Konten dari Pengguna

Menjembatani Fakta dan Narasi: Membongkar Jurnalistik Sastra

Sultan Fawwaz 1
Saya Sultan Fawwaz, saya merupakan mahasiswa semester 4 dengan prodi Sastra Indonesia di Universitas Pamulang.
13 Juni 2024 9:26 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sultan Fawwaz 1 tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Seorang Jurnalistik. Sumber: Pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Seorang Jurnalistik. Sumber: Pexels.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jurnalistik sastra sebuah frasa yang mungkin terdengar asing bagi sebagian orang, hadir sebagai perpaduan unik antara dua dunia yang berbeda yaitu jurnalisme dan sastra. Di satu sisi, jurnalisme berfokus pada penyampaian fakta dan informasi secara akurat dan objektif. Di sisi lain, sastra menjelajahi emosi, imajinasi, dan keindahan bahasa.
ADVERTISEMENT
Jurnalistik sastra, atau yang dikenal juga sebagai literary journalism, menggabungkan kedua elemen ini dengan menghadirkan laporan berita dan cerita non-fiksi yang kaya akan narasi, deskripsi yang memikat, dan sentuhan emosional. Tujuannya adalah untuk tidak hanya menginformasikan, tetapi juga melibatkan pembaca secara mendalam, membangkitkan rasa ingin tahu, dan mendorong refleksi.
Ciri khas jurnalistik sastra:
1. Penggunaan narasi yang kuat: Jurnalistik sastra menceritakan kisah, bukan hanya menyajikan fakta. Penulis membangun alur cerita yang menarik, memperkenalkan karakter yang kompleks, dan membawa pembaca ke dalam pengalaman yang diceritakan.
2. Deskripsi yang kaya: Detail sensorik yang jelas dan deskripsi yang memikat membantu pembaca membayangkan suasana, merasakan emosi, dan seolah-olah berada di tempat kejadian.
3. Gaya bahasa yang kreatif: Penggunaan bahasa yang figuratif, seperti metafora, simile, dan majas, menambah keindahan dan kedalaman pada tulisan.
ADVERTISEMENT
4. Fokus pada manusia: Jurnalistik sastra sering kali mengangkat kisah individu, komunitas, dan pengalaman manusia dengan cara yang menyentuh dan penuh makna.
Beberapa contoh terkenal dari jurnalistik sastra yaitu:
1. "The White Album" oleh Joan Didion: Sebuah esai tentang budaya California di tahun 1960-an.
2. "In Cold Blood" oleh Truman Capote: Sebuah laporan non-fiksi tentang pembunuhan keluarga Clutter di Kansas.
3. "The New Journalism" oleh Tom Wolfe: Sebuah antologi yang menampilkan karya-karya jurnalistik sastra terkemuka.
Sederhananya, Jurnalistik sastra tidak hanya berfokus pada fakta, tetapi juga pada psikologi dan motivasi individu yang dilaporkan, menciptakan karakter, drama, dan konflik dalam narasi mereka. Sehingga memberikan wartawan ruang untuk mengeksplorasi dan mendeskripsikan secara rinci mengenai hidup seseorang secara kontekstual dan relevan.
ADVERTISEMENT