Konten dari Pengguna

Indie, Senja dan Tai Anjing

Suhari Ete
Sekretaris Umum Perhimpunan Jurnalis Rakyat Tinggal di Batam - Kepulauan Riau
14 Mei 2020 11:15 WIB
clock
Diperbarui 29 Juni 2020 11:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Suhari Ete tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di kanal Youtube, lagu “Senja Senja Tai Anjing”. Lagu yang dipublish oleh chanel Project Hambalang ini sudah ditonton 1.2 juta kali dan mendapatkan like sampai 76k.
ADVERTISEMENT
Sepertinya penulis lagu ini benci banget dengan senja, atau apapun yang berbau senja yang menjadi tema kebanyakan karya karya musik indie.
Di jalur Indie, perjuangan para musikus untuk dikenal masyarakat luas terasa lebih berat. Tapi, justru itu daya tariknya. Karena seperti kata pepatah, berbahagialah dia yang makan dari keringatnya sendiri bersuka karena usahanya sendiri dan maju karena pengalamannya sendiri.
Mungkin, bagi sebagian orang, Indie hanyalah kopi dan senja padahal Indie adalah semangat juang untuk terus berkarya tanpa dikekang selera pasar, masyarakat, juga omongan netizen.
Melabelkan diri sebagai anak senja adalah hak setiap orang. Apa lagi mereka melabelkan dirinya di sosial media yang biasanya mencantumkan “penikmat senja” di bio mereka.
ADVERTISEMENT
Kalian bebas berbuat apapun disana karena itu punya kalian. Jadi sah-sah saja kalau mereka melabelkan diri sebagai “penikmat senja”.
Banyak orang yang cuma ikut-ikutan jadi penikmat senja tapi tidak tahu arti atau maksud dari penikmat senja itu sendiri. Gara-gara temennya melabelkan diri jadi “penikmat senja” dan terlihat keren, jadi banyak orang juga ikutan melabelkan dirinya sebagai “penikmat senja”.
Boleh saja melabelkan diri sebagai “penikmat senja”, tapi seharusnya juga tahu arti dan maksud dari label “penikmat senja” itu. Jangan modal ikut-ikutan saja atau agar terlihat puitis, itu membuat diri menjadi tidak original.