Balada Anak Gawang, Orang Pinggiran Dunia Sepak Bola

Supersoccer
Situs web sepak bola terlengkap menampilkan berita sepak bola internasional, preview highlights pertandingan ligaEropa, klub dan pemain, statistik pertandingan.
Konten dari Pengguna
27 November 2019 11:58 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Supersoccer tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi anak gawang. Foto: Micah Sittig/Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak gawang. Foto: Micah Sittig/Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Charlie Morgan. Oke, apa yang ada di benak kalian ketika membaca nama itu? Setidaknya ada seorang manusia yang langsung ngeh ketika membaca atau mendengar nama itu.
ADVERTISEMENT
Dia adalah Eden Hazard.
Winger asal Belgia itulah yang membikin Morgan menjadi [sempat] terkenal. Buat yang belum tahu atau mungkin lupa, mari kita merawat ingatan sejenak bahwa Morgan adalah seorang anak gawang.
Ya, dia ada salah satu dari sekian banyak anak gawang yang bertugas di laga semifinal Piala Liga Inggris edisi 2012/13. Apa 'jasa' Hazard terhadap ketenaran sosok Morgan?
Dalam laga yang berlangsung di Liberty Stadium, kandang Swansea itu, Hazard yang pada masanya masih membela Chelsea, menendangnya. Menendangnya secara harfiah, lho.
Alasannya, Morgan dinilai membuang-buang waktu The Blues yang mesti segera mencetak gol pengejar ketertinggalan. Waktu itu The Swans sedang unggul agregat 2-0.
Atas tindakan tidak terpujinya, wasit Chris Foy menghadiahi kartu merah kepada pesepak bola yang kini membela Real Madrid itu. Hazard lalu meminta maaf [dan membela diri] atas aksinya itu.
ADVERTISEMENT
"Bocah lelaki [anak gawang] itu berusaha menghalangi bola dengan tubuhnya dan aku hanya berusaha menendang bola itu. Kurasa aku menendang bola dan bukan bocah itu. Aku minta maaf," ujar Hazard.
Meski begitu, pada akhirnya Chelsea asuhan Rafael Benitez gagal mencetak satu gol pun. Swansea melaju ke final dan jadi juara usai menekuk Bradford City 5-0.
Well, begitulah nasib anak gawang di dunia sepak bola. Bak orang pinggiran di dunia fana. Memang benar kata Iwan Fals:
Orang pinggiran
Di dalam lingkaran
Berputar-putar
Kembali ke pinggiran
Iwan Fals. Foto: Muhammad Faisal Nu'man/kumparan
Persis seperti nasib anak gawang. Mereka hanya menunggu bola di pinggir lapangan. Mereka berlarian, berputar-putar, mengambil bola ketika jauh meninggalkan lapangan. Setelah itu, balik lagi ke pinggir lapangan.
ADVERTISEMENT
Nyaris tak ada yang menarik buat disaksikan. Kadang jadi korban 'panasnya' laga. Namun, ada kalanya jadi 'pahlawan' yang tidak disangka-sangka.
Misalnya, pada Rabu (27/11/2019) dini hari WIB tadi. Orang-orang boleh memuji kejelian penerapan taktik Jose Mourinho saat Tottenham Hotspur asuhannya menang 4-2 atas Olympiacos di laga pekan kelima Liga Champions 2019/20.
Boleh juga memuji efisiensi penyelesaian akhir Harry Kane. Atau daya juang keseluruhan skuat The Lilywhites yang pantang menyerang meski sempat ketinggalan 2-0 di hadapan pendukungnya sendiri.
Namun, kita tampaknya mesti setuju bahwa ada jasa anak gawang dalam kemenangan kedua Spurs di bawah asuhan Mourinho itu. Semestinya begitu karena The Special One pun berpikir demikian.
Eks pelatih Chelsea itu menilai, anak gawang itu telah dengan cepat memberikan bola kepada Serge Aurier untuk mengawali gol penyama kedudukan yang dicetak Harry Kane.
ADVERTISEMENT
Berkat si anak gawang, momentum serangan Tottenham terjaga, Lucas Moura bisa dengan cepat membawa bola ke kotak penalti, dan gol pun akhirnya tercipta.
"Aku sendiri merupakan anak gawang yang jago di usia 10-15 tahun. Bocah tadi sangat pandai menjalankan tugasnya. Dia mampu memahami dan menikmati jalannya laga. Aku ingin mengajaknya merayakan kemenangan di ruang ganti. Akan tetapi, dia sudah menghilang," ucap Mourinho kepada BT Sport.
Sebenarnya, ini bukan kali pertama anak gawang unjuk gigi di laga Liga Champions. Masih segar dalam ingatan kita bahwa musim lalu seorang anak gawang juga mendapat pujian atas aksinya di laga semifinal Liverpool melawan Barcelona pada 7 Mei 2019.
The Reds yang mengawali laga leg kedua dengan ketertinggalan 0-3 akhirnya mampu meraih tiket ke final [dan juara] usai mengakhiri laga dengan keunggulan agregat 4-3. Seorang anak gawang berkontribusi atas epic comeback Liverpool di Anfield itu, yakni saat terciptanya gol keempat.
ADVERTISEMENT
Ya, inilah sepak bola. Enggak salah jika ada yang menyamakan olahraga 11 lawan 11 ini sebagai refleksi dari kehidupan sesungguhnya.
Peran anak gawang yang diibaratkan sebagai orang pinggiran itu kerap dianggap tak berharga. Enggak wah. Bukan bagian dari tim.
Namun, siapa sangka kehadirannya sebagai sosok liyan mampu memengaruhi jalannya pertandingan, bahkan hasil akhir laga. Pahlawan yang tak terduga meski tetap ada risiko--terluka, misalnya--di balik tugasnya.
Well, mungkin ke depannya sebuah tim sepak bola juga harus mengajak anak gawang ikut rapat taktik, ya.
----
Mau nonton bola langsung di Inggris? Ayo, ikutan Home of Premier League. Semua biaya ditanggung kumparan dan Supersoccer, gratis! Ayo buruan daftar di sini. Tersedia juga hadiah bulanan berupa Polytron Smart TV, langganan Mola TV, dan jersey original.
ADVERTISEMENT