Konten dari Pengguna

Merajut Asa di Mail Jampong, Kalimantan Barat

Suksma Ratri
Senior Communications Officer di Solidaridad Indonesia, sebuah organisasi masyarakat sipil yang bergerak di bidang pemberdayaan petani swadaya, adaptasi perubahan iklim dan keberlanjutan.
11 September 2024 11:03 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Suksma Ratri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Yohana Fitriana Yanti
zoom-in-whitePerbesar
Yohana Fitriana Yanti
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Yohana Fitriana Yanti adalah seorang ibu rumah tangga berusia 47 tahun sekaligus petani perempuan dari desa Mail Jampong di kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Ia dan Putri, putrinya, baru-baru ini bergabung dengan kegiatan proyek Pathways to Prosperity (P2P) yang dijalankan oleh mitra pelaksana Solidaridad, YPSDKK (Yayasan Pemberdayaan Sumber Daya Keling Kumang). Yohana menjadi petani karena orang tuanya
ADVERTISEMENT
juga petani. Ia memiliki lahan seluas 4 hektar; ia menanam kelapa sawit di lahan seluas 2 hektar, dan padi serta sayur musiman di lahan seluas 2 hektar lainnya, sementara suaminya lebih suka mengelola kebun karet. Putrinya juga memiliki kebun seluas satu hektar. Yohana dan Putri bergabung dengan proyek P2P untuk meningkatkan keterampilan mereka dan mendapatkan pengalaman baru. “Semoga dengan memiliki keterampilan tambahan akan berdampak positif pada penghidupan saya dan pendapatan rumah tangga kami,” kata Putri.
Putri
Yohana adalah alumni sekolah lapangan (SL) petani Solidaridad, tempat ia belajar banyak tentang praktik pertanian yang baik. Ia merasa bahwa dengan menjadi petani, ia dapat menjamin ketersediaan pangan bagi keluarganya. “Saya tidak perlu membeli beras dan sayur karena saya dapat memanfaatkan hasil kebun saya. Dan kelapa sawit memberi saya penghasilan tambahan,” tutur Yohana. Namun, menjadi petani tidak selalu menyenangkan. Banyak tantangan yang harus dihadapi. “Sangat melelahkan karena harus berjuang melawan panas, hujan, dan debu setiap hari. Penghasilan juga tidak dapat diprediksi,” tutur Yohana. Tidak heran ketika ia menghadiri sosialisasi proyek P2P, Yohana berharap dapat belajar tentang cara menambah penghasilannya.
ADVERTISEMENT
Selain bertani, Yohana juga tertarik dengan kerajinan manik-manik karena ia sangat menyukai produk dan aksesoris manik-manik. Melalui pelatihan kejuruan yang diselenggarakan oleh YPDSKK, Yohana bersama Putri, putrinya, gadis berusia 25 tahun yang pulang setiap dua minggu dari bekerja di perusahaan yang jauh, memperoleh keterampilan khusus dalam membuat produk manik-manik. “Membuat produk manik-manik merupakan kegiatan yang menyenangkan untuk mengisi waktu luang. Saya juga dapat menghabiskan waktu dengan putri saya dengan lebih berkualitas. Kegiatan ini juga berpotensi untuk menambah penghasilan rumah tangga,” ungkapnya. Yohana dan Putri yakin bahwa keadaan akan membaik setelah adanya jaringan pemasaran.
Menjadi anggota proyek P2P membuat Yohana menyadari bahwa sebelum bergabung, ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan gawainya. “Sekarang, setiap ada waktu luang, kami selalu berpikir bagaimana memanfaatkannya dengan bijak dan produktif.” Ia dan Putri juga menyadari bahwa bergabung dengan P2P memberi mereka manfaat yang cukup signifikan, “Secara ekonomi, saya bisa mendapatkan penghasilan tambahan. Secara sosial, saya punya lingkaran pertemanan baru sekarang. Saya juga mendapat pengetahuan baru. Dan berbicara tentang lingkungan, saya jadi lebih menghargai hasil alam, terutama nyelik batu, bahan untuk membuat manik-manik. Saya sangat termotivasi untuk aktif melestarikan dan mengolahnya,” ungkap Putri. Proyek P2P memberi peluang untuk lapangan pekerjaan baru dan penciptaan usaha rumahan. Namun, untuk membangun usaha rumahan, kata mereka, dibutuhkan dukungan pengadaan bahan dan peralatan lain yang diperlukan.
Tanaman "nyelik batu"
“Yohana dan Putri memulai dari nol. Mereka tidak memiliki keterampilan kejuruan. Kami melatih dan bekerja sama dengan mereka untuk memastikan mereka memperoleh keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan,” kata Hera, dari YPSDKK. “Mereka sekarang menerima pesanan dari desa-desa lain. Kami membantu mereka dalam penjualan dan pemasaran produk melalui berbagai acara seperti Festival Keling Kumang, dan pameran di acara RATNAS INKUR dan RATNAS INKOPDIT. Kami juga akan memamerkan dan mempromosikan produk mereka selama Pameran Hari Koperasi di Pontianak pada bulan Agustus,” lanjutnya.
Yohana berharap putrinya segera dapat mengikuti kelas praktik pertanian yang baik yang diadakan di desa mereka. Meskipun minatnya tinggi, Putri menghadapi tantangan karena jarak tempat kerjanya saat ini yang jauh. Yohana juga berharap mendapat dukungan untuk memperoleh sarana pertanian. “Saya berharap anak-anak muda lebih tertarik pada pertanian karena pendapatan dari sektor ini sebenarnya menjanjikan. Apalagi jika menerapkan praktik pertanian yang berkelanjutan,” kata Yohana. “Anak-anak muda tidak boleh merasa malu untuk memilih menjadi petani. Ini adalah profesi yang mulia, dan kita lebih membutuhkan petani muda saat ini. Mari kita tetap semangat dan bangga sebagai petani muda,” kata Putri di akhir perbincangan.
ADVERTISEMENT