Cerita Juhai, Peternak Babi yang Galau Menunggu Pembeli

Konten Media Partner
27 Desember 2019 16:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ternak babi milik Juhai. Foto: SumutNews
zoom-in-whitePerbesar
Ternak babi milik Juhai. Foto: SumutNews
ADVERTISEMENT
MEDAN | Tumpur. Hal itulah yang diucapkan Juhai menyikapi merebaknya virus hog Cholera dan African Swine Fever (ASF) yang mamatikan puluhan ribu babi di Sumut.
ADVERTISEMENT
Ia mengaku memiliki sekitar 200-an ekor babi yang dipeliharanya sejak tujuh tahun lalu. Ada tiga jenis babi yang dipeliharanya, yaitu pietrien, large white, duroc.
Jika biasanya babi berukuran 100 kg sudah terjual, namun babi yang berukuran 140 kg-180 kg masih menunggu pembelinya di kandang.
"Banyak tumpur. Ruginya banyak. Pulang modal saja sudah syukur," katanya saat ditemui di kandang ternak babinya di di Jalan Abadi, Desa Sidomulyo, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat, Jumat (27/12/2019).
Ia mengaku, babi-babi yang sudah berukuran besar tidak laku karena tidak ada pembelinya. Sementara, ternak babinya harus terus makan. Modal yang dikeluarkannya Rp 25.000/kg.
Pemilik Ternak Babi Juhai. Foto: SumutNews
"Tak ada pembelinya. Dia (babiku-red) mau terus makan. Kerugian sampai 30-40 persen per ekornya," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Perawatan dilakukan kepada indukan dan anakan. Setelah berumur 6 bulan, katanya, berat babi mencapai 100-an kg baru dijual. Pakan yang diberikan juga sesuai resep, berupa jagung dedak dan konsentrat.
"Karena musibah virus ini dampaknya orang nggak berani makan daging babi. Sebenarnya daerah Tandem babinya semua sehat," ungkapnya.
Ia mengaku, kerugiaan tidak hanya dirasakan peternak yang babinya mati maupun pengusaha. Peternak yang babinya sehat juga merasakannya karena tidak ada pembeli.
"Kerugian dirasakan terus. Utang terus. Kalau udah besar macem mana. Dibesarkan terus gak laku macem mana lagi. Tak mungkin tak dikasih makan (babi)," jelasnya.
Juhai berharap pemerintah dapat membantu agar harga bisa kembali normal. Dia akan berterima kasih jika pemerintah mau membantu rakyatnya.
ADVERTISEMENT
"Harga yang pantas kalau digantikan. Kalau diganti 25 ribu, bisa lah. Untung dikit tak jadi masalah. Yang penting selamat dan kita tak kehabisan modal," pungkasnya. | SUMUTNEWS