Menjelajahi Keindahan Pulau Karampuang di Mamuju, Sulawesi Barat

Konten Media Partner
18 Februari 2019 12:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pulau Karampuang menawarkan suasana yang tenang dan keindahan bawah laut. (Foto: Sapriadi/SulbarKini)
zoom-in-whitePerbesar
Pulau Karampuang menawarkan suasana yang tenang dan keindahan bawah laut. (Foto: Sapriadi/SulbarKini)
ADVERTISEMENT
Pulau Karampuang merupakan sebuah pulau yang terletak di seberang Mamuju, Sulawesi Barat. Pulau ini bisa terlihat jelas dari Anjungan Pantai Manakarra.
ADVERTISEMENT
Jaraknya yang dekat dari pusat Kota Mamuju dengan menawarkan suasana tenang dan keindahan bawah laut, tak heran jika Pulau Karampuang menjadi salah satu destinasi favorit bagi warga Mamuju dan sekitarnya untuk menikmati liburan.
Konon, nama Karampuang sendiri berasal dari bahasa Mamuju yang berarti 'rembulan'. Awalnya, bernama Pulau Liutang.
Nama Karampuang mulai melekat saat salah seorang seniman lokal Mamuju, Andi Maksum, menciptakan lagu khusus untuk menggambarkan keindahan pulau ini. Dia pun memberinya judul 'Karampuang' dan nama tersebut populer hingga saat ini.
Versi lain tentang nama Karampuang, yakni berasal dari penggabungan dua kata. Kara yang berarti pulau atau batu karang, dan puang yang berarti raja atau bangsawan.
Penggabungan dua kata ini berarti pulau para raja atau bangsawan. Konon, sebelum dikenal sebagai tempat wisata, pulau ini pernah menjadi tempat persembunyian para raja dari kejaran Belanda pada masa kolonialisme.
Panorama laut dan pegunungan menghadirkan keindahan tersendiri. (Foto: Sapriadi/SulbarKini)
Minggu (17/2), saya pun memanfaatkan waktu luang untuk mengeksplorasi keindahan pulau ini. Pagi-pagi, sekitar pukul 08.00 Wita, saya bergegas menuju pelabuhan penyeberangan yang letaknya tak jauh dari pusat kota. Pelabuhan ini pun tak pernah sepi. Selain sebagai tempat penyeberangan, di dekat pelabuhan sekaligus menjadi Tempat Pelelangan Ikan (TPI).
ADVERTISEMENT
Warga yang bermukim di Karampuang pun hampir setiap hari bolak-balik dari Pulau Karampuang ke Mamuju, begitu pun sebaliknya. Selain untuk keperluan pekerjaan, sebagian lagi untuk memenuhi kebutuhan dapur dan keluarga.
"Ini, pagi-pagi saya belanja sayur-sayuran di Mamuju. Nantinya, akan saya jual lagi di Karampuang. Hampir setiap hari saya bolak-balik dari Karampuang ke Mamuju," kata Irmawati, salah seorang warga Karampuang.
Tarif penyeberangan ke Pulau Karampuang pun terbilang murah. Dengan menggunakan perahu bermotor, atau masyarakat setempat menyebutnya katinting, penumpang hanya merogoh kocek Rp 10 ribu sekali jalan. Jarak tempuh pun terbilang singkat, hanya 15-20 menit.
Menyeberang ke Pulau Karampuang, tujuan awal saya adalah ke sumur tiga rasa atau masyarakat setempat menyebutnya dengan sumur jodoh yang terletak di bagian selatan pulau.
ADVERTISEMENT
Untuk itu, saya memilih penyeberangan menuju dermaga Karampuang 1. Hanya saja, ketika sampai, saya mendapati kondisi pulau tersebut terbilang sepi dari kunjungan wisatawan.
"Memang sudah beberapa minggu ini pengunjung sepi. Mungkin karena pengaruh gelombang tinggi sehingga wisatawan mengurungkan niatnya menyeberang ke Karampuang," ujar Irmawati.
Sumur tiga rasa yang ada di Pulau Karampuang, Mamuju. Masyarakat setempat juga menyebutnya dengan nama 'sumur jodoh'. (Foto: Sapriadi/SulbarKini)
Saya pun kemudian menyusuri sumur tiga rasa yang letaknya tak jauh dari dermaga. Sayangnya, kondisinya kurang terawat dan tak terjaga kebersihannya.
Menurut cerita warga setempat, sumur ini awalnya ditemukan oleh seorang ulama bernama KH Muhammad Ali Hanapi yang lebih dikenal dengan sebutan "Puang Nurung", pada tahun 1979.
Puang Nurung meyakini keberadaan sumur tersebut merupakan berkah bagi warga Pulau Karampuang. Ia pun merenovasi sumur tersebut dengan membangun 3 lubang sumur untuk memisahkan 3 rasa air tersebut, yakni hambar, payau, dan asin.
ADVERTISEMENT
Ihwal penyebutan sumur jodoh ini pun berawal ketika salah seorang pegawai perempuan dari Departemen Sosial Sulawesi Selatan (saat itu Mamuju masih menjadi salah satu kabupaten dan menjadi bagian dari Sulawesi Selatan) yang masih lajang melakukan tugas dinas ke Pulau Karampuang.
Agar dimudahkan jodohnya, warga setempat pun menyarankan wanita tersebut meminum dan membasahi badannya dengan air sumur itu.
Alhasil, hanya berselang beberapa minggu setelah pulang dari Pulau Karampuang, wanita tersebut menemukan jodohnya. Cerita ini berkembang dan menyebar ke masyarakat hingga kemudian sumur ini pun populer dengan nama sumur jodoh.
Puas mengeksplorasi sumur tiga rasa, saya pun kemudian melanjutkan perjalanan ke Pantai Wisata Ujung Bulo yang berada di bagian utara Pulau Karampuang. Karena tidak ada perahu penyeberangan dari dermaga Karampuang 1 ke dermaga Ujung Bulo, saya pun menempuhnya dengan perjalanan darat menggunakan kendaraan roda dua.
ADVERTISEMENT
"Di sini hanya ada motor kak. Tidak ada mobil karena jalannya sempit," ujar Andri, siswa MAN Karampuang yang mengantarkan saya ke Ujung Bulo.
Kawasan wisata Ujung Bulo di Pulau Karampuang, Mamuju. (Foto: Sapriadi/SulbarKini)
Sesampai di Ujung Bulo, saya pun bertemu dengan beberapa teman dari Mamuju yang memang sudah lebih awal sampai. Lokasi ini agak ramai dibandingkan dengan lokasi sumur tiga rasa yang terletak di bagian selatan pulau.
"Sebenarnya bisa lebih ramai kalau tidak sedang gelombang tinggi. Mulai dari hari Jumat hingga Minggu beberapa wisatawan memilih bermalam di pulau. Bule-bule pun banyak yang datang untuk diving dan snorkeling. Tetapi untuk saat ini, memang pengunjung terbilang sepi," ujar Iskandar, salah seorang penyedia live music di kawasan wisata Ujung Bulo.
Beberapa pengunjung memilih snorkeling di sekitar dermaga. (Foto: Sapriadi/SulbarKini)
Airnya yang jernih membuat kita bisa melihat karang dan biota laut dari atas dermaga. (Foto: Sapriadi/SulbarKini)
Meski demikian, beberapa pengunjung tetap memilih mandi-mandi dan snorkeling di sekitar dermaga. Haerul (26), misalnya. Bersama 5 temannya, dia datang sejak Sabtu sore dan memilih bermalam di Pulau Karampuang.
ADVERTISEMENT
"Dari Sabtu sore kami datang. Malamnya memancing, pagi-pagi langsung snorkeling. Memang terbilang sepi dari biasanya, mengingat saat ini memang lagi gelombang tinggi di sekitar perairan Mamuju," ujarnya.
(Sapriadi)