Konten dari Pengguna

Membudayakan Agama atau Budaya Menjadi Agama?

Sulfi Purnamasari
Dosen Prodi Pendidikan Ekonomi Universitas Pamulang
12 Februari 2025 15:55 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sulfi Purnamasari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi simbol beberapa Agama. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi simbol beberapa Agama. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Dalam kehidupan masyarakat, pengertian agama dan budaya sering disalahtafsirkan. Agama adalah pedoman hidup yang mengatur hubungan antara manusia dan Sang Pencipta, serta  hubungan manusia dengan sesamanya. Dalam konteks umat muslim, pedoman hidup dimaksud adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sedangkan budaya adalah cara hidup yang berkembang dalam sekelompok orang atau masyarakat di mana agama menjadi salah satu unsur pembentuknya.
ADVERTISEMENT
Indonesia adalah negara yang memiliki penduduk mayoritas beragama Islam namun nilai-nilai agama sepertinya belum mengkristal pada diri masyarakat. Meskipun syariat Islam sudah dengan tegas menjelaskan larangan melakukan korupsi dengan ancaman dan sanksi yang berat di hari pembalasan, korupsi tetap mewabah baik dalam skala kecil maupun besar. Mulai dari masyarakat kelas bawah sampai dengan kelas atas tidak merasa malu melakukan korupsi. Pada akhirnya korupsi tidak dapat dikendalikan dan menjadi budaya.
Masih banyak contoh budaya lain yang sangat bertentangan dengan syariat Islam seperti pergaulan bebas di kalangan remaja, perjudian, mengumbar aurat, dan masih banyak lagi. Fenomena ini sepertinya dianggap biasa oleh masyarakat yang notabene umat muslim, tanpa ada upaya untuk memperbaiki kondisi yang ada. Orang tua membiarkan anaknya bergaul bebas sehingga muncul berbagai problem sosial seperti hamil di luar nikah, kecanduan narkoba, gangguan mental, dan masih banyak lagi.
ADVERTISEMENT
Budaya yang berkembang dan tidak sejalan dengan ajaran Islam lebih disebabkan oleh ketidakjujuran sebagian umat muslim dalam beragama. Agama hanya sebatas identitas tanpa didasari keyakinan yang penuh atas ajaran agama. Konsep pahala dan dosa tidak dimaknai dengan baik, direfleksikan dengan perbuatan dan tingkah laku yang bertentangan dengan ajaran agama. Nilai-nilai Islam belum terinternalisasi ke dalam diri setiap individu muslim.
Menyikapi hal ini alangkah baiknya bila umat muslim mengkaji lebih dalam ajaran agamanya, sehingga dapat menemukan esensi dari agama yang dianut. Dengan pemahaman yang komprehensif, diharapkan akan mendapat hidayah menuju perilaku yang baik dan tidak merugikan orang lain  seperti halnya korupsi. Perlu juga dibudayakan rasa malu ketika melakukan dosa dan jangan menganggap biasa sesuatu yang jelas salah.
Ilustrasi nasi berkat. Foto: Evy Alisha/Shutterstock
Kenyataan yang menggembirakan dan sering kita saksikan setiap pekan adalah aktivitas berbagi yang saat ini dinamakan “Jumat Berbagi”, “Jumat Bersama”, “Jumat Berkah”, dan berbagai istilah lainnya. Dalam kegiatan ini, setiap pekan khususnya hari Jumat, umat muslim berlomba-lomba untuk memberikan sedekah berupa makanan dan lainnya kepada warga sekitar dalam rangka memperbanyak amal kebaikan sekaligus menjalin kebersamaan di tengah masyarakat.
ADVERTISEMENT
Anjuran untuk memperbanyak sedekah di hari Jumat bagi umat muslim saat ini sudah menjadi budaya di banyak tempat. Realitas semacam ini tentunya patut kita syukuri karena setidaknya dapat mengurangi problem kecemburuan sosial di tengah masyarakat karena ketimpangan antara si kaya dan miskin. Lebih jauh lagi, bukan hanya terbatas pada hari Jumat kegiatan membagikan makanan dibudayakan tapi juga pada hari-hari lainnya.
Bukankah kita sebagai muslim dianjurkan untuk memperbanyak sedekah tiap harinya? Berbagi bukan hanya dalam hal makanan atau sesuatu yang konsumtif, tapi juga bisa pada hal di luar itu seperti membangun fasilitas umum, mentransfer ilmu pengetahuan, dan masih banyak lagi yang dapat menjadi kebaikan dan ladang pahala bagi kita semua.
ADVERTISEMENT
Budaya berbagi tersebut perlu dijaga dan ditumbuhkan di berbagai tempat. Partisipasi masyarakat yang memiliki kecukupan rezeki sangat diharapkan. Bila selama ini berbagi dalam bentuk makanan maka pada waktu mendatang bisa diperluas lagi seperti barang kebutuhan pokok yang sangat berguna bagi mereka yang tidak mampu. Ini semua bisa menjadi cara hidup yang mengakar di tengah masyarakat. Sudah saatnya kita semua bahu membahu untuk mengatasi ketimpangan sosial dan ekonomi yang sampai saat ini belum dapat terselesaikan.
Di sisi lain, banyak budaya yang ada sejak dulu dan dianggap agama oleh sebagian masyarakat seperti tahlilan, selametan, tujuh bulanan, dan masih banyak lagi. Kebiasaan turun temurun yang ada di beberapa wilayah dan akhirnya menjadi cara hidup masyarakat setempat yang sebenarnya bukan merupakan ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dengan kata lain kebiasaan-kebiasaan tersebut hanya ada di wilayah negara Indonesia dan tidak di tempat lain.
ADVERTISEMENT
Agama dan budaya adalah dua hal yang berbeda meskipun ada keterkaitannya. Agama bisa dibudayakan dan menjadi satu kebiasaan baik seperti “Jumat Berbagi”. Sedangkan budaya tidak bisa menjadi agama karena budaya dibentuk oleh tingkah laku sekelompok orang atau masyarakat, sementara agama bersumber langsung dari Tuhan Pencipta Alam Semesta.
Agama adalah suatu ajaran yang murni dan tidak akan berubah sampai dengan akhir zaman. Umat  muslim hendaknya menjadikan agama sebagai panduan dalam bersikap dan bertingkah laku sehingga membentuk budaya baik yang tumbuh di tengah masyarakat, mendukung tujuan kehidupan bernegara yang adil, makmur, dan sejahtera.