Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Abou Diaby: Dengan 'Jika' dan 'Tapi', Semua Kisah Bisa Ditulis Ulang
14 Januari 2020 18:37 WIB
ADVERTISEMENT
Cedera. Mungkin itu adalah kata yang langsung muncul di benak kalian ketika mendengar nama "Abou Diaby". Mau bagaimana lagi? Eks penggawa Arsenal asal Prancis itu memang terkesan berkawan karib dengan cedera.
ADVERTISEMENT
Baru sembuh dari cedera, tak lama kemudian cedera lagi. Begitu terus. Cedera seolah telah jadi rutinitas. Tak kurang dari 40 cedera dialaminya selama membela Arsenal (2006-2015).
13 Januari 2006 adalah kali pertama Arsenal mengumumkan bahwa Diaby resmi berlabuh di Highbury --kandang lama The Gunners. Apa yang ada di benak Diaby? Tentunya, kebanggaan dan kebahagiaan karena impiannya terwujud.
"Aku beruntung bisa membela Arsenal, itu adalah mimpi [yang terwujud] untuk bisa membela klub ini," ujar pria kelahiran 11 Mei 1986 itu di kanal YouTube resmi Arsenal pada 2019.
Para penggemar Arsenal sempat menggadang-gadangnya sebagai penerus Patrick Vieira yang meninggalkan klub untuk bergabung dengan Juventus pada Agustus 2005. Terlebih, keduanya sama-sama pesepak bola Prancis yang berposisi sebagai gelandang tengah.
ADVERTISEMENT
Diaby mengaku sempat tertekan. Namun, dia lantas memutuskan jadi diri sendiri dan berusaha sebaik mungkin.
"Pertama-tama aku harus mengakui bahwa itu adalah tekanan karena Patrick Vieira adalah sosok penting di klub ini dan orang-orang memiliki kecenderungan untuk melihat ke masa lalu. Itu semacam tekanan, tetapi pada akhirnya aku hanya ingin menjadi diriku sendiri," kenangnya.
Namun sayang, cedera membuat impian itu hanya jadi angan belaka. Merusak kariernya, hingga mimpi buruk itu menjelma jadi 'nama tengahnya'.
Diaby menderita cedera perdananya di laga kontra Sunderland pada 1 Mei 2006. Itu terjadi ketika bek The Black Cats, Daniel 'Dan' Smith, menekel angkelnya kelewat keras, hingga mengalami fraktur.
"Itu jelas berdampak besar pada karierku karena sebelumnya aku tidak pernah tahu rasanya cedera otot. Itu membuatku jadi lebih rentan cedera setelahnya," kisahnya.
ADVERTISEMENT
"Saat itu, aku masih muda, sekitar 19 atau 20 tahun. Jadi, aku pikir, ‘Oke, akun akan mendapatkan perawatan dan setelah itu kembali ke lapangan [setelah pulih]," lanjutnya.
Masalahnya, setelah itu, Diaby tidak pernah sama lagi. Pria kelahiran Paris itu mengaku merasakan 'kejanggalan' di kakinya usai kembali merumput.
"Namun setelah kembali ke lapangan, aku merasakan sesuatu yang berbeda. Ketika aku berlari, ada sesuatu yang berbeda. Aku kehilangan banyak fleksibilitas pada angkelku," kata Diaby.
"Saat itulah, aku mulai berpikir bahwa ada yang sedikit berbeda [dengan kakiku]. Aku mulai sering cedera dan mulai menderita cedera otot," tambahnya.
Fleksibilitas. Ya, kalian coba bayangkan saja bagaimana rasanya berlari dengan kaki yang kaku.
Terlebih, sepak bola enggak cuma soal berlari lurus, melainkan ada momen pesepak bola harus memutar badan, berbalik arah, melompat lalu mendarat, mengumpan dan menerima umpan dengan kaki, sprint lalu berhenti, menggocek, dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
Pasti tidak nyaman bermain sepak bola dengan kondisi kaki atau angkel seperti itu. Pada akhirnya, itu berpotensi membuat seorang pemain rentan cedera.
Lantas, apakah Diaby merawat dendam kepada Dan Smith? Sebab, secara tidak langsung, bek Inggris itu menjadi sosok yang mengubah karier Diaby selamanya.
Apakah, jika takdir mempertemukan mereka lagi, Diaby bakal menghajarnya? Apakah dia akan membalas dendam?
"Sejujurnya, aku tidak pernah menyalahkannya. Seperti yang kamu tahu, sepak bola terkadang bisa kejam dan aku memang merasakan kekejaman ini dari sepak bola," akunya.
"Aku pikir, bahkan jika dia lewat di sini (di dekatku), aku tidak akan mengenalinya. Kalaupun ada yang memberi tahu bahwa itu adalah Dan Smith, maka yang bakal kukatakan adalah, 'Oh, apa kabar?' Karena aku bahkan tidak ingat wajahnya," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Sudah disakiti, kariernya gagal gemilang, tetapi enggak dendam. Wah, bisa, enggak, nih, kita meniru Diaby?
Ah, kita mah jangankan dihajar tekel kayak begitu, baru tersenggol sedikit saja kesalnya sudah kayak apaan tahu. Yaelah, santai sedikit dong, Bang.
Di sisi lain, Diaby merasa beruntung karena banyak pihak yang mendukungnya selama di Arsenal. Cedera tak membuatnya dipinggirkan hingga ditelantarkan begitu saja.
Dia mendapat dukungan dari berbagai pihak, hingga menerima perawatan medis. Dan yang terpenting, gajinya tetap dibayar.
"Aku mendapat banyak dukungan dari klub, dari manajer, dan dari tim medis. Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih kepada mereka karena [masa-masa] itu tidak mudah [bagiku]. Tidak mudah," katanya.
ADVERTISEMENT
Faktanya, Diaby tidak pernah menjadi gelandang terbaik dunia. Dia terlalu sibuk menyembuhkan diri dari cedera. 40 cedera selama 9 tahun membela Arsenal tentu sesuatu yang 'luar biasa'.
Kalau kita, sih, kayaknya baru keplitek sedikit saja sudah repotnya bukan main. Padahal, tinggal cari tukang urut atau ke fisioterapis saja, tapi bisa heboh banget hingga satu RT dengar.
Meski begitu, Diaby mengaku tetap bersyukur bahwa dia sudah diberi anugerah bisa bermain di Premier League , Liga Champions , dan kompetisi lainnya bersama Arsenal.
"Orang-orang berbicara tentang cedera, masalah, dan banyak hal, tetapi aku masih menganggap bahwa saya telah mendapat hak istimewa," jelasnya.
"Aku benar-benar ingin berterima kasih kepada semua orang yang kutemui yang telah membantuku bermain sepak bola, yang merupakan impianku," pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Well, terima kasih, Abou Diaby. Kisahmu di Arsenal telah memberi kami pelajaran berharga. Ihwal rajin-rajin bersyukur hingga pantang menyimpan dendam.
---
Mau nonton bola langsung di Inggris? Ayo, ikutan Home of Premier League . Semua biaya ditanggung kumparan dan Supersoccer , gratis! Ayo buruan daftar di sini . Tersedia juga hadiah bulanan berupa Polytron Smart TV, langganan Mola TV , dan jersey original.