, carilah saudaramu yang perlu bantuan, jangan menunggu mereka teriak dulu baru kamu bantu” Ungkapku.
“Jangan pernah berpikir seolah harta yang kamu punya adalah hasil jerih payah sendiri”
ADVERTISEMENT
“Demikian pula sebaliknya , jika kamu miskin jadilah orang miskin yang bermartabat.. “Tuturku sambil menahan bibit bibit air mata yang akan mulai tumpah. Aku tak sanggup lagi meneruskannya
Rere hanya terdiam memandang hujan yang terus turun.