Konten Media Partner

3 Anak Pengidap HIV di Samosir Diusir dari Sekolah, Belum Ada Solusi

22 Oktober 2018 16:33 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ilustrasi obat antivirus HIV. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi obat antivirus HIV. (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
MEDAN, SumutNews.com | Ketiga anak yatim piatu yang mengidap Human Immunodeficiency Virus (HIV), yakni S (7), H (11), dan SA (10), hampir diusir warga dari Kabupaten Samosir, Sumatera Utara. Warga menolak keberadaan mereka dengan alasan takut penyakit itu menular.
ADVERTISEMENT
Mereka juga dilarang sekolah oleh warga, di mana H dan SA bersekolah di SD Negeri 2 Nainggolan dan S bersekolah di PAUD Welipa. Bupati Samosir, Rapidin Simbolon, mengatakan telah memiliki solusi untuk masalah ini tanpa harus melarang mereka bersekolah.
Salah satu solusinya, kata dia, dengan memberikan kelas khusus untuk S, H, dan SA.
"Kami sayang kepada seluruh anak-anak. Sekarang ada pendapat yang berbeda, di satu sisi orang tuanya meminta jangan digabungkan anaknya dengan yang terpapar HIV. Kemudian datang dari pihak HKBP, 'Oh ini diskriminasi'," kata Rapidin, Senin (22/10).
"Kami menyayangi, tapi ada konteks dan program lain yang kita bisa menyelamatkan dua-duanya. Kami tawarkan pendidikan khusus terhadap anak yang terpapar ini. Jadi tidak bergabung dan kami buat kelas khusus. Jika HKBP mau ya syukur, jika tidak apa boleh buat," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Rapidin menjelaskan, jumlah masyarakat yang meminta agar ketiga anak tersebut keluar dari Samosir terus meningkat. Namun, dia mengaku tidak ingin gegabah dalam mengambil keputusan dan ceroboh karena tekanan masyarakat.
"Jadi kita selamatkan dua-duanya, baik yang terpapar maupun siswa yang tidak. Perkembangan terakhir, masyarakat telah saya bilang, jangan terus begitu saja main (menuntut) harus pindah. Itulah makanya supaya semua memberikan pendapat yang sejuk dan damai," ujar Rapidin.