Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Konten Media Partner
Jejak Syekh Abdul Mannan, Penyebar Agama Islam di Kerajaan Banggae, Majene
24 April 2021 9:12 WIB
ยท
waktu baca 4 menitDiperbarui 17 Maret 2024 22:12 WIB

ADVERTISEMENT
Kerajaan Banggae merupakan salah satu kerajaan Mandar yang tergabung dalam persekutuan Pitu Baqbana Binanga yang berarti tujuh kerajaan yang terletak di muara sungai Saddang atau dekat pesisir pantai.
ADVERTISEMENT
Enam kerajaan lainnya yang tergabung dalam Pitu Baqbana Binanga yaitu Balanipa, Sendana, Pamboang, Tapalang, Mamuju, dan Binuang.
Sementara tujuh kerajaan lainnya yang berada di bagian hulu sungai Saddang membentuk persekutuan Pitu Ulunna Salu (tujuh kerajaan di hulu sungai), yang terdiri dari kerajaan Rantebulahan, Aralle, Tabulahan, Mambi, Matangnga, Bambang, dan Tambang.
Dua persekutuan kerajaan ini yang kemudian menjadi leluhur suku Mandar yang saat ini mendiami wilayah Sulawesi Barat .
Menurut Lontara Banggae, Islam menjadi agama kerajaan setelah raja ketiga Banggae, I Moro Daeng ta Masigi, naik tahta pada tahun 1608. Kerajaan ini awalnya berpusat di Salabose, sebuah daerah perbukitan yang saat ini masuk Kelurahan Pangali-ali, Kecamatan Banggae, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat.
Sosok penyebar agama Islam di Kerajaan Banggae yakni Syekh Abdul Mannan, seorang ulama Persia yang datang ke Kerajaan Banggae setelah sebelumnya menyiarkan agama Islam di Pulau Jawa.
ADVERTISEMENT
Menurut Muhammad Gaus, imam Masjid Syech Abdul Mannan Salabose, kedatangan Syekh Abdul Mannan ke Banggae pada awal abad ke-16 ada dua versi. Ada yang menyebut Syekh Abdul Mannan datang sendiri berlayar ke Banggae yang saat itu merupakan salah satu pelabuhan yang ramai oleh aktivitas pedagang dari berbagai penjuru Nusantara.
Namun, ada versi lain yang menyebut Syekh Abdul Mannan datang ke Banggae bersama I Moro Daengta Masigi dari Pulau Jawa.
"Versi lain menyebutkan I Moro sebelum menjadi raja Banggae sempat berlayar ke Pulau Jawa untuk memperdalam ajaran Islam. Sekembalinya dari Jawa, I Moro kemudian mengajak serta Syekh Abdul Mannan bersama rombongan lainnya untuk datang ke Banggae dan bersama-sama menyebarkan agama Islam," ungkap Gaus kepada Sulbar Kini.
ADVERTISEMENT
"Selain itu, I Moro meyakini keberadaan Syekh Abdul Mannan akan bisa meluluhkan hati ayahnya, Daeng ta I Milanto, yang saat itu merupakan raja Banggae kedua untuk memeluk agama Islam," imbuhnya.
Hingga kini, jejak dan peninggalan Syekh Abdul Mannan bisa terlihat sampai saat ini, di antaranya Masjid Tua Salabose yang diyakini sudah berusia 400 tahun hingga Al-Quran yang merupakan tulisan tangan Syekh Abdul Mannan.
Berikut Sulbar Kini merangkum jejak dan peninggalan Syekh Abdul Mannan di Salabose.
1. Masjid Purbakala Syekh Abdul Mannan
Masjid Kuno Syech Abdul Mannan Salabose masih berdiri kokoh di tengah-tengah permukiman warga di Lingkungan Salabose, Kelurahan Pangali-ali, Kecamatan Banggae, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat. Masjid yang diyakini berusia 400 tahun itu menjadi salah satu saksi penyebaran Islam di Kerajaan Banggae pada awal abad ke-16.
ADVERTISEMENT
Masjid ini disebutkan dibangun Syekh Abdul Mannan saat agama Islam ditetapkan sebagai agama kerajaan pada masa pemerintahan raja ketiga Banggae, I Moro Daeng ta Masigi pada tahun 1608 Masehi.
Masjid tersebut kala itu dibangun dari bahan batu gunung yang dipahat dan disusun sedemikian rupa, lalu direkatkan dengan campuran gula merah dan putih telur. Meski sudah ratusan kali dilakukan renovasi, Gaus menyebut beberapa bagian masjid itu masih mempertahankan bentuk aslinya.
"Di antaranya pilar di dalam masjid yang berupa empat tiang itu merupakan model awal masjid, bentuk atap, serta mihrab yang agak menonjol di bagian barat masjid itu masih asli," tutur Gaus yang mengaku masih mempunyai garis keturunan dari Syekh Abdul Mannan.
ADVERTISEMENT
2. Al-Quran yang Ditulis Tangan oleh Syekh Abdul Mannan
Peninggalan lain Syekh Abdul Mannan yang masih terjaga di Salabose yakni Al-Quran yang diyakini berusia 400 tahun yang ditulis tangan oleh Syekh Abdul Mannan dengan menggunakan getah pohon.
"Al-Quran peninggalan beliau dipercayakan kepada saya untuk disimpan selaku puang kadi (imam masjid) dan nanti dikeluarkan pada peringatan Maulid Nabi Muhammad serta menyambut bulan Ramadhan," kata Gaus.
Menurutnya, banyak keunikan yang dimiliki oleh Al-Quran tertua di Sulawesi Barat tersebut. Hanya saja, untuk menjaga Al-Quran tersebut tetap utuh makanya hanya dikeluarkan pada saat-saat tertentu.
"Selain masjid kuno Salabose, Al-Quran ini jadi bukti sejarah penyebaran agama Islam oleh Syekh Abdul Mannan di Salabose. Jadi memang harus dirawat dengan baik," ucapnya.
ADVERTISEMENT
3. Bendera I Macang
Bendera I Macang merupakan panji Kerajaan Banggae yang diyakini dibuat atas petunjuk Syekh Abdul Mannan. Wujud asli bendera ini disimpan oleh pappuangan atau sosok yang dituakan di Salabose dan baru akan dikeluarkan pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Duplikat panji I Macang bisa dilihat di Museum Mandar
4. Makam Syekh Abdul Mannan
Selain masjid dan Al-Quran tulisan tangan, jejak lain Syekh Abdul Mannan di Salabose adalah makamnya yang terletak sekitar 200 meter dari masjid yang juga sudah beberapa kali direnovasi.
Di tempat tersebut, Syekh Abdul Mannan dimakamkan bersama keturunannya dan hingga kini dirawat dengan baik oleh masyarakat Salabose.