Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Belajar Parenting Dari Keluarga Septi Peni Wulandari
21 Februari 2023 21:03 WIB
Tulisan dari supadilah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Salah satu hal baik yang ingin ditanamkan pada anak adalah menjadi entrepreneur. Saya dan istri berharap anak memiliki semangat entrepreneur. Kami berharap anak kami menjadi orang kaya. Bukan sekedar kaya harta tetapi kaya manfaat juga.
ADVERTISEMENT
Semangat entrepreneur ini baik ditumbuhkan bahkan sejak kecil. Tapi siapa ya keluarga yang bisa dijadikan panduan dalam menumbuhkan entrepreneur dalam keluarganya.
Dulu saya sempat bingung karena belum banyak referensinya. Sampai kemudian istri saya ikut dalam komunitas institut Ibu profesional (IIP). Pendirinya adalah ibu Septi Peni Wulandari.
Ketiga anak Ibu Septi punya project yang bisa memberikan manfaat untuk masyarakat. Bukan hanya untuk dirinya sendiri tetapi bermanfaat untuk orang lain. Dan ternyata hal ini bisa dilakukan bahkan saat masih anak-anak atau usia remaja.
Saat ini di keluarga saya sedang mengupayakan entrepreneur untuk anak. Saya ingin mengajarkan bisnis untuk anak-anak. Semangat entrepreneur dan ide bisnis banyak dipelajari dari internet memanfaatkan paket internet cepat. Di rumah saya mengajarkan bisnis kepada mereka. Ternyata lingkungan sekolahnya pun mendukung. Di sekolah pada waktu tertentu anak-anak berjualan.
ADVERTISEMENT
Biasanya satu bulan sekali. Banyak bisnis yang sudah dicoba anak-anak.
Dari Bu Septi Peni Wulandari juga kami dapat inspirasi untuk mengasah jiwa entrepreneur anak. Mengajarkan dan menumbuhkan bisnis sesuai dengan hobinya. Anak sulung saya namanya Jundi. Biasa dipanggil Mas Jundi. Dia sekolah di Sekolah Alam Ilalang.
Karena anak-anak suka mainan maka anak-anak saya pun bisnis atau berjualan mainan.
Pada saat viral mainan lato-lato kami terlambat untuk meresponnya. Kami malah jualan mainan lain seperti gasing, kelereng, gambaran, ular tangga, dan gambot air. Karena melawan arus maka jualannya pun tidak terlalu. Malah tidak balik modal alias rugi. Tapi bukan untung dan rugi yang jadi tujuan utamanya. Tujuan utamanya adalah memberikan pengalaman bisnis kepada anak.
ADVERTISEMENT
Saat ini permainan lato-lato agak mereda, anak-anak mulai menyukai mainan stik. Hal ini tidak kami sia-siakan. Malahan dia yang mengusulkan untuk jualan stik. Beli stik di tempat jualan mainan. Berbagai macam jenis stik dan harganya pun berbeda-beda.
Bersiap dengan jualan stiknya (dokumentasi pribadi). Pertama beli satu plastik berisi 5 pak stik. Satu stik isinya 50 stik. Harganya Rp. 15.000.
"Ini dijual aja gimana?"
"Berapa harganya?"
"Satu paknya Rp. 7000 aja. Di tempat teman malah satu stik Rp. 1000. Kemahalan di sana mah."
Kemudian ditawarkan ke teman-temannya. Karena jauh lebih murah daripada di tempat yang lainnya dalam waktu singkat 4 pak stik ludes terjual. Satu pak stik diambilnya untuk koleksi sendiri. Dalam waktu hitungan menit saja dia sudah untung Rp 13.000.
ADVERTISEMENT
Karena laris kami pun beli lagi stik sebanyak 2 pak. Dalam waktu singkat juga terjual. Sekali lagi satu paknya diambil untuk koleksi pribadi. Dia pengen main juga.
"Lumayan ya jualan stik. Udah dapat untung, mainan stiknya bertambah," katanya.
Namun jualan stik tidak selalu untung. Suatu hari dia pengen beli stik yang lebih bagus edisi spesial. Tampilannya pun lebih bagus dan menarik.
Harganya Rp. 15.000 isinya 75 stik. Memang kali ini tidak langsung dijual. Temannya pun sudah pada punya. Selang satu hari baru ada yang beli. Stick edisi spesial itu dijual dengan harga Rp. 2000 dapat 12 stik. Sudah ada tiga tiga pembeli. Saat itu saya tidak mengeceknya. Setelah beberapa kali ada yang beli baru dihitung benar harganya. Ternyata hitungannya rugi. Harga jualnya lebih rendah daripada harga beli.
ADVERTISEMENT
Untungnya belum terjual semua. Sehingga ada penyesuaian harga
setelahnya. Untung rugi jadi pembelajaran. Meskipun rugi pengalamannya jadi yang paling berharga. Jualan ini memberikan pelajaran tentang perjuangan, ketelitian dan keseriusan.
"Mas dapat untung Rp. 103.000. Dari jualan stik."
Dia berjualan stik di rumah dan di sekolah. Dari perjuangan stik itu banyak pengalaman yang berharga.
Saya tidak selalu ikut campur dalam kegiatan jualannya. Saya pikir kalau dia punya pengalaman sendiri akan memberikan pelajaran yang lebih kuat diingatnya.
"Ayah, ada yang beli lagi,” kata anak Mas Jundi saat pulang bermain.
“Wah, bagus. Berapa?”
“Rp. 7000.”
“Yeee.. Kita punya banyak uang,” kata adiknya yang berumur 5 tahun.
Uang itu disimpan di dompet khusus uang jualan. Saat ini stiknya tinggal sedikit karena sudah banyak yang dijualnya. Dalam waktu dekat saya juga bakal merancang toko online untuknya.
ADVERTISEMENT
Juga menentukan jualan yang tidak tergantung musim. Saya
sudah membuatkan instagram khusus untuknya menyimpan dokumentasi (foto dan video) dia berjualan. Ini juga sebagai portofolionya. Dengan memanfaatkan paket internet cepat dari IndiHome yang sudah berlangganan lebih dari empat tahun ini.
Keluarga saya benar-benar terbantu dengan layanan IndiHome yang semakin jadi andalan ini. Kebutuhan mengunggah foto maupun video mudah dilakukan dengan bantuan paket internet cepat itu.
Sosok Ibu Septi Peni Wulandari merupakan teladan yang ideal bagi
keluarga kami bukan hanya untuk mengasuh anak-anak tetapi juga hubungan antara suami istri. Berapa kali mengikuti webinar atau diskusi online yang dilakukan. Saya melihat banyak hal yang bisa ditiru dari mereka. Sering sekali webinar ini dilakukan. Saya terbantu sekali dengan paket internet cepat dari IndiHome yang membuat lancar kegiatan diskusi daring atau dalam jaringan itu dilakukan. Salah satu produk PT Telkom Indonesia (Persero) sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang jasa layanan teknologi informasi dan komunikasi inisangat mumpuni memenuhi kebutuhan layanan internet.
ADVERTISEMENT
Pertama, Wajib Komunikasi
Pasangan suami istri sering berkomunikasi. Ini sangat penting. Keduanya merasa harus sering ngobrol. Tidak harus hal penting. Kadang bisa hal yang biasa-biasa saja. Sehari saja harus ada diskusi. Keduanya saling melengkapi.
Kedua, Menerapkan Demokrasi
Dari keluarga beliau juga kita bisa belajar tentang demokrasi. Bisa menghormati pilihan anak. Seperti saat dalam memilih sekolah formal atau non formal itu. Keluarga Bu Septi menghormati pilihan anak. Belajar tidak harus di sekolah. Belajar bisa di mana saja. Alam semesta juga merupakan sekolah. Bahkan lewat internet kita bisa belajar banyak hal untuk mendukung kebutuhan kita. Entah itu kita sebagai pebisnis, relawan, pendidik, dan lainnya. Paket internet cepat dari IndiHome sangat membantu kebutuhan internet berbagai profesi.
ADVERTISEMENT
Ketiga, Selalu Belajar
Ibu Septi juga totalitas menjadi seorang ibu rumah tangga. Begitu
memperhatikan peran sebagai seorang ibu. Pak Dodik dan Bu Septi tidak segan belajar lagi meskipun sudah sarjana. Belajar tidak berhenti saat sudah jadi orang tua. Ilmu parenting selalu berkembang. Ini menjadi kesempatan kita untuk semakin menambah bekal agar peran sebagai orang tua bisa dijalankan dengan lebih maksimal.
Keempat, Selalu Bersungguh-Sungguh
Sungguh-sungguh akan menghasilkan. Bahkan rebahan kalau sungguhan bisa jadi menghasilkan misalnya tester kasur atau semisalnya. Tidak pernah mengutamakan uang atau keuntungan.
Metode jarimatika itu bukan untuk dibisniskan tetapi untuk pendidikan anaknya. Kemudian jarimatika ini semakin diminati banyak orang lalu menjadi besar. Bu Septi bilang, “Kalau bersungguh-sungguh akan menghasilkan. Sesuatu yang kecil kalau dikerjakan sungguh-sungguh akan menghasilkan.
ADVERTISEMENT
Bahkan rebahan saja kalau dikerjakan sungguh-sungguh bisa menghasilkan.
Misalnya jadi tester produk-produk kasur,” katanya.
Kelima, Berkolaborasi Untuk Saling Memberi Manfaat
Bu Septi tidak ingin sendirian dalam meningkatkan keilmuan tentang
parenting. IIP dibentuk agar semakin banyak orang tua yang sadar dengan perannya. Berawal dari rumah, banyak ibu yang tertarik dengan berbagi ilmu bersamanya. Hingga saat ini member IIP sudah ada di Singapura, Malaysia, Mesir, Arab Saudi, Dubai, dan Korea.
Nah, demikian cara saya belajar dari pengalaman Bu Septi Peni Wulandari. Jika dirasa ada manfaatnya, boleh pembaca membagikannya agar semakin banyak lagi yang mendapat manfaat dari tulisan ini. Terima kasih.