Sumatera Utara Rangking 8 Produksi Pisang Nasional

Konten Media Partner
8 Maret 2019 22:43 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi
ADVERTISEMENT
MEDAN, SumutNews.com | Sumatera Utara menempati rangking 8 di tingkat nasional dalam produksi pisang sebesar 150.691 ton. Di sisi lain, petani semakin tergiur menanam kelapa sawit untuk menggantikan tanaman pisangnya yang dianggap tak lagi menguntungkan. Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Utara (angka tetap/ATAP) 2017 mencatat, Sumatera Utara menyumbang 2,10 persen produksi nasional dengan lahan seluas 1.286 hektare.
ADVERTISEMENT
Pemerintah, melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan APBD, tahun 2018 juga mendistribusikan bibit pisang sebanyak 26.000 batang untuk Asahan, Deli Serdang dan Langkat. Menurut Kepala UPTD Benih Induk Hortikultura Gedung Johor, Baharuddin Siregar, provinsi ini terkenal dengan pisang barangan. Tahun ini, pihaknya menargetkan produksi benih pisang dari kultur jaringan sebanyak 20.000 batang. Hingga November 2018 sudah terealisasi sebanyak 18.000 batang.
Dari 20.000 batang, umumnya adalah pisang barangan. Selain itu juga ada pisang kepok. Di lahan milik BIH Gedung Johor sudah ada beberapa rante yang ditanami pisang barangan dari kultur jaringan dan sudah berbuah walaupun masih dibungkus dengan kain putih sebagai pelindung. Pisang barangan dari kultur jaringan cukup menjanjikan dilihat dari jumlah sisirnya yang bisa lebih banyak.
ADVERTISEMENT
Namun demikian, tetap harus dilakukan perawatan sebagaimana pisang barangan non kultur jaringan dengan membersihkan pelepah, memberikan pupuk organik dan perlakuan lainnya sesuai apa standar operasional prosedurnya (SOP). “Ini kan dari pokok aslinya. Ini lebih tahan terhadap serangan hama penyakit tapi kalau ditanam di lahan tanah sudah terserang ya tetap saja kena,” katanya, Jumat (8/3/2019).
Seorang pendamping petani, Nasional Ginting mengatakan Dusun Kampung Dalam, Desa Talun Kenas, Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deliserdang, dulunya adalah sentra produksi pisang barangan di Sumut. Tahun 2013, dusun tersebut, pernah mengekspor pisang sebanyak 850 kg ke Singapura. Namun, petani belum bisa meningkatkan atau mempertahankan kuantitas dan kualitas produksi pisang barangan yang potensial.
Selama bertahun-tahun luasan lahan pertanaman pisang barangan kian menyusut karena banyaknya petani yang mengalihkannya menjadi tanaman lain karena serangan jamur fusarium dan bakteri yang membuat produksi terus merosot. Belum lagi adanya serangan penyakit bunchy top karena banana virus dan menyebar lewat kutu daun pentalonia nigronervosa yang membuat tanaman kerdil.
ADVERTISEMENT
“Sudah banyak yang menggantinya dengan kelapa sawit. Walaupun lahannya kecil, tapi mereka tetap memilih kelapa sawit ketimbang pisang,” katanya.
Utema Silan dari UPT Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumut mengatakan, pisang barangan paling banyak tumbuh di Talun Kenas, Sibiru-biru dan Pancurbatu. Namun disayangkan karena serangan hama dan penyakit telah menghancurkan pertanaman pisang barangan petani dan membuat mereka tidak semangat lagi untuk membudidayakannya.
“Masalah di pisang barangan itu empat, seperti layu fusarium, layu bakteri, sigatoka dan bunchy top. Itu semua bisa diatasi. Tapi mengawalinya harus kesepakatan semua. Tidak bisa sendiri-sendiri,” pungkasnya.