Waetuo, Mata Air di Luwu Utara, Sulsel, yang Diyakini Berusia Ratusan Tahun

Konten Media Partner
7 Juli 2022 14:39 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Waetuo, sumber mata air di Desa Tolangi, Kecamatan Sukamaju, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan (Sulsel), diyakini warga setempat sudah ada sejak ratusan tahun silam. Foto: Awal Dion
zoom-in-whitePerbesar
Waetuo, sumber mata air di Desa Tolangi, Kecamatan Sukamaju, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan (Sulsel), diyakini warga setempat sudah ada sejak ratusan tahun silam. Foto: Awal Dion
ADVERTISEMENT
Waetuo, cagar alam yang berada di Desa Tolangi, Kecamatan Sukamaju, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan (Sulsel), diyakini warga setempat sudah ada sejak ratusan tahun silam.
ADVERTISEMENT
Waetuo merupakan sumber mata air warga yang disebutkan tidak pernah kering meskipun terjadi kemarau panjang. Halik (70), sesepuh di Desa Tolangi, Luwu Utara, menyebutkan air dari Waetuo digunakan untuk mengairi ratusan hektare lahan persawahan di dua desa, yakni Desa Tolangi dan Sidoraharjo.
"Sejarahnya Waetuo, pada zaman dahulu, kan orang-orang diterima doanya, dan Waetuo itu tempat orang singgah. Kayak kejadiannya di tanah Makkah itu, seperti air zam-zam keluar terus airnya," ungkap Halik kepada Tim SulbarKini, Kamis (7/7/2022).
"Waetuo itu sudah ada sejak sebelum zaman kerajaan," sebut dia.
Menurut Halik, di sekitar mata air Waetuo ditumbuhi berbagai jenis buah-buahan serta pepohonan dengan batang berukuran besar dan kini sudah ditebang warga. Halik bilang, besar batang satu pohon setara dengan 4-5 orang dewasa yang melingkar berpegangan tangan mengelilingi pohon tersebut.
ADVERTISEMENT
"Banyak yang aneh-aneh di Waetuo sampai dihiasi segala macam buah-buahan yang tumbuh yang tidak ditahu siapa yang tanam. Itu nyata kejadiannya," ujarnya.
"Kita, orang Tolangi kalau habis panen padi, ke Waetuo lagi ramai-ramai mandi, memotong kerbau. Bahkan dulunya jika ada yang sakit, nasarnya datang mandi di Waetuo," imbuh Halik.
Sementara itu, Bidang Analisis Program Daerah Aliran Sungai (DAS) Balai Pengelolaan DASHL Jeneberang-Saddang, Sulawesi Selatan, Subiyanto, mengatakan Waetuo bisa dioptimalkan menjadi destinasi wisata alam.
"Tanah-tanah kosong yang kita dapati di sana bisa ditambah dengan tanaman buah, ke depannya untuk konsep agro wisata buah, wisata pemancingan atau perikanan itu bisa dilakukan dan kondisinya di sini cukup bagus. Apalagi dari segi aspek penguasaan lahannya dikuasai oleh pemerintah desa sehingga untuk penataannya akan lebih bagus," kata Subiyanto saat meninjau sumber mata air Waetuo.
ADVERTISEMENT
Dia menyebutkan, kondisi sumber mata air Waetuo di Desa Tolangi tersebut cukup baik.
"Kami sekarang mengecek lagi, utamanya sumber mata air di Tolangi ini untuk dibuatkan profilnya. Sekaligus mengecek apakah mata air ini kondisinya mengalami penurunan baik kualitas maupun kuantitasnya. Dari pengamatan langsung kami, kondisinya cukup bagus," paparnya.
Kepala Desa Tolangi, Alhilal Amirullah, menuturkan bahwa mata air Waetuo merupakan warisan dari leluhur warga Desa Tolangi untuk dijaga dan dilestarikan generasi pelanjut.
Dia berharap pemuda dan masyarakat setempat bisa mengelola Waetuo menjadi destinasi wisata alam.
"Harapan saya kepada masyarakat Tolangi, mari kita semua buka mata, buka pikiran. Sehingga ke depan, Waetuo itu difungsikan sebagaimana yang kita harapkan bersama, namun tidak merusak pohon-pohon yang ada. Karena itu dijaga dan dilestarikan demi kesinambungan untuk masyarakat Tolangi," pungkas Alhilal.
ADVERTISEMENT