Ironi di Balik Prestasi Tim Arung Jeram Putri Sukabumi di Kancah Dunia

Konten Media Partner
24 Mei 2019 9:25 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Potret Tim Arung Jeram Putri U-23 Indonesia asal Cikidang, Kabupaten Sukabumi, usai menaklukan Tully River di Queensland, Australia, dalam ajang bergengsi World Rafting Championships (WRC) 2019. | Sumber Foto: Istimewa.
zoom-in-whitePerbesar
Potret Tim Arung Jeram Putri U-23 Indonesia asal Cikidang, Kabupaten Sukabumi, usai menaklukan Tully River di Queensland, Australia, dalam ajang bergengsi World Rafting Championships (WRC) 2019. | Sumber Foto: Istimewa.
ADVERTISEMENT
SUKABUMIUPDATE.com - Tujuh remaja putri asal Cikidang, Kabupaten Sukabumi, menorehkan prestasi membanggakan di kancah internasional. Mereka adalah Selawati Solihin, Andara Rizma, Lista Natasya Peniawat, Nita Karlina, Siwi Widiastuti, Siti Nurranti, dan Dhika Aulia Qotrunnada.
ADVERTISEMENT
Ketujuh remaja putri itu tergabung dalam Tim Arung Jeram Putri U-23 Indonesia (Junior Women) yang mengikuti Kejuaraan Dunia Arung Jeram atau World Rafting Championships (WRC) 2019 di Tully River, Queensland, Australia, pada Kamis (16/5) hingga Minggu (19/5).
Dalam ajang bergengsi dua tahunan itu, Tim Arung Jeram Putri U-23 Indonesia mendulang dua medali emas, satu perak, dan satu perunggu. Dua medali emas ditorehkan dari nomor kategori sprint dan slalom. Satu medali perak didapat dari nomor kategori head to head. Satu medali perunggu diraih dari nomor kategori Down River Race (DRR).
Dalam ajang itu, lawan mereka tidaklah enteng. Mereka harus menghadapi tim dari Selandia Baru, Britania Raya, Jepang, dan tuan rumah Australia.
ADVERTISEMENT
Kamis petang (23/5), seluruh kontingen dikabarkan telah pulang kembali ke Tanah Air. Kedatangan para juara itu disambut oleh perwakilan Pemkab Sukabumi beserta elemen lainnya di Bandara Soekarno-Hatta.
Namun, di balik keberhasilan tersebut, ada perjuangan berat dan perjalanan panjang yang mesti ditempuh. Ini bukan hanya perihal lawan-lawan tangguh, tapi banyak cobaan lain, salah satunya adalah kendala biaya.
Pelatih kepala sekaligus ketua kontingen, Nanang Suryana, mengisahkan bahwa pada H-1 jelang keberangkatan ke Australia, seluruh kontingen hampir saja urung berangkat lantaran minim biaya. Nanang mengaku, fenomena semacam itu kerap dialami setiap menjelang pemberangkatan.
"Setiap kali kita ikut kejuaraan dunia, sering terkendala anggaran. H-1 sebelum berangkat waktu itu masih pontang-panting cari dana. Untuk tiket diurus federasi, tapi yang lain-lain dikembalikan ke tim. Tapi alhamdulillah, dari federasi telepon ke Bupati Sukabumi, akhirnya pak bupati kasih sejumlah uang dan kita bisa berangkat," ujar Nanang saat dihubungi sukabumiupdate.com, Kamis (23/5).
ADVERTISEMENT
Sementara itu, pelatih Tim Arung Jeram Putri U-23 Indonesia, Aceng Supendi, menjelaskan bahwa ada berbagai tahapan yang mesti ditempuh sebelum bisa berkompetisi di kejuaraan dunia. Tidak sembarang tim bisa mengikuti kejuaraan dunia. Tim Arung Jeram mesti lolos seleksi baik di tingkat regional maupun nasional.
"Satu tahun sebelum kejuaraan dunia, kita latihan terus. Training center di Cikidang. Dalam jangka waktu satu tahun itu latihan setiap hari di Sungai Citarik, atau sesekali di sungai-sungai lainnya. Libur dalam sepekan cuma dua hari," ujar Aceng, Kamis (23/5).
ADVERTISEMENT
Ia berharap, torehan prestasi ini akan semakin membuat pihak-pihak terkait untuk lebih melirik atau bahkan memperhatikan lagi kondisi tim arung jeram asal Sukabumi agar tidak lagi dipandang sebelah mata. Apalagi, ini bukan kali pertama tim arung jeram asal Sukabumi berkompetisi di kejuaraan dunia.
"Mereka ini asli orang Sukabumi. Tim ini didirikan berdasarkan tekad yang kuat. Kita hampir saja batal berangkat gara-gara minim pendanaan. Malah para atlet ini pada jualan kaos untuk biaya latihan. Mereka kumpulin (uang hasil jualan). Kemarin kita minta tolong ke bupati karena ibaratnya sudah mentok minta bantuan ke sana-sini," beber Aceng.
"Sebetulnya, tim arung jeram putri dari Sukabumi ini sudah sangat diperhitungkan oleh negara-negara luar. Tahun 2017 lalu, kejuaraan dunia di Jepang, kita berhasil dapat satu emas dan dua perunggu. Lalu tahun 2015 Indonesia tuan rumah, waktu itu di Sungai Citarik, kita juga juara. Meskipun bukan juara umum, atau juara dunia waktu itu, minimal kita ada dapat emas. Dan yang sekarang ini benar-benar jadi pembuktian," sambungnya.
ADVERTISEMENT
"Untuk sekarang, karena kemenangan terlihat, banyak orang yang bermunculan, kemudian merasa berjasa. Padahal sebelumnya tidak pernah melirik. Nah, harapan kami setelah ini, mudah-mudahan tidak seperti itu lagi. Kemenangan ini tetap kami persembahkan untuk masyarakat Sukabumi dan semua pihak yang sudah men-support kami selama ini. Kami akan terus tingkatkan kemampuan. Doakan dan dukung kami agar di kejuaraan selanjutnya bisa mempertahankan gelar juara dunia," tutup Aceng.