Konten dari Pengguna

Nasi Goreng 'Tonjokan'

Suhari Ete
Sekretaris Umum Perhimpunan Jurnalis Rakyat Tinggal di Batam - Kepulauan Riau
5 April 2020 7:22 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Suhari Ete tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Nasi Goreng 'Tonjokan'
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
"Mas cepat makannya, habis itu temanin Dinda ke pasar"
ADVERTISEMENT
"Ini suap apa tonjokan?" Entah dari mana terlintas tiba-tiba keluar kata "Tonjokan" dari mulut ini.
Tonjokan yang saya maksud secara umum berarti pukul-pukulan, melainkan hantaran makanan kepada kerabat dekat, tetangga, ataupun sahabat dari seseorang yang hendak mengadakan hajatan atau perayaan besar, seperti pernikahan atau khitanan. 
Tradisi tonjokan ini adalah salah satu warisan budaya yang hingga sekarang masih dipertahankan oleh sebagian masyarakat Jawa.
Di kota-kota kecil di pulau Jawa, apabila sebuah keluarga akan mengadakan hajatan, biasanya mereka akan melakukan tonjokan
Pengiriman makanan kepada tetangga sekitar, tonjokan diartikan pula sebagai pemberitahuan sekaligus undangan untuk menghadiri acara hajatan yang diadakan oleh keluarga "penonjok" tersebut.
Sebagian orang memang ada yang mengirimkan tonjokan sebagai ganti undangan formal, sembari mengirimkan makanan hantaran tersebut, si pengantar menyampaikan maksud si empunya hajat kepada penerima "tonjokan".
ADVERTISEMENT
Tonjokan bisa juga merupakan sebuah undangan yang bersifat lebih personal.
Dengan mengirim tonjokan, yang punya hajat menunjukkan bahwa dirinya benar-benar mengharapkan kehadiran si penerima. Tidak semua orang menerima tonjokan, hanya mereka yang hubungannya benar-benar dekat dengan yang punya hajat dan orang yang di harapkan kedatangannya yang akan menerima "tonjokan".
Di samping sebagai undangan, hantaran itu juga sebagai bentuk ucapan syukur atau permohonan doa restu.
Isi dari tonjokan bermacam-macam. Pada umumnya berisi nasi dan lauk pauk seperti telur, ayam, sambal goreng, bihun, dan lain sebagainya.
Isi tonjokan bisa menggambarkan status sosial seseorang. Semakin orang tersebut terpandang, biasanya isi tonjokannya pun semakin banyak dan bervariasi
Bagi mereka yang telah menerima "tonjokan", mereka memiliki kewajiban untuk datang. Jika tidak datang, hal tersebut bisa membuat si "penonjok" akan kecewa.
ADVERTISEMENT
Selain keharusan untuk datang, biasanya penerima tonjokan, secara tidak langsung juga diharapkan memberikan balasan yang pantas ketika menghadiri hajatan tersebut.
Perihal nasi goreng "tonjokan" di atas, sepertinya ada unsur pemaksaan halus agar saya bisa ikut ke pasar hari ini, yang sebenarnya itu sudah tanggung jawab saya apalagi di tengah wabah COVID-19.
Ilustrasi nasi goreng Foto: Dok. Thinkstock