37 Ribu UKMK Jabar Berharap New Normal, Ini Kata Perajin Bambu di Sukabumi

Konten Media Partner
4 Juli 2020 17:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kerajinan bambu hasil karya pemuda Cisolok Kabupaten Sukabumi | Sumber Foto:SUKABUMIUPDATE/NANDI
zoom-in-whitePerbesar
Kerajinan bambu hasil karya pemuda Cisolok Kabupaten Sukabumi | Sumber Foto:SUKABUMIUPDATE/NANDI
ADVERTISEMENT
SUKABUMIUPDATE.com – Pemerintah provinsi mencatat sekitar 37 ribu UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) di Jawa Barat terdampak covid-19. Situasi pandemi membuat UMKM sulit bertahan, dan jika kehidupan masyarakat tidak segera dipulihan sektor ekonomi rakyat ini dikhawatirkan benar-benar kolaps atau jatuh hingga tak mampu bangkit lagi.
ADVERTISEMENT
Hal ini ditegaskan Gubernur Ridwan Kamil saat mejadi narasumber Web Seminar (Webinar) Nasional: UMKM Tangguh Ekonomi Tumbuh di Era Adaptasi Kebiasaan Baru “New Normal New Hope” via video conference dari Gedung Pakuan, Kota Bandung, Rabu, 1 Juli 2020 silam. Emil mengatakan pemerintah provinsi saat ini tengah berupaya mendorong kembali kegiatan ekonomi 37 ribu Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang terdampak pandemi Covid-19.
“Kami sedang melakukan lima upaya,” kata Ridwan Kamil
Dilansir tempo.co dari keterangan Humas Jabar, lima upaya tersebut pertama, memudahkan hadirnya bahan baku yang sulit didapat saat pandemi. Kedua, memudahkan urusan permodalan. Ketiga, melancarkan produksi dan distribusi yang sempat terhambat selama pandemi. Keempat, menstimulasi untuk menaikkan daya beli. Dan kelima, membantu menaikkan omset penjualan.
ADVERTISEMENT
Di webinar yang digelar oleh Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Jabar ini, Emil sapaan Ridwan Kamil juga berujar bahwa pihaknya telah membuka secara bertahap kegiatan ekonomi di Jabar hingga 70 persen.
Salah satu tujuannya, mendorong UMKM agar bisa kembali melakukan kegiatan usahanya dengan baik. Selain itu, pembukaan ekonomi di masa Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) kini juga bertujuan untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi Jabar agar tetap positif.
“(Dampak pandemi) pertumbuhan ekonomi semua daerah menurun dan Jawa Barat mencoba agar tidak turun minus di bawah nol. Kami (Pemda Provinsi Jabar) berjuang agar ekonomi kita bisa tumbuh di atas nol walaupun turun dari angka lima persen (saat 2019),” tutur Emil.
Emil pun meminta kepada para pelaku UMKM di Jabar agar bisa menyesuaikan diri dengan era disrupsi, khususnya disrupsi bidang teknologi digital, dengan menggunakan sistem digital dalam ekosistem usahanya. Menurut Kang Emil, ekosistem digital penting untuk memperkuat pemasaran UMKM.
ADVERTISEMENT
“Kita boleh kaget dengan disrupsi, tapi siap tidak siap interupsi (yang menyebabkan disrupsi) itu akan hadir, apakah oleh interupsi kesehatan, teknologi, atau sosial politik. Untuk itu saya berpesan, UMKM di Jawa Barat harus siap dan memiliki ketangguhan terhadap interupsi tadi. Pasca-COVID-19 ini akan menunjukkan, siapa yang dekat dengan teknologi hidupnya lebih mudah dan yang jauh dari teknologi akan lebih sulit (bertahan),” katanya.
Untuk memulihkan ekonomi koperasi dan UMKM di Jabar, Pemda Provinsi Jabar juga sedang menyiapkan pembentukan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).
“Jadi, nanti sumber pendanaan tidak hanya perbankan konvensional. Kami juga akan melakukan pembentukan BLUD sebagai pembiayaan dari dana pemerintah untuk memfasilitasi pembiayaan pemasaran (bagi koperasi dan UMKM),” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Di masa pandemi ini, Emil pun tidak memungkiri adanya pergeseran perilaku konsumen yang muncul akibat keterbatasan pergerakan atau mobilitas karena kekhawatiran terhadap ancaman kesehatan. Meski begitu, Emil mengatakan, hal itu bisa menjadi peluang usaha bagi para pelaku UMKM, antara lain pasar dan belanja online, bisnis dan jasa pengantaran barang, home service atau delivery, bisnis makanan beku, sekolah atau kursus online, produksi fashion baru berupa masker dan face shield, konsumsi jamu, herbal, rempah-rempah, halal produk, solo travel, dan bisnis baru di produksi dan industri kesehatan.
Selain itu, sektor pertanian juga menjadi sektor yang paling tangguh selama Covid-19. Jadi, peluang urusan makanan jika digabung dengan teknologi juga menjadi peluang bisnis yang besar untuk masa depan UMKM di Jawa Barat,” ucapnya.
ADVERTISEMENT
Apa yang diungkapkan Emil soal model pemasaran online bagi UMKM sebagai harapan baru ditengah pandemi dibenarkan oleh Doni Sutiandi (21 tahun) pemuda asal Kampung Pasir Talaga RT 03/05, Desa Cicadas, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Dodi adalah pemain baru didunia UMKM Kabupaten Sukabumi, yang fokus pada produk kerajinan berbahan baku bambu hitam.
Hiasan dan perabotan rumah tangga karya Doni ternyata dapat diterima pasal. Ia hanya mengandalkan model pemasaran daring atau online, dari satu grup medsos ke grup medsos lainnya.
“Alhamdulilah selama pandemi, penjualan tidak terlalu pengaruh bahka lebih baik dari sebelumnya,” jelas Doni saat berkunjung ke kantor redaksi sukabumiupdate.com, Sabtu (4/7/2020).
Ia bahkan mampu meraup uang dari jualanan online hingga Rp 5 juta salam tiga bulan terakhir. “Produk saya sampai ke Aceh, sumatera dan kota kota di Jawa,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Redaktur: FIT NW