Rusmawati, Harapan yang Bersemai di Pesisir Serdang Bedagai

Konten Media Partner
19 Juni 2019 12:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rusmawati membangun pendidikan untuk anak-anak pesisir Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara. SumutNews.com
zoom-in-whitePerbesar
Rusmawati membangun pendidikan untuk anak-anak pesisir Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara. SumutNews.com
ADVERTISEMENT
MEDAN, SumutNews.com | Warga pesisir Kabupaten Serdang Bedagai (sebelumnya bernama Kabupaten Deli Serdang), Sumatera Utara, hidup sulit akibat kemiskinan. Banyak anak-anak tidak memiliki fasilitas bermain dan belajar. Masalah ini membuat Rusmawati berinisiatif membantu mereka.
ADVERTISEMENT
"Dari kondisi itu, di tahun 1998, saya berinisiatif ingin berbagi kepada orang yang membutuhkan," kata perempuan kelahiran Desa Bingkat, 2 Februari 1976, itu saat ditemui di rumahnya di Desa Karang Anyar, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai, Sabtu (18/5).
Saat itu Rusmawati melakukan pendekatan kepada warga pesisir pantai terutama ibu-ibu. Seiring berjalannya waktu, Rusmawati pun semakin dekat dengan mereka dan menjadi 'tempat' berkeluh-kesah atas berbagai masalah yang dihadapi sehari-hari.
"Ternyata mereka mempunyai keluhan, seperti sulitnya mendapat pendidikan terhadap anak mereka secara gratis," ujar Rusmawati.
Bermula dari memanfaatkan teras-teras rumah warga, kini sanggar belajar bagi anak-anak sudah berupa bangunan yang dibuat secara madiri oleh warga.
Dia berinisiatif membuat sanggar belajar anak yang berfokus pada pendidikan setingkat Taman Kanak-kanak (TK). Mulanya Rusmawati memanfaatkan teras-teras rumah warga dan musala sebagai tempat belajar sambil bermain bagi anak-anak, seperti belajar dengan berdongeng.
ADVERTISEMENT
"Alhamdulillah responsnya positif. Saya memang tidak mempunyai materi, tapi saya mempunyai ide dan mereka sepakat membuat sanggar belajar anak tersebut. Saya pun seminggu sekali tinggal di sana," ucap Rusmawati.
Kegiatan Rusmawati mendorong warga untuk ikut membantu mengasuh anak-anak di lingkungan tersebut. Misalnya Ema dan Murni, dua perempuan yang tergugah dengan niat baik Rusmawati.
"Boleh kita bilang Bu Ema waktu itu tidak lulus SD, namun hatinya tergugah untuk mengasuh anak-anak di lingkungannya. Kita lalu mengumpulkan anak-anak dan memberikan pendidikan yang sederhana," kata Rusmawati.
Menurut Rusmawati, pemerintah daerah tidak pernah memberi perhatian terhadap kesulitan yang dihadapi warga, termasuk soal penyelenggaraan pendidikan. Kesulitan pun banyak dihadapinya selama merintis pendidikan bagi anak-anak itu.
Selain mendidik anak-anak, Rusmawati juga memberdayakan perempuan dewasa agar bisa ikut menjadi pendidik bagi anak-anak.
Kendati demikian Rusmawati tidak ingin berkecil hati. Dia mendorong warga untuk ikut bantu membangun gedung sederhana sebagai sanggar belajar anak, sehingga suasana belajar mereka lebih mendukung.
ADVERTISEMENT
"Gedung sederhana yang kami bangun tidak ada meminta dana dari pemerintah. Masyarakat ada yang menyumbang batang kelapa yang dijadikan kayu untuk bangunannya. Saya juga membeli nipah dari mereka dan disematkan menjadi atapnya," jelasnya.
Tak hanya mendirikan satu sanggar, Rusmawati pun berinisiatif untuk mendirikan sanggar lainnya di daerah pesisir pantai. Saat itu dia punya gagasan menggerakkan masyarakat untuk berzakat di bulan Ramadan. Uang zakat itulah yang dimanfaatkan untuk membangun sanggar.
"Kita mencari amil zakat untuk mengumpulkan zakat dari masyarakat. Waktu itu terkumpul dana sekitar Rp 2 juta. Dana itu kami serahkan kepada panitia untuk pembangunan sanggar. Di tahun 1998, berdirilah sekitar 12 sanggar belajar anak," jelas Rusmawati.
Selain mendidik anak-anak, Rusmawati pun memberdayakan para orang tua untuk bisa ikut mendidik anak-anak di sanggar itu. Sehingga jika suatu saat dia tak lagi bisa berkontrubusi, maka ada banyak pendidik seperti dirinya bagi anak-anak.
ADVERTISEMENT
"Alhamdulillah, ada 10 orang yang berhasil kita didik untuk membantu konsep cita-cita yang saya bangun," katanya.
Rusmawati berhasil memberdayakan sepuluh perempuan dewasa yang dapat membantunya mendidik anak-anak di sanggar belajar.
Sekitar tahun 2003-2004, Kabupaten Serdang Bedagai lahir. Saat itu Rusmawati memperluas jaringannya melalui Serikat Perempuan Petani dan Nelayan. Atas usahanya itulah kini sanggar belajar yang dirintisnya mulai mendapat perhatian pemerintah.
"Kita melakukan pertemuan rutin mengundang pemerintah setempat untuk melakukan sosialisasi. Perhatian dari pemerintah daerah baru datang meski belum ada bantuan nyata," imbuh Rusmawati.
Demikianlah perjalanan Rusmawati, bermula dari inisiatif kecil di teras-teras rumah, kini daerah pesisir itu tak lagi dikenal 'terbelakang' karena anak dan ibu-ibunya sudah berpendidikan.
"Meski ini bukan 100 persen dari yang saya lakukan, setidaknya telah menjadi sejarah adanya perubahan di pesisir pantai, terutama untuk perempuan dan anak," katanya.
ADVERTISEMENT
Semua upayanya itu diganjar Penghargaan Semangat Astra Terpadu untuk Indonesia (SATU Indonesia) pada 2011. Dari penghargaan itu dia mendapat uang tunai Rp 50 juta yang dimanfaatkannya untuk membiayai pendidikan kejar paket belajar SMA bagi kader-kadernya yang saat itu hanya lulusan SMP.
"Saat ini sudah ada (anak-anak) yang lulus SD, Play Group (PG), dan Pendidikan Anak Usia Dini (Paud). Saya juga beri kewenangan kepada mereka untuk menyelenggarakan kelompok bermain dan membangun kampungnya dengan berkoordinasi dengan dinas terkait," pungkas Rusmawati.
Updaya Rusmawati membuat Kabupaten Serdang Bedagai tak lagi dipandang sebelah mata.