Perpustakaan Rakyat Sepekan, Dari Bincang soal Corona hingga Minat Membaca

Konten Media Partner
8 Maret 2020 17:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perpustakaan Rakyat Sepekan (PRS) VI. Foto: Dok. Panitia PRS
zoom-in-whitePerbesar
Perpustakaan Rakyat Sepekan (PRS) VI. Foto: Dok. Panitia PRS
ADVERTISEMENT
Hari kedua Perpustakaan Rakyat Sepekan (PRS) VI, suasana persis seperti saat kegiatan ini dibuka pada Jumat (6/3). Teduh. Sejuk di bawah bentang layar perahu sandeq yang dijadikan tenda acara. Anak-anak sampai orang tua berbondong-bondong mencari buku yang ingin mereka baca.
ADVERTISEMENT
Pengunjung yang datang mencari buku yang mereka minati. Ada yang duduk di terpal plastik, jongkok di sisi terpal, atau duduk di bangku yang terbuat dari sanggar kemudi sandeq (perahu khas Mandar) yang disebut sanggilang.
Selain menyediakan bahan bacaan yang melimpah sampai sekitar seribuan buku, PRS juga melaksanakan diskusi. Di hari kedua, Sabtu (7/3), diisi dengan sosialisasi penyakit yang disebabkan virus Corona. Materi disampaikan oleh perwakilan UPTD Puskesmas Pambusuang, Mardiara.
"Virus bisa menyerang siapa saja, anak-anak hingga orang tua. Kita batuk jangan sembarang tempat. Usahakan jangan berhadap-hadapan dan kita menutup mulut. Sebab virus bisa menyebar atau mengenai orang lain. Kita harus rajin mencuci tangan dengan sabun," jelas Mardiara.
Sekilas tentang penyakit Covid-19 (nama penyakit yang disebabkan virus Corona) juga dijelaskan oleh Muhammad Ridwan Alimuddin, pegiat literasi yang terlibat di PRS.
ADVERTISEMENT
"Virus Corona itu berasal dari hewan yang menular ke manusia. Mungkin bagi hewan, yang diduga kelelawar, tidak menyebabkan kematian. Tapi ketika menular ke manusia, itu menjadi berbahaya. Penyakit yang berasal dari hewan berpindah ke manusia disebut zoonosis. Syukurlah kita di sini tidak ada yang memakan hewan liar, seperti kelelawar, monyet, dan lain-lain," terang Muhammad Ridwan.
Pegiat literasi, Muhammad Ridwan Alimuddin, hadir sebagai pembicara. Foto: Dok. Panitia PRS
PRS hari kedua juga dihadiri budayawan Mandar, Suradi Yasil. Ia awalnya datang untuk bersilaturrahim dengan keponakannya, Muhammad Ridwan Alimuddin. Kebetulan ada di lokasi PRS, oleh Muhammad Ridwan didaulat untuk memberi sambutan.
Suradi menyampaikan banyak efek positif para generasi milenial, salah satunya untuk mengajak anak-anak mencintai buku.
"Membaca adalah bekal untuk menghadapi peradaban yang lebih keras di masa depan. Tradisi membaca harus ditanamkan kuat ke generasi kita," tegas sosok penulis buku puisi berjudul “Republik Korupsi” ini.
ADVERTISEMENT
Apresiasi untuk PRS juga disampaikan Azhari Sastranegara, putra Suradi Yasil. Ia pernah menuntut ilmu di Jepang selama 16 tahun,
"Tingkat buta huruf di Jepang nol persen. Itu sejak 1945, sesaat usai perang. Minat baca mereka cukup tinggi. Saat naik kereta, 70 penumpangnya membaca buku. Membaca itu penting untuk memperkaya jiwa dan hati," ungkap Azhari.
PRS dimulai Jumat (6/3) dan akan berlangsung sampai Kamis (12/3) mendatang. Setiap hari akan diisi lapak baca dan diskusi. Beberapa buku yang ditulis orang Mandar atau buku tentang Mandar yang ditulis oleh orang di luar Mandar siap didiskusikan. Misalnya buku puisi “Bulan Tak Pernah Pulang” karya Rita Bulan dan “Praktis Merakit Robot di Mana Saja” karya Abdul Wahab.
ADVERTISEMENT
Juga akan diputar beberapa film dokumenter tentang kebudayaan Mandar, baik yang dibuat “filmmaker” lokal, dari perguruan tinggi maupun stasiun televisi luar negeri.
Ratusan buku pada Perpustakaan Rakyat Sepekan. Foto: Dok. Panitia PRS
Sejak hari pertama dan kedua, kawan-kawan lintas komunitas datang ke lokasi PRS memberi dukungan dan apresiasi. Ada yang berpartisipasi langsung ke acara, seperti Komunitas Bura’pia yang ikut membantu lapak buku dan promosi produk berbahan tenunan Mandar. Mahasiswa STAIN Majene dan santri-santri juga nampak hadir.
Yang menarik, selama acara PRS, ada usahawan muda yang menjual bakso bakar. Namanya Mawardi Todihara. Unik dari kemasan dagangannya, di situ disisipi bait-bait puisi.
Pelibatan bisnis rintisan (start up) sudah seringkali dilakukan oleh panitia PRS. Misalnya menyiapkan lapak di arena PRS, memberi ruang diskusi, maupun memasang publikasinya selama kegiatan PRS.
ADVERTISEMENT
"Kegiatan teman-teman dalam kegiatan ekonomi itu penting, khususnya yang baru memulai. Bagaimana pun itu adalah salah satu bentuk dari literasi keuangan," jelas Muhammad Ridwan, pemilik Perpustakaan dan Museum Nusa Pustaka.
(Laporan: Anwar Sani, Mahasiswa STAIN Majene, Sulawesi Barat)