Kain Tenun Sekomandi: Berusia Ratusan Tahun, Nilai Jual Sangat Tinggi

Konten Media Partner
2 September 2019 14:43 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kain tenun Sekomandi dan seperangkat alat tenun tradisional (alung). Foto: Dok. Indri Bunga
zoom-in-whitePerbesar
Kain tenun Sekomandi dan seperangkat alat tenun tradisional (alung). Foto: Dok. Indri Bunga
ADVERTISEMENT
Selain kain tenun sutra Mandar dan sambu (sarung) Mamasa, Sulawesi Barat (Sulbar) juga masih memiliki kain tenun khas lain, yakni kain tenun Sekomandi. Kain tenun ini merupakan warisan leluhur masyarakat di Kecamatan Bonehau dan Kalumpang, Kabupaten Mamuju, yang sudah ada sejak ratusan tahun.
ADVERTISEMENT
Untuk menjaga kelestariannya, hingga kini, para perajin dari Bonehau dan Kalumpang pun masih memproduksinya dengan cara tradisional. Yosina (43 tahun), salah seorang perajin kain tenun Sekomandi, mengaku sudah melakukan aktivitas menenun kain Sekomandi sejak SMA.
Yosina diajarkan oleh orang tuanya. Menurutnya, menenun merupakan warisan yang sudah turun-temurun di keluarganya dan dijadikan sebagai mata pencaharian selain bertani.
Dengan menggunakan alat tradisional, seperti dari alat pintal dan perangkat menenun, Yosina mampu menghasilkan kain tenun yang bernilai jual tinggi.
"Membuat selembar kain tenun Sekomandi diperlukan keuletan dan kesabaran. Selain proses pembuatannya yang rumit, juga memakan waktu hingga berhari-hari, bulan, bahkan setahun," kata Yosina, Senin (2/9).
Untuk proses pemasangan motif di anyaman benang pada kain tenun Sekomandi, durasinya bisa makan waktu sekitar seminggu lebih. Pemasangannya juga dengan cara manual, membutuhkan kesabaran dan keuletan.
ADVERTISEMENT
"Kesabaran di sini utamanya saat duduk berlama-lama memasang motif. Makanya kadang orang bertanya kenapa harganya mahal, karena memang proses pembuatannya yang rumit dan memakan waktu berbulan-bulan," jelasnya.
Harga selembar kain tenun Sekomandi bisa mencapai puluhan juta rupiah, tergantung dari motif serta proses produksinya. Foto: Awal Dion
Salah satu motif kain tenun Sekomandi, yakni Ulu Karua (Delapan Kepala), yang sudah berusia ratusan tahun, ternyata punya filosofi tersendiri. Filosofinya melambangkan delapan pemangku adat dalam masyarakat Bonehau dan Kalumpang pada masa lampau. Panjangnya mulai dari 4 hingga 10 meter, dan biasanya digunakan pada acara-acara tertentu, seperti perkawinan, kematian, hingga acara-acara adat.
"Proses pembuatannya memakan waktu setahun untuk menjadi selembar kain. Bahan dasarnya terbuat dari benang sutra yang sudah dipintal, kemudian direndam selama sebulan dengan dicampurkan pewarna alami. Ini harganya bisa mencapai Rp 80 juta," ungkap Yosina.
ADVERTISEMENT
Selain kain tenun, dia juga membuat dalam bentuk selempang dan kain pajangan yang ditawarkan dengan harga bervariasi, mulai dari Rp 250 ribu hingga Rp 10 juta. Untuk memproduksi kain tenun Sekomandi, Yosina memberdayakan anak-anak putus sekolah dan perempuan dewasa yang belum memiliki pekerjaan untuk dibina.
"Kendala kita, kadang di pemasaran saja," ujarnya.
Kain sutra Sekomandi juga bisa diproduksi dalam bentuk baju, selempang, hingga kain pajangan. Foto: Dok. Dinas Pariwisata Sulbar
Sekretaris Usaha Kerajinan Menengah dan Industri Kecil Menengah (UKM-IKM) Nusantara wilayah Sulbar, Suardi Y. Kutana, mengharapkan adanya perhatian pemerintah setempat terhadap perajin kain tenun Sekomandi berupa modal usaha dan bimbingan pelatihan menenun.
Saat ini, kata dia, UKM-IKM Nusantara membina sebanyak 173 perajin tenun Sekomandi yang tersebar di dua kecamatan: Bonehau dan Kalumpang.
"Untuk membantu pemasaran, kami aktif mengikuti pameran seperti pameran Hari Koperasi Nasional (Harkopnas) dan rencananya mengikuti pameran yang dilaksanakan Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) yang akan dilaksanakan nanti di bulan Oktober 2019," kata Suardi.
ADVERTISEMENT
"Di samping itu, kami juga mengagendakan mengikuti pameran internasional untuk mengenalkan kain tenun Sekomandi ini," imbuhnya.
Penulis: Awal Dion
Editor: Sapriadi