Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Menjadi Kakek
28 Desember 2020 11:51 WIB
·
waktu baca 6 menitDiperbarui 23 September 2021 14:25 WIB
Tulisan dari Suhari Ete tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
“Bro, nanti jam 4 jangan lupa kita ada rapat, kamu kan sudah punya cucu, takutnya lupa nanti” Ungkap kawanku
ADVERTISEMENT
“ Becanda bro, ha..ha..ha “ Tambahnya
Busyet pikirku..
Menjadi kakek di usia ku yang 40an ini sepertinya akan banyak cerita
Menjadi tua adalah kepastian, menjadi dewasa adalah pilihan. Begitu kata sebuah iklan.
Memang semua manusia akan melewati fase-fase dalam kehidupan, yang harus dipersiapkan dengan baik. Tak terkecuali saya, di usia saya yang sekarang sudah 40an tahun ini, kini sudah bergelar kakek, pun istri saya yang berusia 30an kini sudah bergelar nenek.
Dulu saat pengantin baru, kita memiliki situasi yang khas. Setelah istri hamil, suasana sudah sangat berbeda.
Saat lahir anak pertama, semakin lengkap kebahagiaan itu.. Suasana keluarga yang memiliki bayi, dengan ketika anak sudah remaja dan dewasa, sangat berbeda.
ADVERTISEMENT
Suasana keluarga dengan satu anak, berbeda dengan ketika memiliki dua, tiga, empat bahkan lebih, anak. Keluarga dengan anak-anak yang masih usia sekolah, berbeda dengan ketika anak-anak sudah mandiri dan menikah, hidup terpisah dari orang tua. Seperti yang saya rasakan sekarang
Setiap saat selalu mengalami fase dan suasana kehidupan yang sangat berbeda. Hingga akhirnya menjadi tua, memiliki menantu, dan akhirnya mempunyai cucu.
Ini menjadi sebuah perubahan yang sangat nyata dalam perjalanan suatu keluarga, Menjadi kakek dan nenek, adalah hal yang baru, berbeda dengan ketika dirinya menjadi ayah dan ibu dari anak-anak yang lahir dalam perkawinan mereka.
Pembelajaran harus selalu berlanjut, karena akan selalu bertemu dengan hal-hal baru, suasana baru, kondisi baru, tantangan baru. Oleh karena itu juga memerlukan ilmu baru.
ADVERTISEMENT
Dilihat dari status dalam keluarga, kakek dan nenek yang hidup mandiri dalam sebuah rumah, tentu masih memiliki peran dan tanggung jawab dalam ruang lingkup rumah tangga yang mereka bangun sendiri. Namun dalam kaitan dengan rumah tangga yang dibangun oleh anak-anak mereka, kakek dan nenek bukanlah pemeran utama, bukan pula kepala rumah tangga. Kakek dan nenek, apabila di masa tua mereka hidup dalam keluarga salah seorang anaknya, hanyalah bagian dari anggota keluarga sang anak tersebut.
Suasana ini adalah hal baru bagi perjalanan hidup, Dulu saat masih muda, mereka demikian power full dan berkuasa, namun saat sudah tua, bahkan dalam keluarga saja mereka sudah tidak bisa mengarahkan sepenuhnya. Untuk itu, perlu penyesuaian yang memadai, agar hubungan kekeluargaan antar-generasi tetap terjalin dengan bagus dan tidak menjurus kepada hubungan yang negatif.
ADVERTISEMENT
Hendaknya juga dipahami hubungan dan peran sebagai kakek atau nenek. Jangan pernah lupa bahwa ada perbedaan mendasar antara menjadi orang tua dan menjadi kakek-nenek.
Cucu adalah anak dari kedua orang tuanya, sehingga seluruh tanggung jawab pendidikan dan pengasuhan sepenuhnya menjadi tanggung jawab orang tuanya.
Jika hubungan ini tidak dipahami dengan jelas, bisa timbul konflik antara kakek nenek dengan orang tua si cucu. Seakan-akan berebut dalam hak pendidikan dan pengasuhan.
Seringkali orang tua dari si cucu merasa kakek nenek terlalu mencampuri dalam hal mengurus anak. Atau ada konflik “visi” dalam pendidikan anak. Orang tua memiliki idealisme sendiri dalam proses pendidikan anak mereka sesuai dengan tantangan zamannya, sementara kakek dan nenek selalu berorientasi kepada masa lalu. “Dulu, mendidik anak itu tidak begitu caranya”, begitu kakek dan nenek mengekspresikan perbedaan itu.
ADVERTISEMENT
Benturan seperti ini bisa dihindari dengan memberikan hak sepenuhnya kepada orang tua untuk mendidik anak mereka. Kakek dan nenek sebaiknya mengambil sikap mendukung secara positif.
Tentu saja tetap boleh memberikan masukan untuk mengingatkan agar keluarga yang dibentuk anak-anaknya selalu berada dalam koridor kebaikan. Namun jangan sampai mengambil alih peran pendidikan dan pengasuhan, yang menyebabkan orang tua dari si cucu merasa tercerabut haknya untuk mendidik anaknya sendiri.
Komunikasi yang bagus menjadi hal yang sangat penting dalam berhubungan dengan anak dan cucu. Jangan mengambil alih peran orang tua si cucu dalam pendidikan dan pengasuhannya, walaupun kakek dan nenek merasa lebih baik dalam mengasuh anak. Semua orang tua yang baru memiliki bayi, akan mengalami rasa gamang sehingga memerlukan dukungan positif dari keluarga besar. Orang tua harus diberikan kesempatan belajar seluas-luasnya, bahkan ketika harus melakukan kesalahan dalam pola pendidikan, untuk bisa mengambil pelajaran terbaik.
ADVERTISEMENT
Menjadi kakek dan nenek adalah peristiwa yang wajar, natural dan bahkan merupakan anugerah serta kenikmatan dari Tuhan YME. Tidak semua orang diberi kesempatan dan umur panjang untuk menimang dan membersamai cucu. Maka hendaknya disyukuri dan dinikmati, bahwa posisi sebagai kakek dan nenek adalah hal indah yang Tuhan berikan dalam sebuah keluarga. Jangan takut dan cemas memiliki status baru sebagai kakek dan nenek.
Kakek dan nenek yang meluangkan waktu dan senang untuk menemani kegiatan cucu, akan memberikan pengaruh positif dalam hubungan di antara mereka. Walaupun dunia kakek dan nenek sangat berbeda dengan dunia si cucu, namun selalu ada hal yang bisa menghubungkan di antara mereka.
Kakek dan nenek yang bersedia menghadiri pertandingan olah raga atau pertunjukan seni si cucu, akan sangat membahagiakan kedua belah pihak. Bukan hanya membahagiakan cucu, namun juga membahagiakan kakek dan nenek.
ADVERTISEMENT
Kakek dan nenek harus menjadi teladan bagi sang cucu dalam kebaikan. Kakek dan nenek yang rajin beribadah, akan memberikan pengaruh positif bagi cucu. Mengajak cucu ke tempat ibadah, melatih cucu melakukan rutinitas ibadah, mengajak cucu senang membantu orang lain, adalah aktivitas yang akan sangat membekas pada cucu hingga dewasa kelak. Interaksi seperti ini akan sekaligus menguatkan spiritualitas sang cucu sejak masih kecil. Memberikan contoh dengan sikap dan perbuatan nyata, lebih bermakna daripada sekedar kata-kata.
Kakek dan nenek juga harus menunjukkan kepada cucu, bahwa walaupun mereka sudah berusia lanjut, namun hidup bisa tetap penuh dengan aktifitas dan semangat. Bukan orang yang hanya duduk-duduk sambil menonton TV dan tidak memiliki kegiatan produktif.
ADVERTISEMENT
Kakek dan nenek bisa memberikan contoh bahwa mereka tetap belajar, membaca buku, mengikuti kegiatan kemasyarakat, kegiatan organisasi, dan aneka kesibukan lain yang positif dan produktif.
Salah satu hal yang membahagiakan orang di masa tuanya adalah tetap produktif dan bermanfaat bagi orang lain. Ternyata, hubungan erat antara kakek-nenek dan cucunya memiliki peran yang sangat penting dalam keharmonisan dan kesehatan keluarga. Penelitian ilmiah menemukan, kualitas hubungan antara generasi kakek-nenek dan cucu ini memengaruhi kesejahteraan mental keduanya.
Para peneliti mempelajari 376 kakek-nenek dan 340 cucu. Kesehatan mental mereka dipantau sejak tahun 1985 sampai 2004. Peneliti menemukan, kakek-nenek dan cucu yang akhirnya dewasa yang memiliki kedekatan secara emosional memiliki lebih sedikit gejala depresi, demikian dilaporkan Sara Moorman, profesor sosiologi di Boston College, Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Peneliti mengatakan, hubungan antara anggota keluarga meningkatkan tingkat harapan hidup. Hubungan ini bisa menjadi sumber dukungan di seluruh kehidupan masyarakat. Hasil penelitian juga menunjukkan, selain menjaga kesehatan mental, kedekatan emosional ini akan membuat kakek-nenek merasa berharga. Misalnya ketika kakek dan nenek bisa membantu si cucu, meski si cucu sudah beranjak dewasa.