Konten Media Partner

Cerita Haji Sahid, Pembuat Perahu Sandeq hingga Cadik Patah saat Berlayar

7 September 2022 15:18 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Awak perahu Sandeq saat sedang berlayar mengarungi lautan. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Awak perahu Sandeq saat sedang berlayar mengarungi lautan. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Perahu sandeq merupakan perahu bercadik tradisional khas suku Mandar, Sulawesi Barat (Sulbar). Perahu berbentuk ramping ini disebut-sebut sebagai salah satu perahu layar tercepat yang digunakan pelaut-pelaut Mandar dalam mengarungi lautan.
ADVERTISEMENT
Haji Sahid, salah seorang pembuat perahu sandeq menuturkan pembuatan perahu tradisional tersebut diwariskan secara turun temurun. Pembuatan perahu Sandeq itu pun dilakukan selama beberapa bulan beserta sejumlah ritual hingga digunakan untuk berlayar.
"Jadi tidak langsung dibikin, kadang harus menunggu 1 bulan untuk mencari hari yang bagus dalam mencari dasar kayu, bulan berapa dengan melihat (posisi) bulan. Ada baca-baca juga dengan pisang selama proses pembuatan (perahu sandeq)," kata Sahid saat ditemui Sulbar Kini di Pantai Manakarra Mamuju, Sabtu (3/9/2022).
Menurut dia, pembuatan perahu Sandeq dilakukan di Pambusuang, Kabupaten Majene, Sulbar. Adapun bahan dasar kayu, lanjut Haji Syahid, diambil di wilayah pegunungan di Kecamatan Tapalang, Mamuju.
"Dasar kayunya itu diambil di daerah pegunungan, di Tapalang. Kalau dindingnya dibuat di Pambusuang," jelas pemilik perahu sandeq Cahaya Mandar itu.
Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian dan pemilik perahu Sandeq Cahaya Mandar, Haji Sahid. Foto: Dok. Pemprov Sulbar
Saat perahu Sandeq selesai dibuat, Haji Sahid menyebutkan, kembali dilakukan ritual baca doa selamatan sebelum dilepas berlayar.
ADVERTISEMENT
"Sebelum dikena air pertama kalinya, itu dibaca-baca lagi. Siangnya di rumah, kemudian kue-kuenya dibawa ke perahu sebelum dilepas ke laut," tuturnya.
Pada Festival Sandeq 2022 ini, Haji Sahid menurunkan dua perahu miliknya, yakni Cahaya Mandar dan Cahaya Sulbar. Dia mengungkapkan, perahu sandeq Cahaya Mandar sempat mengalami patah cadik saat berlayar melintasi perairan Sendana, Majene.
Para awak perahu yang terdiri dari 8 orang kemudian memilih menepi ke pantai untuk memperbaiki cadik yang patah.
"Yang patah sebelah kanan. Cadik itu kemudian dilem dan dilapisi sebilah kayu lalu diikat. Perbaikannya selama 1 jam," ucapnya.
Khawatir terpaut jauh dari peserta lain, 8 awak Sandeq Cahaya Mandar pun nekat menantang ombak dan gelombang laut dengan kondisi cadik yang masih basah untuk mengejar ketertinggalan mereka.
ADVERTISEMENT
"Karena lemnya masih basah, jadi cadik sebelah kanan diangkat, tidak digunakan. Yang dipakai sementara itu cuma cadik sebelah kiri saja. Jadi posisi sandeq miring ke kiri. Nanti setelah kering di jalan, baru dipakai seperti biasa lagi," ungkapnya.
Pelayaran dalam kondisi miring tampaknya tak membuat para awak kapal ragu atau bahkan merasa takut sedikit.
"Tidak lah. Itu biasa bagi Passandeq," tandas Sahid.