Majid, Pembuat Tungku di Sukabumi, Rindu Anaknya yang Jadi TKW

Sukabumi Update
www.sukabumiupdate.com
Konten dari Pengguna
24 April 2019 17:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sukabumi Update tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Majid (59 tahun) menggenggam foto anaknya yang bekerja di Arab Saudi tapi sudah terputus komunikasinya. Foto: Ragil Gilang/Sukabumiupdate.com
zoom-in-whitePerbesar
Majid (59 tahun) menggenggam foto anaknya yang bekerja di Arab Saudi tapi sudah terputus komunikasinya. Foto: Ragil Gilang/Sukabumiupdate.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
SUKABUMIUPDATE.com - Majid (59 tahun), pembuat tungku dari bahan batu asal Kampung Pasekon, RT 02/RW 03, Desa Kademangan, Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi, merindukan anak pertamanya, Lilis Suryani (37), yang sudah 12 tahun bekerja sebagai tenaga kerja wanita (TKW) di Arab Saudi.
ADVERTISEMENT
Selain ditinggal Lilis, istri Majid sudah meninggal dunia empat tahun yang lalu. Ada keduanya, Nurul (23), tidak pula tinggal bersama Majid karena bekerja di sebuah konveksi di Sukabumi. Majid kini hidup laiknya sebatang kara dan tinggal di rumah panggung berukuran 5,5x10 meter miliknya, yang kondisinya sudah memprihatinkan.
"Kami sangat merindukan Lilis yang bekerja di Jeddah, Arab Saudi, sudah hampir 12 tahun belum pulang," kata Majid, kepada sukabumiupdate.com, Selasa (23/4/2019).
Majid mengaku, selama kurun waktu 10 tahun, komunikasi antara ia dengan Lilis berjalan lancar. Akan tetapi, sudah hampir dua tahun terakhir, Lilis tidak pernah berkabar.
"Terakhir dia menelepon waktu natus (100 hari ibunya meninggal), bahkan dia juga sempat mengirim uang sebesar Rp 2,5 juta," ujarnya lirih.
ADVERTISEMENT
Ia sangat berharap Lilis bisa pulang ke rumah, berkumpul lagi bersama Majid dan Nurul.
"Setiap hari selalu kepikiran, kalau tidak ada kabar begini membuat (saya) was-was. Kalau pun belum bisa pulang, ya setidaknya memberi kabar, mungkin sedikit terobati rasa khawatir ini," pungkasnya sendu.
Tinggal seorang diri, Majid kerap dibayangi ketakutan akan rumahnya yang kapan saja bisa tiba-tiba ambruk. Dinding bilik rumah sudah lapuk, rangka atap bambu dan tiang-tiang kayu rumah sudah keropos. Kondisi itu menyebabkan beberapa genting rumahnya sudah mulai berjatuhan.
Kini, Majid memilih tidur di ruang tengah rumahnya, karena tiga kamarnya juga sudah mengalami bocor di banyak titik saat hujan menerjang.
Reporter: RAGIL GILANG
Redaktur: GARIS NURBOGARULLAH
ADVERTISEMENT