Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Konten Media Partner
Menelusuri Jejak Maraqdia Tokape di Pacitan, Jawa Timur
11 Februari 2020 10:53 WIB
Diperbarui 6 April 2020 15:29 WIB
ADVERTISEMENT
Maraqdia Tokape merupakan salah satu pejuang dari tanah Mandar, Sulawesi Barat. Semasa hidupnya, ia menjadi Raja Balanipa ke-46 dalam rentang 1871-1873 dan menolak untuk tunduk pada Belanda saat itu.
ADVERTISEMENT
Namun, perjuangan Tokape pada akhirnya berakhir di tangan Belanda. Ia terkepung di istananya Lekopa'dis dan ditangkap oleh Belanda. Versi lain menyebutkan, Tokape sengaja menyerahkan diri untuk melindungi pasukannya.
Tahun 1893, ia kemudian ditahan di Makassar, dibawa ke Batavia untuk diadili, kemudian diasingkan ke Pacitan, Jawa Timur, hingga akhir hayatnya.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sulawesi Barat, Arifuddin Toppo, mengatakan beberapa catatan yang ada, saat menjadi Raja Balanipa melakukan kebijakan menentang Belanda yang melakukan monopoli sumber daya alam serta menolak sistem dagang yang diberlakukan Belanda.
"Sikap penolakan dan tidak tunduk atas perintah Belanda itulah sehingga ia disebut 'I Baso Boroa', yang berarti tidak penurut," ungkap Arifuddin, Selasa (11/2).
Menurutnya, salah satu bentuk perlawanan Maraqdia Tokape terhadap monopoli sumber daya alam oleh Belanda adalah mengeluarkan kebijakan tidak menjual hasil bumi rakyat Mandar ke Belanda, melainkan menjualnya langsung ke Makassar, Surabaya, dan Singapura (Temasek).
ADVERTISEMENT
"Dalam hal perang, ia juga beberapa kali melakukan perlawanan dan berhasil memukul mundur serangan Belanda di Samasundu dan Campalagian," ujarnya.
Perjuangan Maraqdia Tokape berakhir saat tertangkap oleh Belanda. Tahun 1893, ia kemudian diasingkan ke Pacitan, Jawa Timur, hingga akhir hayatnya.
"Karena itu, untuk menjejaki sejarah I Tokape, Pemprov Sulbar melakukan kunjungan guna mengunjungi makam I Tokape di Pacitan sekaligus mencari keturunannya. Kunjungan ini juga mengikutkan beberapa tim ahli, salah satunya Prof Gufran Darmawan. Tujuannya, untuk mengumpulkan seluruh dokumen terkait I Tokape yang dirancang sebagai usulan Pahlawan Nasional," jelasnya.
Kepala Dinas Pariwisata Sulbar, Farid Wajdi, mengatakan nama lain dari Maraqdia Tokape adalah Ki Ahmad Yahya. Ia menjalani masa pembuangan di Pacitan usai menjalani hukuman oleh Belanda.
ADVERTISEMENT
"Saat ini sudah ada tim pengkaji yang akan mendalami dan mencari tahu sejarahnya. Sudah ada tim, salah satunya itu Prof Gufran yang bisa menjelaskan bagaimana I Tokape ini layak menjadi pahlawan nasional," tandas Farid. (adv)