Konten dari Pengguna

Stunting dan Peran Penting Remaja dalam Penurunannya

Moh Suma Firman Romadhoni
Mahasiswa Administrasi Publik Universitas Airlangga
28 Februari 2023 8:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Moh Suma Firman Romadhoni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Rapar Koordinasi Ikatan Satuan Generasi Generencana (GenRe) Jawa Timur 2022. Foto: Tim Dokumentasi GenRe Jawa Timur
zoom-in-whitePerbesar
Rapar Koordinasi Ikatan Satuan Generasi Generencana (GenRe) Jawa Timur 2022. Foto: Tim Dokumentasi GenRe Jawa Timur
ADVERTISEMENT
Semenjak diterbitkannya Peraturan Presiden (Perpres) No. 72 tahun 2021 tentang percepatan penurunan stunting di Indonesia, isu stunting menjadi isu nasional yang kerap kali menjadi topik pembahasan di berbagai media dan komunitas masyarakat.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2022, menyatakan prevalensi stunting mengalami penurunan dari 24,4 persen di tahun 2021, menjadi 21,6 persen di tahun 2022. Angka ini masih melebihi dari standar toleransi yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yaitu 20 persen. Target pemerintah dalam penurunan prevalensi stunting adalah 14 persen di tahun 2024 dan tujuan sustainable development di tahun 2030 yang didasarkan pada capaian di tahun 2024.
Stunting adalah hambatan untuk pembangunan sumber daya manusia Indonesia. Stunting merupakan kondisi gagal pada pertumbuhan fisik dan perkembangan otak yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi kronis dan morbiditas dalam jangka panjang. Stunting memiliki kemungkinan terjadi sejak 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) yaitu sejak dalam kandungan hingga usia 2 tahun. Banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya stunting, baik faktor spesifik yang dapat terjadi pada 1000 HPK, maupun faktor sensitif yang dapat terjadi sejak orang tua masih usia remaja (usia pra-nikah).
ADVERTISEMENT
Wakil Presiden Republik Indonesia Ma’ruf Amin menyampaikan dalam rapat terbatas percepatan penurunan stunting, target pemerintah dalam menurunkan stunting hingga 14 persen pada tahun 2024 tidak bisa dicapai jika pemerintah hanya bekerja sendiri. Untuk mencapai target tersebut sangat diperlukan peran dari banyak pihak.
Ilustrasi Stunting, Perbandingan Usia dengan Tinggi Badan. Foto: Ilustrasi/Theindianexpress
Generasi remaja atau generasi zillenial merupakan instrumen penting dalam upaya percepatan penurunan stunting. Karena generasi muda termasuk dalam salah satu sasaran intervensi gizi pencegahan stunting yaitu usia remaja atau pra-nikah. Siklus stunting dimulai sejak remaja putri. Maka masalah stunting perlu disadari juga oleh generasi remaja, agar menjaga asupan gizinya sebagai orang tua masa depan. Penyampaian program penurunan stunting kepada masyarakat oleh generasi muda, menjadi langkah efektif agar tersampaikannya maksud pemerintah dalam upaya ini.
ADVERTISEMENT
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang menjadi lembaga koordinator percepatan penurunan stunting, selama ini melibatkan peran generasi remaja, sebagai figur motivator untuk menyampaikan program-programnya, melalui Kelompok Generasi Berencana (GenRe). GenRe ada di setiap kabupaten atau kota yang beranggotakan kumpulan remaja usia 10-24 tahun yang berkomitmen untuk menjadi mitra pelaksana beberapa program BKKBN. Hadirnya kelompok GenRe ini, bisa dimanfaatkan sebagai mitra untuk menyasarkan esensi penurunan stunting kepada generasi remaja.

Peran Kelompok Remaja dalam Penurunan Stunting

GenRe sebagai kelompok remaja, dapat berperan dalam penurunan stunting dengan menjadi edukator, fasilitator, dan konselor sebaya dalam upaya pencegahan dan penurunan stunting. Beberapa peran fundamental remaja dalam pencegahan stunting berfokus pada tiga hal.
ADVERTISEMENT
Pertama, dengan melakukan edukasi. Remaja harus melek dan peduli dengan isu stunting. Giat mencari sumber referensi pengetahuan dan terlibat aktif dalam diskusi atau implementasi program percepatan penurunan stunting.
Dalam perihal kedudukan ini, GenRe sebagai edukator dan fasilitator, dapat menyampaikan informasi tentang stunting kepada sesama remaja. Penyebab, dampak, dan cara pencegahan stunting, akan lebih efektif disampaikan oleh figur motivator remaja kepada sebayanya dengan cara-cara remaja.
Kedua, memanifestasikan inovasi baru yang dapat memunculkan ketertarikan teman sebaya dengan isu stunting. Eksplorasi dapat dilakukan oleh remaja untuk mencari tahu tentang program percepatan penurunan stunting. Remaja yang peduli dengan sesama remaja, dapat berperan sebagai peer educator bagi teman sebaya, sebab lebih impactful dibanding dengan cara konvensional.
ADVERTISEMENT
Remaja akan lebih menerima substansi yang disampaikan oleh sebayanya, daripada berasal dari orang yang mungkin asing untuk masuk dalam ranah pergaulan remaja. Edukasi yang dapat diberikan oleh GenRe, bisa dengan cara dan media yang biasa digunakan remaja saat ini, seperti penggunaan media sosial sebagai sarananya.
Ketiga, implementasi dari remaja dengan berperan aktif dalam mewujudkan potensi inovasi yang dimiliki, dengan berkolaborasi bersama lembaga terkait, universitas, ataupun komunitas yang memiliki tujuan serupa. Contoh cara kecil yang dapat dilakukan remaja adalah seperti terjun langsung ke masyarakat, diawali dari keluarga sebagai lingkungan terdekat untuk memberi edukasi terkait stunting atau memberi usulan program inovatif terkait stunting.
Selain sebagai role model, GenRe juga dapat berperan sebagai konselor bagi sesama remaja. Konseling yang dapat diberikan oleh GenRe adalah, seputar isu-isu remaja yang kerap kali menjadi ancaman bagi ketahanan remaja.
ADVERTISEMENT
Seperti isu kesehatan mental, kesehatan reproduksi, komunikasi dengan orang tua, dan pemenuhan gizi remaja dalam keluarga, menjadi topik penting permasalahan yang harus diselesaikan oleh remaja. Karena dengan adanya permasalahan pada isu-isu tersebut, akan memengaruhi kesehatan remaja dan berdampak pada generasi masa depan yang akan dilahirkan.
Edukasi di usia remaja dapat dengan dilakukan segmentasi usia remaja. Yaitu usia 10-14 tahun, 15-19 tahun, dan 20-24 tahun. Segmentasi usia remaja dalam memberikan edukasi ini akan lebih efektif dan efisien, karena topik edukasi yang disampaikan sesuai dengan perbedaan isu remaja yang dihadapi di setiap segmentasi usia. Apalagi banyak mitos di Indonesia yang belum valid kebenarannya tapi lebih dipercaya. Ditakutkan informasi yang kurang tepat akan mereka anut yang akan menjadi preseden buruk.
Forum diskusi, edukasi, dan curhat remaja oleh GenRe Jawa Timur. Foto: Tim Dokumentasi GenRe Jawa Timur
Peran aktif dari remaja untuk remaja, akan menyukseskan wacana percepatan penurunan stunting dari pemerintah. Saat ini, adalah era yang telah diambil oleh anak muda. Banyak inovasi yang dikembangkan sejak remaja. Dari merekalah inovasi muncul karena masih memiliki semangat, idealisme, dan kreatifitas tinggi.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, remaja bisa menjadi pintu masuk alternatif untuk pelaksanaan program penurunan stunting. Remaja yang merupakan calon orang tua masa depan memiliki pengaruh terhadap generasi masa depan yang akan dilahirkan. Berdasarkan kajian, status gizi bayi dipengaruhi oleh pola konsumsi gizi ibu sejak remaja. Kebiasaan hidup sehat penting dibiasakan dan dibangun sejak usia remaja. Kampanye atau gerakan terkait isu stunting, akan lebih tersampaikan apabila dilakukan oleh sesama remaja yang memiliki kepedulian pada sebayanya, dengan berkolaborasi bersama pihak-pihak yang memiliki tujuan yang sama.