Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Dilema Suatu Negara Dalam Penerimaan Perusahaan Multinasional (PMN)
22 Desember 2021 15:21 WIB
Tulisan dari Sulthan Haidar Dziban tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dilema dalam menerima perusahaan multinasional (PMN) kerap kali menjadi permasalahan di suatu negara, kehadiran dari PMN kerap kali menyebabkan suatu polemik, PMN sering sekali dianggap hanya mencari untung sebesar besarnya bagi negara asalnya saja dan tidak mementingkan kondisi dari negara penerima, namun di lain sisi perusahaan ini juga memberikan dampak baik bagi negara penerima, baik dari keterbukaan lapangan pekerjaan hingga pendapatan negara yang bertambah.
ADVERTISEMENT
Dalam tulisan ini penulis akan menjelaskan apa saja keuntungan yang akan didapatkan suatu negara dari kehadiran PMN, kerugian-kerugian yang akan didapatkan dari negara penerima yang mana melihat dari kasus-kasus yang pernah terjadi sebelumnya, dan bagaimana opini penulis mengenai langkah apa saja yang sepatutnya suatu negara pertimbangkan jika ingin menerima PMN.
Keuntungan dari Kehadiran Perusahaan Multinasional (PMN)
Keuntungan dari adanya PMN sebenarnya sangatlah beragam, namun dalam tulisan ini penulis hanya akan menyebutkan dan menjelaskan beberapa saja, yang mana menurut pandangan penulis keuntungan tersebut sangat dirasakan oleh negara penerima dan juga masyarakat negara penerima.
Keuntungan yang pertama adalah keterbukaan lapangan pekerjaan, tentu saja tiap PMN membutuhkan karyawan dengan jumlah yang cukup besar, oleh karena itu dengan kehadiran perusahaan ini maka akan ada pula jumlah lowongan pekerjaan yang beragam. Menurut data dari website resmi Mcdonald’s Indonesia, mereka menyebutkan bahwa sudah terdapat setidaknya lebih dari 14.000 karyawan yang tersebar di 200 gerai Mcdonald’s di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Begitu pula dengan rivalnya yaitu KFC, dilansir dari laporan tahunan perusahaan KFC Indonesia di tahun 2019 lalu, karyawan KFC yang tersebar di seluruh gerai di Indonesia setidaknya mencapai 16.968 orang.
Dari dua PMN yang bergerak pada sektor makanan dan minuman ini, dapat dilihat setidaknya kedua perusahaan membutuhkan lebih dari 30.000 karyawan. Ditambah dengan PMN lainnya, tentu saja jumlah lapangan pekerjaan yang disediakan sangat besar dan beragam.
Keuntungan kedua adalah pada Spillover. Spillover merupakan aset pengetahuan, manajemen, & informasi, yang bersifat sangat penting yang mana PMN tersebut mencoba untuk mengamankan nya. Namun yang sering terjadi adalah aset tersebut bocor dan akhirnya dari kebocoran tersebut munculah perusahaan kecil baru dengan menggunakan aset hasil dari kebocoran tadi.
ADVERTISEMENT
Contohnya adalah toko atau perusahaan yang menjual produk yang sama seperti apa yang PMN jual namun bersifat sederhana, banyak sekali masyarakat Indonesia memproduksi suatu produk yang mana mirip dengan hasil produksi dari PMN, misalnya burger yang awal mulanya dicetus oleh McD, kini banyak brand-brand yang berasal dari dalam negeri yang menjual Burger, ada pula brand sepatu lokal yang mencoba meniru brand seperti Nike, Adidas, Converse. Tanpa adanya PMN di Indonesia kemungkinan masyarakat Indonesia sulit mendapatkan aset pengetahuan dan informasi tadi.
Keuntungan ketiga adalah pemasukan bagi negara dan menarik investor lainnya. Tentu saja tiap PMN yang masuk dan ingin mendirikan anak perusahaannya harus membayar pajak, dan dari sini pemasukan bagi kas negara akan bertambah. Dilain sisi jika perusahaan tersebut merasakan keuntungan, maka tentu saja perusahaan lain akan mengikuti langkah perusahaan tersebut dengan membuka cabang di negara itu dan dari sini akan ada investor-investor lainnya yang mencoba untuk menanamkan sahamnya di negara tersebut.
ADVERTISEMENT
Kerugian-Kerugian bagi Negara Penerima
Sama seperti bagian keuntungan, dalam bagian kerugian ini pula penulis akan lebih menulis kerugian yang mana menurut pandangan penulis kerugian tersebut sangat dirasakan oleh negara penerima dan juga masyarakat negara penerima.
Kerugian yang pertama adalah pada lowongan pekerjaan yang disediakan kerap kali berketerampilan rendah, melihat bagaimana keuntungan dari perusahaan multinasional di atas, yang mana salah satunya adalah pembukaan lapangan pekerjaan yang cukup besar, namun sayangnya kerap kali beberapa PMN hanya menginginkan tenaga kerja yang berketrampilan rendah saja dengan maksud dapat memberi upah yang rendah pula. Dan untuk posisi yang mana membutuhkan tenaga kerja yang berketerampilan tinggi maka perusahaan tersebut akan mengambil tenaga kerja dari negara asalnya.
ADVERTISEMENT
Kerugian selanjutnya adalah pada bagian dampak sosial dan budaya masyarakat, yang mana masyarakat menjadi lebih konsumtif hanya demi mengikuti gengsi dan tren. Masyarakat juga lebih condong memilih mengikuti budaya dari luar negeri ketimbang harus menjaga budaya negerinya sendiri.
Dan untuk kerugian ketiga adalah kerap kali terjadi eksploitasi pekerja dan pelanggaran terhadap Hak asasi manusia, kedua hal ini kerap kali terjadi di perusahaan multinasional, dimana para pekerja dipaksa untuk bekerja lebih dari batas waktu yang sudah ditentukan, namun tidak diberi upah yang sepadan. Bahkan kasus mempekerjakan anak dibawah umur pernah terjadi di Pantai gading yang mana kasus tersebut ada sangkut pautnya dengan perusahaan multinasional nestle. Contoh kasus serupa juga pernah terjadi di China yang mana perusahaan Apple dari Amerika Serikat mempekerjakan anak dibawah umur.
ADVERTISEMENT
Langkah yang Sepatutnya Dipertimbangkan Suatu Negara Sebelum Menerima Perusahaan Multinasional (PMN).
Menurut tanggapan penulis, untuk meminimalisir kerugian dari adanya PMN di suatu negara, setidaknya terdapat beberapa langkah yang dapat diambil oleh negara sebelum menerima PMN tersebut.
1. Mempermudah regulasi namun diperketat.
Dengan mempermudah regulasi diharap para investor mau datang ke negara tersebut dan menanamkan saham atau membuat perusahaannya di negara tersebut, dan di lain sisi, regulasi tadi tidak hanya dipermudah saja namun juga diperketat, dimana tiap regulasi diperjelas tiap detailnya dengan maksud memberi keuntungan yang lebih bagi negara tersebut.
2. Jangan pernah melupakan sisi lingkungan dan hak para pekerja.
Kedua hal ini kerap kali dilupakan suatu negara dalam menerima perusahaan multinasional, yang mana membuat negara tersebut akhirnya mengalami kerugian yang berkepanjangan. Dari segi lingkungan dengan adanya PMN sering sekali terjadi kerusakan lingkungan yang akan terasa akibatnya dalam jangka waktu yang panjang. Dari segi ketenagakerjaan, jika hak para pekerja dilupakan maka akan timbulnya pengeksploitasian para pekerja, jika hal tersebut berlangsung dalam jangka waktu yang lama maka akan menyebabkan tenaga kerja yang murah (rela dibayar murah dengan waktu kerja yang panjang).
ADVERTISEMENT
3. Dalam awal negosiasi antara perusahaan multinasional dan negara, usahakan negara penerima mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
Usahakan negara penerima lah yang mendapat untung yang lebih besar, keuntungan disini tidak hanya berupa materi, melainkan dari segi sosial dan budaya, segi lapangan pekerjaan, dan dari banyak aspek lainnya.