Menilik Mamose, Tarian Parang Masyarakat Adat Tangkou di Mamuju Tengah

Konten Media Partner
14 Juni 2019 14:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Salah satu pamose (tokoh adat), melakukan atraksi tari parang dalam rangkaian ritual Mamose masyarakat adat Tangkou Budong-budong, Mamuju Tengah, Sulawesi Barat. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu pamose (tokoh adat), melakukan atraksi tari parang dalam rangkaian ritual Mamose masyarakat adat Tangkou Budong-budong, Mamuju Tengah, Sulawesi Barat. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Beberapa pria paruh baya dengan membawa sebilah parang muncul di antara kerumunan warga yang berkumpul di halaman Rumah Adat Lempo Gandeng, Dusun Tangkou, Desa Tabolang, Kecamatan Topoyo, Kabupaten Mamuju Tengah, Sulawesi Barat, Kamis (13/6).
ADVERTISEMENT
Sejurus kemudian, diiringi musik kendang mereka memainkan parang masing-masing dan menebas-nebaskan ke tubuhnya. Menariknya, parang tersebut tak sedikit pun melukai tubuh mereka.
Saat musik kendang dihentikan, seorang dari mereka lalu menghadap ke raja dan tobara (kepala adat) yang saat ini diwakili oleh pejabat pemerintah. Mereka lalu mengatakan kesetiaan terhadap raja dan tobara serta memohon izin atraksi tersebut dilanjutkan.
Adegan ini merupakan salah satu rangkaian ritual adat Mamose yang masih dilestarikan masyarakat adat Tangkou Budong-budong yang mendiami wilayah Kabupaten Mamuju Tengah. Awalnya, ritual adat ini dilaksanakan 3 kali setahun, namun seiring waktu para tokoh adat setempat memutuskan melaksanakan hanya 2 kali setahun.
Ketua Panitia sekaligus pengurus adat masyarakat Tangkou Budong-budong, Yusran, mengatakan ritual Mamose ini merupakan salah satu tradisi leluhur masyarakat adat Tangkou Budong-budong yang sudah ada sejak dulu dan banyak mengandung nilai-nilai kebersamaan, kesetiaan, dan kepedulian di antara sesama warga.
Magane, adalah satu rangkaian dari tradisi Mamose masyarakat adat Tangkou Budong-budong di Mamuju Tengah, Sulawesi Barat.
"Sejarah mamose atau biasa juga disebut pemanna ini awalnya merupakan kegiatan masyarakat Tangkou Budong-budong yang akan masuk ke dalam hutan dan melakukan pesta panen yang dirangkaikan (dalam) ritual adat. Dalam tarian parang itu, juga ada kata-kata yang diteriakkan pamose dalam bahasa Budong-budong yang bermakna sumpah setia pemangku adat kepada raja atau biasa disebut sebagai pue ballung," kata Yusran.
ADVERTISEMENT
Sebelum pelaksanaan ritual Mamose, sehari sebelumnya para tokoh adat yang disebut puntai ini melakukan kegiatan Magora, yakni naik perahu bermotor (katinting) dengan menelusuri Sungai Budong-budong.
Katinting para puntai akan singgah apabila melihat warga menunggu mereka di pinggir sungai. Saat perahu menepi, warga akan memberikan sejumlah barang-barang ke puntai, di antaranya makanan, minuman, hingga rokok.
"Saat singgah di pinggir sungai, para puntai ini juga memberikan pengobatan ke warga yang sedang sakit dengan mengambil air sungai dan membasuh ke badan warga yang sedang sakit tersebut. Ritual ini biasa juga disebut dengan magane, yang mengandung pesan moral tentang kebersamaan dan kepedulian antara puntai dengan warga," jelas Yusran.
Dalam ritual Mamose, seorang pamose akan menghadap raja atau tobara untuk menyatakan sumpah setia masyarakat adat Tangkou Budong-budong.
Ketua DPRD Mamuju Tengah, Arsal Aras, yang hadir dalam pelaksanaan ritual Mamose ini berharap tradisi tersebut tetap dilestarikan. Menurutnya, akar sejarah Kabupaten Mamuju Tengah berasal dari Tangkou dan Budong-budong. Selain itu, pihaknya juga sudah mengusulkan bahasa Budong-budong dan Tangkou terdaftar di pusat pembinaan bahasa Kemendikbud.
ADVERTISEMENT
"Sudah ada kajian lima tahun yang lalu mengenai bahasa Budong-budong ini dan rata-rata yang memahami bahasa ini tak sampai seratus orang dan terancam punah. Untuk itu, kami tengah menunggu penyempurnaan bahasa Budong-budong ini dan nantinya akan dibuatkan Perda sebagai bahan pelajaran siswa SD di Mamuju Tengah," ujarnya.
Tradisi Mamose bermakna sumpah setia para pamose kepada raja yang direpresentasikan dengan menebaskan parang pada tubuh. Foto: Dok. Istimewa
[Sapriadi]