Konten Media Partner

Berburu Ikan Penja, Ikan Seribu Khas Sulbar dan Pesisir Palu

15 Juni 2021 13:57 WIB
ยท
waktu baca 1 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Nelayan membongkar muat ikan penja atau ikan seribu dari atas perahunya di Mamuju, Sulawesi Barat, Selasa (08/06/2021). Foto: Akbar Tado/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Nelayan membongkar muat ikan penja atau ikan seribu dari atas perahunya di Mamuju, Sulawesi Barat, Selasa (08/06/2021). Foto: Akbar Tado/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Ikan penja atau ikan seribu merupakan salah satu ikan khas yang terdapat di perairan Sulawesi Barat (Sulbar) hingga pesisir Palu, Sulawesi Tengah. Sekilas, ikan ini mirip dengan ikan teri namun jenisnya berbeda.
ADVERTISEMENT
Ikan penja hidup bergerombol dengan ukuran 1 hingga 2 sentimeter dan hanya muncul di waktu-waktu tertentu. Saat musimnya tiba, ikan ini menjadi buruan nelayan dan umum dibuat tumis, lawar, hingga dikeringkan agar bertahan lama.
Sirman, salah seorang nelayan asal Kalukku, Kabupaten Mamuju, mengatakan, ikan penja muncul di waktu-waktu tertentu dan berpindah-pindah. Saat naik di sekitar bibir pantai, ikan ini nampak bergerombol dan bermigrasi dari laut menuju hulu sungai untuk berkembang biak.
"Menangkap ikan penja bisa mengguakan jaring dan ancau yang dibuat secara tradisional," kata Sirman kepada Sulbar Kini, Selasa (15/6/2021).
Selain diolah menjadi tumis, Sirman menuturkan, ikan penja juga kadang dikeringkan dengan cara dijemur dan ditaburi garam agar bertahan lama hingga berbulan-bulan.
ADVERTISEMENT
"Kalau sudah kering baru dijual ke pedagang," ujarnya.
Ikan penja yang dijual pedagang di pasar. Foto: Awal Dion/SulbarKini
Aminah, salah seorang penjual ikan penja di Pasar Sentral Mamuju, mengatakan ikan penja yang dibelinya dari nelayan di Kalukku dan Sampaga dijualnya seharga Rp 40 ribu per kilogram.
Sedangkan ikan penja yang dibeli dari nelayan di Palu, Sulawesi Tengah, dengan ukuran yang lebih kecil dijualnya seharga Rp 80 ribu per kilogram.
"Memang musiman, yang terkadang dalam setahun hingga tiga kali naik di bibir pantai atau mengikuti aliran sungai secara berkoloni berpindah-pindah tempat. Biasa juga dalam setahun ikan ini tidak ada naik, karena ikan begini tidak bisa diprediksi naiknya," tuturnya.
Aminah menjelaskan, masyarakat Mandar biasanya mengolah ikan penja dengan cara ditumis, dibuat lawar, maupun dikeringkan agar bisa bertahan lama.
ADVERTISEMENT
"Kalau ikan penja yang basahnya dibuat ambar yang dicampur ubi kayu atau sagu," tukasnya.