Meraih Mimpi dan Melukis Pelangi Lewat Film

Sulung Landung
Delapan belas tahun berkarier di industri hiburan dan sekarang memiliki manajemen artis bernama Avatara88.
Konten dari Pengguna
30 Maret 2017 19:15 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sulung Landung tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Film (Foto: Thinkstock)
Film merupakan sarana berimajinasi. Mewujudkan sesuatu yang hanya kita bayangkan lewat sebuah buku menjadi rangkaian adegan yang kemudian dapat dinikmati banyak orang. Bukan sekadar tontonan berdurasi kurang lebih 1,5 - 2 jam, film juga medium untuk menyampaikan pesan.
ADVERTISEMENT
Sejak kecil, gue sangat suka menonton film. Menggelitik untuk diingat. Gue rela naik becak setiap malam Minggu untuk menikmati film Mandarin atau Bollywood. Perasaan begitu bahagia dan bergairah. Sampai hari ini, ada beberapa film dari karya sutradara keren yang menginspirasi gue dan terus menempel di memori.
Karya film Nya Abbas Akup, Bapak Film Komedi Indonesia, tidak pernah mengecewakan gue—selalu suka dan tidak pernah bosan. Ada beberapa contohnya: Koboi Sutra Ungu dan Cintaku di Rumah Susun yang begitu fenomenal. Teguh Karya juga selalu mendapat tempat istimewa buat gue. Film-filmnya yang sangat lokal dan dekat dengan kehidupan sehari-hari, seperti Doe Tanda Mata dan Secangkir Kopi Pahit.
Dua sutradara wanita di Indonesia, Nia Dinata dan Upi, sangat piawai menggambarkan kehidupan kaum urban, kehidupan metropolitan secara apa adanya berdasarkan gaya mereka masing-masing. Dan menurut gue itu keren! Itu keren.
ADVERTISEMENT
Pada 1999, gue dan Rusli Eddy pernah membuat film pendek yang berjudul Kamar Mandi. Itu sebelum gue terjun di dunia showbiz. Di film itu, gue berperan sebagai produser dan Rusli sebagai sutradara. Gue inget banget, biaya produksi waktu itu Rp 2,5 juta. Singkatnya, film pendek itu bercerita tentang kegiatan di dalam toilet yang sangat pribadi. Kami kirim Kamar Mandi ke beberapa festival film pendek di Indonesia, seperti Festival Film Video Independent Indonesia dan Kuldesak Awards.
Siapa sangka film Kamar Mandi berhasil mendapat penghargaan khusus "Garin Nugroho Award". Film ini dipuji untuk inovasi dan tema ceritanya. Di Kuldesak Awards, Rusli Eddy mendapat penghargaan "Sutradara Masa Depan".
Penghargaan itu suatu kebanggaan dan menjadi titik awal ketertarikan dan kecintaan gue di industri perfilman Indonesia.
ADVERTISEMENT
(Di lain kesempatan, gue akan menceritakan tentang film Kamar Mandi!)
Berkarir sebagai manajer artis tak membuat gue putus hubungan dengan rekan-rekan sineas film. Kesempatan itu datang lagi. Pada 2008, gue mendapat tawaran dari Adi Sumarjono sebagai co-producer di film 3 Doa 3 Cinta yang dibintangi Dian Sastrowardoyo dan Nicholas Saputra. Film itu berhasil meraih beberapa penghargaan—Vesoul International Film Festival, "Best Film" di Jakarta International Film Festival (Jiffest), dan 7 nominasi di FFI 2008.
3 Doa 3 Cinta (Foto: imdb.com)
Tak berhenti di situ. Pada 2009, Adi Sumarjono kembali mengajak gue untuk terlibat di filmnya berjudul Serigala Terakhir. Di film yang disutradari Upi inilah gue banyak belajar soal pembuatan film, mulai dari tahap praproduksi hingga pascaproduksi.
ADVERTISEMENT
Serigala Terakhir (Foto: imdb.com)
Dan, pada 2012, gue kembali dipercaya untuk menjadi associate producer untuk film 3 Sum.
Tiga film yang gue terlibat di dalamnya adalah sebuah film yang bercerita tentang keseharian. Sesuatu yang sering kali kita temui. Ada sisi humanis dan bukan kisah fairy tale. Dalam rangka Hari Film Nasional, gue sangat bangga dan tidak berhenti bersyukur melihat industri perfilman Indonesia yang semakin berkembang.
Bangga dan bahagia bisa menjadi bagian dari industri film Indonesia dan masih terus bisa memberikan kontribusi kepada industri yang sangat gue cintai ini.
Maju terus film Indonesia! Bangga film Indonesia!
PS: Apa harapan kamu buat film Indonesia?