Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Ibnu Batutah, Sang Penjelajah dari Maroko
18 Juli 2018 10:35 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
Tulisan dari suparman hasibuan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sungguh fenomenal kisah hidup seorang Ibnu Batutah, sang penjelajah dari Maroko. Bagaimana tidak? coba anda bayangkan lebih dari separuh usianya ia habiskan untuk menempuh perjalanan melintasi dunia. Daratan dan lautan ia arungi, dengan alat transportasi seadanya waktu itu.
ADVERTISEMENT
Nama lengkapnya Abu Abdellah Mouhammed Ibnu Batutah. Seorang sarjana islam keturunan suku Berber, Maroko. Ia lahir tanggal 25 Februari 1304 di kota Tangier, Maroko. Ia dikenal sebagai penjelajah yang telah mengelilingi hampir seluruh dunia. Selama 30 tahun perjalanannya ia telah mengunjungi Afrika Utara dan Barat, Eropa Selatan dan Timur, Timur Tengah, India, Asia Tengah, Cina hingga Indonesia di Asia Tenggara. Kisah pengembaraannya ia tuangkan dalam buku yang diberi judul Rihlah Ibnu Batuta (Perjalanan Ibnu Batuta).
Ibnu Batutah yang juga dikenal sebagai Shams Ad-Din rupanya sangat berjiwa petualang. “Terpengaruh oleh keinginan yang tak kuasa kubendung untuk mengunjungi tempat-tempat suci, aku pun meninggalkan teman-teman dan rumah,” ujar Ibnu Batutah dalam buku perjalanannya. Tidak jarang dalam perjalanannya itu, ia sering menempatkan dirinya dalam bahaya, seperti badai, serangan bajak laut, hingga wabah pes.
Pintu Masuk Makam Ibnu Batutah, Tangier- Maroko (Sumber Photo: PPI Maroko)
ADVERTISEMENT
Perjalanan pertamanya tertuju pada Haramain, Arab Saudi. Di usianya yang masih sangat belia, yakni 21 tahun, Ibnu Batutah menempuh perjalanan seorang diri ke Tanah Suci untuk mengunjungi Baitullah dan makam Rasulullah. Ia bermaksud untuk menunaikan ibadah haji,tetapi ia juga ingin belajar hukum Islam di sepanjang perjalanannya.
Ibnu Batutah memulai perjalanannya dengan mengendarai seekor keledai. Diperjalanan, ia bertemu rombongan kafilah peziarah saat melintasi Afrika Utara. Rute itu terkenal terjal dan penuh bahaya perampok.
Ketika melewati rute terjal Afrika Utara, ia mengalami demam yang begitu parah sehingga ia terpaksa mengikat dirinya ke pelana agar tidak terjatuh, namun ia tetap bertekad melanjutkan perjalanannya.
Setelah menempuh perjalanan sulit, Ibnu Batutah akhirnya sampai di Mesir. Di Mesir, beliau mempelajari hukum Islam dan berkeliling ke Alexandria dan kota metropolitan Kairo, yang disebutnya “tak tertandingi dalam keindahan dan kemegahan.”
ADVERTISEMENT
Ia kemudian melanjutkan ke Makkah untuk beribadah haji.Setibanya di Makkah sebenarnya tujuan awalnya telah tercapai, namun setelah menyelesaikan ziarahnya, ia memutuskan untuk terus berkeliling dunia.
Ibnu Batutah mengaku termotivasi oleh mimpinya, di mana seekor burung besar membawanya terbang ke arah timur dan meninggalkannya di sana. Seorang pria suci yang menafsirkan mimpinya mengatakan bahwa Ibnu Batutah akan berkeliling dunia, dan ia bermaksud untuk memenuhi ramalan itu.
Makam Ibnu Batutah, Tangier- Maroko (Sumber Photo: PPI Maroko)
Selama 30 tahun perjalanannya ia telah mengunjungi Afrika Utara dan Barat, Eropa Selatan dan Timur, Timur Tengah, India, Asia Tengah, Cina hingga Indonesia di Asia Tenggara. Dalam catatan perjalanannya yang tertuang dalam buku legendarisnya mengisahkan bahwa dalam perjalanan laut menuju Cina ia mampir di wilayah Samudera Pasai, Aceh. Ia melukiskan Samudera Pasai dengan begitu indah. ”Negeri yang hijau dengan kota pelabuhannya yang besar dan indah,” tutur sang pengembara berdecak kagum. Kedatangan penjelajah asal Maroko itu mendapat sambutan hangat dari para ulama dan pejabat Samudera Pasai.
ADVERTISEMENT
Kisah penjelajahan Ibnu Batutah yang sampai ke bumi nusantara pada abad pertengahan dengan transportasi seadanya, telah dijadikan inspirasi bagi Indonesia-Maroko untuk terus meningkatkan hubungan kedua Negara. Bagaimana tidak? Ibnu Batutah saja dengan transportasi seadanya telah sampai ke bumi nusantara sejak dulu, bagaimana dengan kita yang sudah punya transportasi yang super canggih saat ini?