Kisah Risma, Menjadi Kurir dan Penggerak Warga Desa Produktif di Tengah Pandemi

Konten Media Partner
7 Oktober 2020 11:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Selain menjadi kurir, Risma juga menggerakkan warga desa untuk tetap produktif di tengah pandemi corona. Foto: Dok. Istimewa/SulbarKini
zoom-in-whitePerbesar
Selain menjadi kurir, Risma juga menggerakkan warga desa untuk tetap produktif di tengah pandemi corona. Foto: Dok. Istimewa/SulbarKini
ADVERTISEMENT
Bekerja sebagai kurir, tak menghalangi niat Risma Sakir (36), warga Desa Tapango, Kecamatan Tapango, Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat, untuk membantu dan berbagi ke sesama di tengah pandemi corona.
ADVERTISEMENT
Ibu dua orang anak ini rela menyisihkan sebagian penghasilannya untuk aksi kemanusiaan. Aktivitas itu dilakukannya sejak satu tahun terakhir dan berharap warga lainnya di daerah itu untuk tergerak membantu dan memberdayakan sesama.
"Ketika saya membuka media sosial dan melihat postingan di media sosial, ada warga yang butuh bantuan. Saya merasa kasihan dan terpanggil untuk membantunya dan saat itu saya mulai menyisihkan sebagian penghasilan untuk digunakan membantu warga yang membutuhkan," kata Risma, Selasa (6/10).
Setiap hari, dengan sepeda motornya Risma menjangkau wilayah pedalaman di daerahnya. Tak sekadar mengantar pesanan, namun juga memberikan bantuan ke warga yang betul-betul membutuhkan bantuan. Ia juga mengedukasi sejumlah warga, khususnya para ibu rumah tangga di desa, untuk tetap produktif dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di sekitarnya di tengah pandemi corona.
ADVERTISEMENT
Seperti yang dilakukannya di Dusun Landi, Desa Baru, Kecamatan Luyo. Daerah itu dipilihnya karena masih banyak warga yang hidup dalam kondisi terbatas meskipun di daerah itu memiliki potensi sumber daya alam yang cukup.
"Pertama masuk ke daerah ini, awalnya saya antar barang, ngurir. Saya heran melihat banyaknya warga masih hidup dalam kondisi kekurangan, kendati di sini banyak potensi. Saya merasa penasaran, hingga terpanggil untuk membantu warga," ujarnya.
Diakui Risma, tidak mudah baginya untuk mengedukasi warga di daerah tersebut agar mau berbuat memaksimalkan potensi di desanya. Banyak yang meragukan, bahkan tidak sedikit di antaranya yang memilih tidak perduli.
"Akhirnya saya pinjam pekarangan, saya bergerak sendiri. Awalnya mereka (warga) hanya menonton, melihat saya bergerak, bercocok tanam, akhirnya ketika 80 persen sudah jadi, satu dua orang mulai tertarik sambil bertanya-tanya, dan alhamdulillah pemerintah bersama ibu PKK juga memberikan bantuan, hingga akhirnya banyak yang ikut bergerak," imbuhnya.
Selain bercocok tanam, Risma juga mengedukasi warga untuk budidaya ikan lele dan nila. Foto: Dok. Istimewa
Selain melatih warga bercocok tanam untuk kebutuhan sehari-hari dengan memanfaatkan pekarangan rumah, Risma juga mencoba meningkatkan pendapatan warga setempat dengan budidaya ikan lele dan nila.
ADVERTISEMENT
"Saya juga mencoba memberikan bantuan budidaya ikan, memberikan terpal (untuk kolam) dan bibit ikan. Saya ingin memberdayakan, kita berikan edukasi agar nantinya mereka bisa mandiri. Di samping itu, tidak menutup kemungkinan warga yang kita berdayakan bisa memberikan bantuan orang lain dengan budidaya ikannya," jelas Risma, bersemangat.
Risma yang bekerja sebagai guru sukarela di salah satu sekolah di daerah ini juga meluangkan waktunya untuk memberikan pelajaran tambahan bagi anak usia sekolah yang sejak masa pandemi kesulitan mengikuti proses belajar mengajar.
"Saya juga mencoba mengajarkan mereka seni, memberikan motivasi agar mereka bersemangat, dan memiliki raya kepercayaan diri bahwa mereka juga bisa seperti anak yang lainnya kendati tinggal di daerah pedalaman," ucapnya.
ADVERTISEMENT
Risma mengaku bersyukur karena aktivitas sosial yang dilakukannya didukung keluarga kendati sempat mendapat pertentangan. Apalagi, tidak jarang dirinya nyaris menjadi korban pembegalan lantaran harus pulang di malam hari,
"Kalau tantangan sebenarnya banyak, khususnya dari anak yang protes karena saya selalu telat pulang, ini persoalan karena waktu saya buat mereka kurang, tapi lambat laun akhirnya mereka mengerti. Kadang juga ada bahaya di jalan ketika pulang malam, pernah nyaris jadi korban begal, hampir jatuh dari motor karena HP ketarik," tandasnya.