Konten dari Pengguna

Supermarket Alam itu Bernama Tawang Serimbak

Suksma Ratri
Senior Communications Officer di Solidaridad Indonesia, sebuah organisasi masyarakat sipil yang bergerak di bidang pemberdayaan petani swadaya, adaptasi perubahan iklim dan keberlanjutan.
20 April 2024 14:07 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Suksma Ratri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Hutan Tawang Serimbak di Desa Ensaid Panjang, Kab. Sintang, Kalimantan Barat
zoom-in-whitePerbesar
Hutan Tawang Serimbak di Desa Ensaid Panjang, Kab. Sintang, Kalimantan Barat
ADVERTISEMENT
Deforestasi atau penggundulan hutan, merupakan masalah besar di Indonesia yang menyebabkan degradasi lahan yang cukup signifikan. Indonesia memiliki hutan primer seluas 93.8 juta hektar pada tahun 2001, tersebar pada 50% luas daratan yang ada. Namun antara tahun 2002 dan 2022, wilayah ini kehilangan 2.85 juta hektar tutupan lahan, dan sebaran tutupan lahannya menurun sebanyak 18%.
ADVERTISEMENT
Meskipun berhasil mengurangi deforestasi secara signifikan sebesar 64% pada tahun 2020 hingga 2022 (dibandingkan dengan rata-rata tahun 2015-2017) - jauh lebih banyak ketimbang negara lain - Indonesia masih bergelut dengan problematika berkurangnya hutan primer.
Daerah yang terdampak mayoritas dihuni oleh msyarakat adat, yang telah kehilangan mata pencaharain tradisional, hak atas hutan, sumber pangan, dan sumber air mereka.
Di Desa Ensaid Panjang, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, misalnya, masyarakatnya masih melakukan aktivitas pertanian, dan mengambil hasil hutan untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari; serta mengandalkan komoditas karet dan kelapa sawit sebagai sumber pendapatan utama.
Hutan yang terletak di APL (area penggunaan lain), seperti hutan Tawang Serimbak, yang berada di bawah yuridiksi pemerintah kabupaten, menghadapi risiko kehilangan tutupan yang seringkali dibalut dengan kedok pemenuhan kebutuhan pembangunan sektor non-kehutanan.
ADVERTISEMENT
Untung saja tidak semuanya hilang karena wanatani secara bertahap membantu masyarakat Dayak mendapatkan kembali hak atas hutan dan sumber pangan mereka.
Jalur pejalan kaki di dalam hutan Tawang Serimbak
Di Desa Ensaid Panjang, langkah tegas menuju keberlanjutan dan kelestarian telah diambil, seperti yang dicontohkan oleh proyek Hutan Kalimantan (Kalimantan Forest atau Kalfor) Tahap II, yang difasilitasi oleh Solidaridad selama tiga tahun (2020-2023) dengan menggandeng Gerakan Credit Union Keling Kumang (GCUKK) sebagai mitra kolaboratif sekaligus pelaksana lapangan.
Proyek ini mengikuti visi "triple bottom line", yang merangkum integrasi kelayakan ekonomi, tanggung jawab sosial, dan kelestarian lingkungan.
Secara khusus, hutan Tawang Serimbak di desa tersebut kini berdiri sebagai lambang praktik pertanian dan kehutanan berkelanjutan yang dikembangkan oleh warga setempat.
Pohon yang sudah diidentifikasi dan diberi kode QR untuk memudahkan penelusuran informasi
Dengan keanekaragaman hayati yang luar biasa, terdapat 49 spesies tanaman obat yang telah teridentifikasi, Tawang Serimbak menyandang status proyek perhutanan sosial bersertifikat, yang mencakup lahan hutan selauas 34 hektar.
ADVERTISEMENT
Di sini, masyarakat Dayak D'esa telah menerapkan berbagai sistem pemanfaatan lahan hutan yang menunjukkan pendekatan multijalur dalam pengolahannya. Selain itu, Solidaridad juga menerapkan pendekatan yang bertujuan untuk mengendalikan siklus kemiskinan ekologis akibat praktik monokultura yang menggunakan bahan kimia secara intensif, sehingga menyebabkan deforestasi dan degradasi lahan lebih lanjut.
Tujuan utamanya adalah untuk memperkuat perencanaan pengelolaan hutan, dan menjaga sekaligus melestarikan jasa ekosistem dan keanekargaman hayati yang bernilai tinggi.
Perempuan penenun tradisional di Desa Ensaid Panjang, Kalimantan Barat
Di Desa Ensaid Panjang sendiri, Solidaridad telah menerapkan proses terstruktur yang mencakup komponen-komponen penting seperti pelatihan pemetaan lahan, wanatani, aspek teknis, pendidikan ekowisata, pengenalan tanaman pewarna alami, dan penguatan tata kelola kelembagaan dalam komunitas pengelola hutan.
Dua intervensi besar telah dilakukan di kalangan masyarakat:
ADVERTISEMENT
Produk hasil diversifikasi tenun ikat di Desa Ensaid Panjang, Kalimantan Barat
Proyek ini telah memberikan hasil positif bagi 192 keluarga di desa tersebut, yang dibuktikan dengan peningkatan produktivitas pertanian dan hutan, pendapatan tambahan yang dihasilkan dari usaha pariwisata dan kerajinan tangan, serta pengelolaan sumber daya alam yang lebih berkelanjutan. Sorotan lainnya meliputi:
ADVERTISEMENT
Buah karya para penenun tradisional yang telah menjalani pelatihan diversifikasi produk
Berfokus pada pemberdayaan penenun tradisional, kegiatan ini menghidupkan kembali seni tenun ikat dengan menggunakan pewarna alami yang bersumber dari hutan Tawang Serimbak.
ADVERTISEMENT
"Saya bersyukur dan senang sekali bisa menerapkan ilmu yang saya peroleh dari pelatihan diversifikasi produk (Solidaridad). Pelatihan tersebut benar-benar memperluas wawasan saya, dan memotivasi saya untuk menghasilkan produk yang lebih baik dan lebih kreatif," kata Lidwina Rema, seorang perempuan penenun tradisional dari Ensaid Panjang yang kini menjajaki lebih banyak cara dan jenis produk untuk memenuhi minat wisatawan.
Lidwina Rema, penenun tradisional dari Desa Ensaid Panjang memamerkan hasil karyanya
Ada juga elemen ekologis dalam hal ini. Sumber pewarna alami yang dipakai untuk tenun ikat di Ensaid Panjang bergantung pada aktivitas para peramban yang mengumpulakan berbagai jenis daun dari hutan.
Untuk Tawang Serimbak, daun engkerbang dan tarum diramban dan dikumpulkan dari hutan untuk kemudian dibawa kembali ke Rumah Betang di desa, lalu diolah oleh para perempuan menjadi bahan pewarna alami yang digunakan untuk produk tekstil.
ADVERTISEMENT
Sembai, warga Desa Ensaid Panjang yang sehari-hari meramban di hutan mengatakan, "Hutan itu ibarat supermarket alam. Apa pun yang kami perlukan - makanan, obat-obatan, bahkan bahan baku untuk membangun rumah atau membuat perabot - semua tersedia. Kita bisa memanfaatkan sumber daya hutan secara bijak dan lestari. Dan sangat penting untuk tetap menjaga agar hutan dalam keadaan baik,"
Sembai, warga Desa Ensaid Panjang, meramban di hutan Tawang Serimbak
Ke depannya, kegiatan wanatani yang dijalankan diupayakan untuk membangun model ekowisata berkelanjutan, khususnya di kawasan hutan Tawang Serimbak yang subur dan hijau.
Namun, meski sudah teridentifikasi ada 140 titik potensi wisata di Kabupaten Sintang, masih perlu dilakukan sosialisasi dan komunikasi kepada warga setempat sebelum melaksanakan upaya ekowisata.
Oleh karenanya, pelatihan dan diskusi telah dilaksanakan untuk memfasilitasi hal-hal berikut:
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
"Langkah yang kami lakukan di Desa Ensaid Panjnag telah menunjukkan komitmen kami dalam menciptakan lingkungan di mana pertumbuhan ekonomi, tanggung jawab sosial, dan kelestarian lingkungan hidup berdampaingan secara harmonis," kata Billy M Hasbi, Head of Programme Operations dari Solidaridad Indonesia.
Berkaca pada perjalanan sejauh ini, ia menambhakan, "Keberhasilan ini merupakan bukti kekuatan kolaborasi, pengetahuan tradisional, dan inovasi. Kami tetap berkomitmen untuk melanjutkan upaya ini, memperkuat ketahanan masyarakat terhadap perubahan iklim, dan menjaga hutan Tawang Serimbak sebagai warisan hidup yang berharga."