Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.87.1
Konten dari Pengguna
Bobby Robson: Pembebas Trauma Barcelona Pasca-Era Johan Cruyff
29 April 2020 15:13 WIB
Tulisan dari Supersoccer tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Masa bakti mendiang Bobby Robson di Barcelona memang terbilang singkat. Hanya setahun lebih sebulan, dari Mei 1996 hingga Juni 1997. Meski begitu, namanya tetap harum sebagai penerus legasi Johan Cruyff .
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, tongkat estafet si legenda sepak bola Belanda sempat dipegang sebentar oleh 'abdi setianya', Carles Rexach. Namun, Blaugrana akhirnya mantap menunjuk Robson sebagai pelatih kepala tim utama yang baru per bulan yang sama dengan lengsernya Cruyff dari kursi kepelatihan.
Jika cuma melihat fakta statistik, orang enggak akan paham betapa pentingnya kehadiran Robson yang cuma sebentar itu. Lha wong, warisan trofinya untuk 'Raksasa Catalunya' itu tak sebanyak Cruyff, Frank Rijkaard, apalagi Pep Guardiola.
Namun, seorang eks penyerang Barcelona bersaksi soal arti penting eksistensi eks bosnya itu di Camp Nou. Nama eks penyerang yang dimaksud ini adalah Juan Antonio Pizzi.
"Robson bisa salah menyebut nama pemain dan kami jadi saling menatap satu sama lain, mengikutinya," ujar pria yang membela Barcelona selama 1996-1998 itu kepada The Guardian .
ADVERTISEMENT
"Namun, dia [punya tugas] sangat mendasar: Dia harus memimpin Barcelona melalui era tersulit dalam 20 tahun, menjadikan periode pasca-Cruyff sebebas mungkin dari trauma. Itu adalah kebajikan besarnya," lanjutnya.
Hah? Trauma? Trauma apa? Bukankah Barcelona era kepelatihan Cruyff adalah Barcelona yang penuh kejayaan?
Iya, Cruyff memang telah memberikan banyak hal untuk Barcelona. Lebih dari 'sekadar' 11 trofi bergengsi, semasa melatih Blaugrana, sosok yang juga legenda Ajax Amsterdam itu pun membangun fondasi dan menanamkan filosofi.
Akan tetapi, nasibnya pada masa-masa terakhirnya melatih rival abadi Real Madrid itu enggak enak. Setelah 1994, Cruyff blas enggak ngasih trofi apa pun lagi untuk Barcelona. Trofi bergengsi terakhir yang diberikannya adalah Piala Super Spanyol .
ADVERTISEMENT
Alhasil, kisah Cruyff di Barcelona diakhiri dengan pemecatan pada Mei 1996. Sosok pecandu rokok itu meninggalkan Barcelona dalam kehampaan prestasi.
Syahdan, Barcelona mesti mencari sosok pelatih yang bisa mengangkat kembali prestasi klub. Lantas, ditunjuklah Bobby Robson, pelatih yang telah memenangi banyak trofi bersama Ipswich Town, PSV Eindhoven, hingga FC Porto.
"Dia itu old school, dekat dengan para pemain, dan pelajaran darinya bukan hanya tentang sepak bola, mereka adalah manusia. Dia adalah orang yang luar biasa dan setiap kali kami bertemu, kami mengingatnya dengan penuh kasih," terang Pizzi.
Keputusan Barcelona menunjuk Robson terbukti tidak salah. Eks pelatih Timnas Inggris itu mempersembahkan tiga trofi sekaligus sebagai penghilang dahaga prestasi selama dua musim.
ADVERTISEMENT
Trofi Copa del Rey , Piala Super Spanyol, dan Piala Winners masuk ke dalam kabinet juara klub. Pada rezimnya, pria kelahiran 18 Februari 1933 itu punya penyerang subur bernama Ronaldo Luis Nazario de Lima alias Ronaldo 'Botak' di timnya.
Kemudian, jangan lupa juga. Karier Robson ada kemungkinan enggak akan langgeng jika tak memiliki seorang asisten pelatih cerdik yang kerap berada di sampingnya.
Kalian pasti kenal betul orang itu. Coba tebak siapa?
Ya, dialah Jose Mourinho . Jangan salah, pria yang kini dikenal sebagai salah satu pelatih jempolan di dunia itu belajar ilmu kepelatihan dari Robson, lho.
Awalnya, dia menjadi penerjemah Robson di Sporting CP, lalu naik pangkat menjadi asisten pelatihnya di Porto, kemudian ikut dibawanya juga ke Barcelona. Perannya sebagai penerjemah mengharuskan Mourinho hadir dalam diskusi soal taktik dan dari situlah pria asal Setubal itu belajar.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, tongkat estafet diserahkan kepada Louis van Gaal . Pelatih yang satu kebangsaan dengan Cruyff itu mampu memberi empat trofi selama 1997-2000, dua di antaranya La Liga .
Bagaimana perbandingan Robson dan Van Gaal di mata Pizzi? Pas, nih, bertanya ke Pizzi karena dia cuma semusim merasakan 'tangan dingin' dari masing-masing pelatih di atas.
"Dia dan Van Gaal memakai cara berbeda. Yang satu (Robson) mengandalkan faktor emosi, manusia; sedangkan Louis lebih banyak menerapkan pengetahuan taktis, struktur. Ada rasa hormat [untuk keduanya], tetapi itu adalah soal idenya yang benar-benar berbeda," terang pemegang 22 caps Timnas Spanyol itu.
Ya, itulah Bobby Robson. Kehadirannya di Barcelona bak sebuah persilangan atau pintu masuk pertukaran nasib.
ADVERTISEMENT
Ironinya adalah Robson bisa memutus periode nirtrofi Barcelona , tetapi dia tak mampu lagi menjuarai kompetisi bergengsi usai meninggalkan Camp Nou. Meski begitu, ingatan tentangnya tetap abadi, bahkan usai kematiannya pada 31 Juli 2009.
---
Ayo, ikutan Home of Premier League dan menangi 1 unit SmartTV dan 2 Jersi Original klub Liga Inggris. Buruan daftar di sini .