Konten dari Pengguna

Belajar Lari (1): Berat Badan, Problem Utama Pekerja

Suhartono
Runner. BNI.
23 September 2022 10:59 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Suhartono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Perubahan sebelum dan setelah aktif berlari
zoom-in-whitePerbesar
Perubahan sebelum dan setelah aktif berlari
ADVERTISEMENT
Selain target bisnis, dapat dikatakan bahwa problem utama para pekerja saat ini adalah berat badan. Obesitas. Itu adalah rata-rata kesimpulan hasil Medical Check Up rutin tahunan.
ADVERTISEMENT
Itu juga yang (pernah) menjadi problem saya.
Oleh karena itu, awal tahun 2019, sekitar 3 tahun yang lalu, saya membuat resolusi untuk berubah:
"Menjaga kebugaran dan berat badan dengan rutin jogging."
Mudah diucapkan sih, tapi apakah mudah pula untuk dilakukan?
Nah, pada kesempatan kali ini, saya ingin menceritakan "keberhasilan" saya mengelola berat badan. Selama 3 tahun terakhir ini, saya berhasil menurunkan berat badan sekitar 6 kg. Dari 69 kg menjadi 63 kg.
Salah satu hal yang saya inginkan saat itu adalah bagaimana caranya agar badan saya selalu sehat, bugar dan tidak overweight. Minimal berat badan tidak nambah lagi. Syukur bisa turun.
Apalagi, usia saya sudah melewati angka 50. Angka yang mestinya menjadi penyadar, bahwa saya sudah masuk kategori tua. Harus mulai tahu diri. Keharusan menggunakan kacamata plus ketika membaca, menunjukkan bahwa pesan itu semakin jelas.
ADVERTISEMENT
Namun, upaya melakukan perubahan pada diri sendiri itu, dihadapkan pada tantangan : sulit konsisten dan disiplin untuk mengupayakan perubahan itu. Banyak kendalanya : malas bangun pagi, lebih asyik akses media sosial, capek bekerja, dll.
Empat tahun lalu, ketika masih di Sumbawa, sebenarnya saya sudah mulai "belajar" menjaga berat badan dan kesehatan, yaitu dengan cara ikut klub hash. Jalan kaki seminggu 3 kali pada pagi hari, ditambah 1 kali seminggu pada Minggu siang.
Lumayan. Selain mendapatkan kondisi badan yang cukup prima, saya bisa mendapatkan foto special: sunrise pagi hari. Foto itu selalu menjadi pendamping sharing rutin di media sosial saya : #Kutipan hari ini. Hingga saat ini.
Seiring berjalannya waktu, setelah beberapa personel utama klub hash pindah keluar kota dan kesibukan kerja, aktivitas hash juga semakin jarang.
ADVERTISEMENT
Selain hash, saya juga main tenis seminggu sekali. Yang saya rasakan, setiap selesai main tenis, badan capek luar biasa. Aktivitas tenis itu mulai berkurang, ketika saya terkena "Tennis Arm". Itu adalah cidera khas pemain tenis di siku yang mengharuskan istirahat tidak main tenis selama minimal 3 bulan berturut-turut.
Efek lanjutannya, berat badan saya yang sebelumnya stabil, pelan tapi pasti, bertambah tiada henti.
Nah, pada awal tahun 2019 kemarin, saya mendapatkan SK pindah ke Madiun. Bersyukur karena dekat Jogja. Home Base saya.
Masalahnya, lengan masih cedera sehingga belum bisa main tenis. Juga, belum tahu dan kenal dengan klub hash di Madiun. Akhirnya, saya mencoba untuk melanjutkan aktivitas jalan kaki (hash). Sendiri.
ADVERTISEMENT
Bersambung..