Konten dari Pengguna

Mengenal Bahasa Tobati: Permata Linguistik Papua yang Hampir Terlupa

Adristi Nurfajri
Mahasiswa S1 Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
23 November 2024 12:30 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Adristi Nurfajri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Keindahan laut Papua beserta penduduknya. Foto: pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Keindahan laut Papua beserta penduduknya. Foto: pexels.com

Mengenal Bahasa Tobati: Permata Linguistik Papua yang Hampir Terlupa

ADVERTISEMENT
Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki kekayaan bahasa daerah luar biasa dengan menempati peringkat kedua di dunia. Menurut data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Indonesia memiliki 718 bahasa daerah dengan 273,8 juta penduduk. Salah satu bahasa yang unik namun hampir terlupakan adalah bahasa Tobati, yang dituturkan oleh suku Tobati yang tersebar di Desa Engros dan Tobati, Jayapura. Bahasa Tobati jarang sekali diketahui masyarakat. Padahal, bahasa ini memiliki keunikan dan ciri khasnya sendiri, lho. Kira-kira, apa saja keunikan serta fakta menarik bahasa Tobati? Apakah benar bahasa Tobati mendekati kepunahan? Artikel ini akan mengajak kamu menelusuri asal-usul bahasa Tobati dan cara melestarikannya. Yuk, simak penelusurannya!
ADVERTISEMENT
Bahasa Tobati merupakan bahasa daerah dalam rumpun Austronesia yang memiliki hubungan jauh dengan bahasa Māori dan Hawa’i. Bahasa Tobati memiliki tata bahasa yang unik jika dibandingkan dengan bahasa Austronesia lain. Perbedaan ini timbul karena masyarakat Tobati sering berinteraksi dengan suku-suku lainnya yang menggunakan bahasa nonaustronesia. Interaksi ini menciptakan ciri khas tersendiri yang membuat bahasa Tobati begitu menarik untuk dipelajari.
Karakteristik bahasa Tobati sangat berbeda dibandingkan dengan bahasa lain di Papua. Tata bahasanya dipengaruhi oleh budaya maritim, sehingga terdapat banyak kosakata yang berkaitan dengan laut, perahu, dan fenomena alam. Semua itu menunjukkan eratnya kaitan masyarakat Tobati dengan lingkungan sekitarnya. Bahasa Tobati memiliki beberapa kosakata yang sulit diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Contohnya yaitu kata hraria yang artrinya ‘di bawah’, dan ninggi yang artinya ‘sampai’.
ADVERTISEMENT
Susunan bahasa Tobati memiliki pola yang unik, yaitu dengan berakhiran verba, seperti subjek-objek-verba (SOV) dan objek-subjek-verba (OSV). Berdasarkan beberapa sumber, dapat disimpulkan bahwa bahasa Tobati memiliki struktur yang fleksibel asalkan verba selalu berada di akhir kalimat.
Contoh struktur SOV bahasa Tobati yaitu:
Aka = saya (subjek), kai = ikan (objek), aibi = tangkap (verba).
Contoh struktur OSV bahasa Tobati yaitu:
Kai = ikan (objek), aka = saya (subjek), aibi = tangkap (verba).
Berbeda dengan bahasa Austronesia yang cenderung menggunakan pola subjek-verba-objek (SVO) seperti, Saya menangkap ikan.
Bahasa Tobati berperan sebagai bahasa komunikasi sehari-hari masyarakat Tobati. Selain itu, bahasa Tobati juga menjadi sarana untuk menyampaikan tradisi lisan melalui cerita rakyat, mitos, dan nyanyian adat. Misalnya pada acara pengukuhan kepala suku atau persembahan kepada leluhur. Melalui bahasa, nilai-nilai, dan kearifan lokal bahasa Tobati diwariskan turun-temurun, meski seiring berkembangnya zaman, penggunaan bahasa Tobati ini mulai tergeser dengan penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa asing.
ADVERTISEMENT
Saat ini, bahasa Tobati berada pada kondisi yang sangat mengkhawatirkan. Menurut survei, jumlah penuturnya menurun drastis: dari 617 orang pada tahun 1986, turun menjadi 350 orang pada 2001, dan pada 2007 jumlah penutur yang tersisa hanya sekitar 100 orang. Hingga saat ini, jumlahnya terus berkurang walau belum ada data pasti yang menunjukkan jumlah terkini. Kebanyakan penuturnya saat ini beralih menggunakan bahasa Indonesia atau Melayu Papua dalam berkomunikasi. Diperkirakan dalam beberapa dekade yang akan datang, bahasa Tobati dapat mengalami kepunahan jika tidak ada upaya untuk melestarikannya. Apakah kita tega melihat bahasa ini beserta nilai luhurnya punah begitu saja?
Menyadari kritisnya pelestarian bahasa Tobati di Papua, pemerintah melakukan upaya melalui program dimasukkannya bahasa Tobati sebagai muatan lokal dalam pendidikan tingkat SD, SMP, dan SMA. Peningkatan apresiasi bahasa diupayakan melalui pengadaan Festival Tunas Bahasa Ibu khususnya di kalangan generasi muda. Pendokumentasian bahasa melalui kamus, cerita rakyat, dan rekaman audio juga dilakukan untuk memastikan bahasa ini tetap hidup meski hanya dalam bentuk arsip. Cara terbaru yang bisa dikembangkan adalah dengan memanfaatkan teknologi melalui aplikasi belajar bahasa atau media sosial guna memperluas jangkauan pelestarian bahasa.
ADVERTISEMENT
Dalam hal ini, masyarakat dan pemerintah berperan penting untuk bersinergi agar bahasa Tobati tidak punah. Jika bahasa Tobati punah, maka budaya yang melekat di dalamnya juga ikut punah. Melestarikan bahasa Tobati bukan sekadar menjaga alat komunikasi, tetapi juga menjaga identitas, budaya, dan suku di Indonesia. Apakah kita akan merelakan warisan ini hilang begitu saja?