Konten Media Partner

Perahu 'Padewakang', Berlayar Tanpa Mesin dari Makassar ke Australia

9 Desember 2019 10:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perahu tradisional Padewakang Nur Al Marege akan berlayar dari Makassar menuju Australia. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Perahu tradisional Padewakang Nur Al Marege akan berlayar dari Makassar menuju Australia. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perahu tradisional Padewakang yang biasa digunakan oleh pelaut Sulawesi pada masa lampau kembali berlayar dari Makassar, Sulawesi Selatan, menuju Marege, Australia.
ADVERTISEMENT
Pelayaran yang diberi nama 'Ekspedisi Nur Al Marege' dengan 12 awak kapal tanpa menggunakan mesin ini dimulai dari Pantai Losari, Makassar, Minggu (8/12).
Ridwan Alimuddin, penulis budaya maritim Mandar asal Majene, Sulawesi Barat, yang menjadi salah satu awak kapal dalam pelayaran tersebut mengatakan perjalanan ini sebagai napak tilas perjalanan pelaut Sulawesi pada abad ke-17 yang sudah melakukan pelayaran ke Australia untuk mencari teripang dan berinteraksi dengan suku Aborigin.
Menurutnya, perahu Padewakang yang menjadi cikal bakal perahu Phinisi itu dibuat khusus di perkampungan pembuatan perahu di Tanah Beru, Kecamatan Bontotiro, Bulukumba, Sulawesi Selatan selama 5 bulan yang dipesan oleh Abu Hanifah Institute, salah satu yayasan pendidikan yang berada di Australia dengan panjang 14,5 meter, lebar 4,2 meter, dan tinggi 2 meter dengan menggunakan bahan kayu campuran.
ADVERTISEMENT
"Ekspedisi ini tanpa menggunakan mesin dan hanya mengandalkan kekuatan layar yang dibuat dari anyaman daun gebang yang didatangkan dari salah Kampung Lanu di Polman, Sulawesi Barat. Kita bawa cadangan layar sintetis untuk mengantisipasi layar dari daun gebang ini rusak sebelum tiba di Australia," ungkap Ridwan, Minggu (8/12), sesaat sebelum berlayar.
Tanpa menggunakan mesin, perahu Padewakang berlayar ke Australia dengan mengandalkan layar. Foto: Dok. Istimewa
Dalam pelayaran tersebut, kata Ridwan, mereka sudah menyiapkan bekal selama dalam perjalanan serta sejumlah rempah-rempah sebagai pelengkap masakan selama mereka berlayar. Dia memperkirakan pelayaran tersebut akan ditempuh selama sebulan dalam kondisi normal.
"InsyaAllah jika tidak ada halangan kami akan berlayar selama sebulan ke Australia bersama Perahu Padewakang," ujarnya.
Perahu Padewakang telah digunakan oleh pelaut Sulawesi sejak abad ke-17 berlayar hingga ke Marege, Australia, untuk digunakan memburu mutiara, telur ikan terbang, hingga teripang.
ADVERTISEMENT
Dalam pelayaran tersebut, pelaut Sulawesi ini juga berinteraksi dengan suku Aborigin sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa.
Dalam Ekspedisi Nur Al Marege ini, selain Ridwan Alimuddin, juga ada Horst H Liebner, antropolog maritim asal Jerman, dengan awak kapal di antaranya: Anton Daeng Tompo, Anas Daeng Nyarrang, Basir, Abdul Muis, Anas, Daeng Sewang, Fino, Naba, dan Guswan.