Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Jadi Ini Rasanya Divaksin COVID-19 (Dosis I)
5 Mei 2021 13:01 WIB
Tulisan dari Sukma Gayatri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sudah tidak ada lagi ucapan "Enggak sakit kok, tenang saja, rasanya cuma kayak digigit semut..." seperti waktu aku SD disuntik vaksin.
ADVERTISEMENT
Kamis lalu, 4 Mei 2021, petugas kesehatan yang menyuntikkan vaksin COVID-19 ke lengan kiriku hanya minta aku mengambil napas dalam-dalam.
Dan dalam sekejap, cusss, jarum suntik itu sudah masuk.
Memang terasa sedikit sakit, seperti digigit semut. Tapi gigitan semut rang-rang nyelekit dan ngilu—ini enggak.
Urusan suntik-menyuntik ini tidak sampai lima detik. Cepat sekali. Aku sempat curiga dalam hati: "Sudah, gitu aja?"
"Sudah selesai, silakan menuju ke area observasi ya, mbak. Sehat selalu," Begitulah ucapan penutup dari petugas kesehatan yang menyuntikku.
Aku diminta menunggu selama kurang lebih 15 menit di area observasi, jaga-jaga bila ada respons berlebihan dari tubuhku setelah menerima vaksin COVID-19.
Sambil main handphone dan sesekali memerhatikan sekeliling, aku belum merasakan gejala yang "gimana-gimana".
ADVERTISEMENT
Hanya terasa sedikit nyeri di lenganku dan rasa kantuk yang melanda—ini sepertinya karena aku hanya tidur selama enam jam tadi malam (jangan ditiru, sebelum vaksin harusnya tidur selama delapan jam, ya!)
Saat namaku dipanggil oleh petugas yang berjaga di meja observasi kesehatan, aku lantas menghampirinya. Di sana, aku bersama dua orang lain (yang juga sudah divaksin) ditanya seputar kondisi kita saat itu.
Apakah ada gejala yang timbul setelah divaksin? Dan lain sebagainya. Syukurnya, kami bertiga dalam kondisi sehat dan tidak ada yang mengalami gejala serius.
Pertanyaan observasi kesehatan selesai, petugas lantas memberi sedikit penjelasan kepada kami soal sertifikat vaksin, jadwal vaksin dosis kedua, dan layanan pengaduan pasca-vaksin.
Kondisi sudah dipastikan aman, kami diperbolehkan pulang. Tidak lupa diiringi ucapan penutup dari petugas: "Semoga sehat selalu."
Setelah vaksin, aku tidak langsung pulang. Karena memang sudah ada janji dengan teman.
Gejala KIPI yang Aku Alami
Di perjalanan, gejala KIPI (Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi) mulai terasa. Aku merasa cuaaapekk, seperti habis menempuh perjalanan selama tiga jam—padahal aslinya, dari Balai Kota DKI Jakarta (tempat aku divaksin) ke rumah temanku yang ada di daerah Joglo, Jakarta Barat, hanya sekitar 45 menit saja.
ADVERTISEMENT
Tubuhku lemas, dan pegal di lengan kiriku semakin terasa. Tapi untungnya, aku tidak merasa pusing, mual, demam, atau beberapa gejala lain yang dirasakan orang lain setelah vaksin.
Sesampainya di rumah temanku, aku langsung minta izin untuk rebahan di sofa ruang tamunya. Aku pengin langsung tidur karena ngantuk, tapi ternyata tidak bisa.
Perutku masih keroncongan (padahal sebelum vaksin aku sudah sarapan) dan kalau lapar aku enggak bisa tidur. Jadi, aku putuskan untuk pesan makanan dari aplikasi ojek online.
Setelah menyantap habis mi ayam yang enak itu, aku kembali ke ruang tamu. Temanku masih sibuk kerja, jadi aku ikut terpacu untuk membuat tulisan ini—padahal saat itu, mataku rasanya sudah tinggal lima watt.
ADVERTISEMENT
Intinya, sebagai orang yang baru pertama kali divaksin COVID-19, aku merasa baik-baik saja. Tidak semenyeramkan apa yang dinarasikan orang-orang di media sosial—tapi ingat, gejala pascavaksin setiap orang itu memang berbeda-beda.
Pesanku, buat kamu yang hendak divaksin COVID-19, jangan lupa untuk tidur yang cukup. Minimal delapan jam.
Dan jangan lupa makan!!!—kalau sedang puasa, pas sahur makannya agak dibanyakin, ya.
Oh iya, tambahan, aku juga sempat minum vitamin C sebelum berangkat, biar semakin fit.
Segitu saja cerita pengalamanku saat divaksin dosis pertama, sampai ketemu lagi di episode vaksin dosis kedua.
Jangan takut divaksin! Ciao!