Sate Entok Bumbu Pajampangan, 'Teman' Nasi Liwet Khas Sukabumi

Konten Media Partner
14 April 2019 11:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Proses pembakaran daging Entok | Sumber Foto: Ragil Gilang.
zoom-in-whitePerbesar
Proses pembakaran daging Entok | Sumber Foto: Ragil Gilang.
ADVERTISEMENT
SUKABUMIUPDATE.com - Botram adalah istilah kata Sunda yang merujuk pada tradisi makan bersama. Bagi warga di daerah Pajampangan, Sukabumi, Jawa Barat, bakar daging entok menjadi salah satu menu favorit selain ayam sebagai teman nasi atau liwet saat botram bersama keluarga, baik di tempat wisata maupun pada momen tertentu.
ADVERTISEMENT
Untuk memperoleh daging entok atau itik manila yang empuk untuk dibakar, biasanya entok dipilih yang paling muda, antara lima sampai enam bulan.
"Usia entok itu biasanya warga di Pajampangan menyebutnya manila jumantung," ujar Karwan (37 tahun), warga Kampung Cigelang, Desa Gunungbatu, Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi, Minggu (14/4).
Menurutnya, proses pembakaran daging entok cukup sederhana. Setelah entok disembelih, lalu dibersihkan bulunya. Kemudian entok yang sudah bersih tersebut dipotong-potong dengan ukuran sedang. Akhirnya ditaburi garam dan dibakar dengan ditusuk pakai tusukan bambu atau yang biasa disebut tusukan sate.
"Dari proses awal sampai matang, lamanya diperkirakan satu jam. Entok memang paling nikmat kalau diolahnya dibakar. Adapun bumbunya tergantung selera, begitu pun dengan sambalnya. Biasanya cukup dengan sambal kecap saja," jelas Karwan.
ADVERTISEMENT
Entok merupakan hewan jenis unggas yang ukuranya lebih besar daripada bebek. Menurut Karwan, biasanya entok jantan beratnya bisa mencapai tiga kilogram, sedangkan entok betina mencapai dua kilogram.
"Kalau dijadikan hewan peliharaan, entok ini bisa mencapai berat tujuh kilogram, sedangkan betina beratnya mencapai lima kilogram. Biasanya entok di Pajampangan dijual per ekor Rp 40 ribu hingga Rp 60 ribu. Namun tergantung dari berat juga," pungkas Karwan.