Aku Mau Pulang Kampung Jika Pandemi Usai

Sukma Gayatri
Mahasiswi jurusan Mass Communication lulusan Universitas Bina Nusantara. Aktif sebagai announcer, mc/vo talent, dan sekarang tengah belajar menekuni dunia jurnalisme.
Konten dari Pengguna
7 Juni 2021 13:43 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sukma Gayatri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pemandangan sunset di Bali. Foto: Kemenparekraf
zoom-in-whitePerbesar
Pemandangan sunset di Bali. Foto: Kemenparekraf
ADVERTISEMENT
Ini adalah rekor tidak pulang kampung terlamaku.
Sejak pandemi virus COVID-19 menyerang Indonesia di bulan Maret tahun 2020 lalu, aku sama sekali belum menginjakkan kaki di kampung halamanku, yakni Singaraja, Bali.
ADVERTISEMENT
Kadang aku merasa iri dengan orang-orang yang tetap “nekat” berlibur ke Bali di tengah pandemi. Sedangkan, keluargaku di sini berusaha untuk menahan diri tidak pulang kampung demi menjaga kesehatan keluargaku yang ada di sana.
Untuk wisatawan yang mengunjungi Bali, mungkin mereka rindu dengan suasana “beach club” atau restoran dan tempat nongkrong hits yang biasanya ada di daerah Denpasar, Ubud, Canggu, dan sekitarnya. Kalau rinduku, tentu saja berbeda.
Aku rindu sekali bangun pagi di rumahku dan disambut dengan jaje (kue) laklak, godoh pisang (pisang goreng), dan nasi kuning tiga ribuan khas Bali yang menjadi sarapan rutinku setiap pagi jika ada di kampung.
Aku rindu jalan-jalan sore ke Pantai Penarukan yang ada di ujung jalan perumahanku sambil ditemani anjing-anjing liar yang suka mengikutiku kalau sedang jalan sore.
ADVERTISEMENT
Aku rindu main dengan keponakan-keponakanku yang suka minta dijajani es krim setiap sore, atau cuma pergi mengikuti aku kemanapun itu.
Aku rindu mengunjungi rumah saudara dari ujung ke ujung (walaupun mungkin aku tidak begitu mengenal mereka), karena hampir seluruh penduduk di Buleleng, Singaraja, itu masih keluargaku.
Hidangan nasi jinggo dari Marriott Bali Nusa Dua Resort Foto: Dok. Marriott Internatonal
Aku juga rindu makan nasi djinggo di perempatan jalan raya Samratulangi yang harganya Rp 5000 saja tapi sudah mengenyangkan perutku dengan beragam lauknya.
Biasanya dalam satu tahun sekali, aku bisa pulang kampung 2-3 kali. Entah bersama keluarga, atau aku sendiri saja (kalau sedang pengin liburan).
Tapi, mau bagaimana? Pandemi belum usai, dan aku tidak bisa egois. Virus ini sangat berbahaya, jangan sampai aku malah bawa penyakit ke kampung halaman.
ADVERTISEMENT
Jadi, ayo kita sama-sama bantu pemerintah dalam mengendalikan virus COVID-19 dengan mematuhi protokol kesehatan, melakukan vaksinasi, menjaga jarak sosial, dan tetap di rumah saja.
Kasihanilah aku dan banyak orang di luar sana yang masih belum pulang kampung sampai saat ini.
Bali, I miss you. Sampai berjumpa lagi jika pandemi usai.