news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Final Liga Champions 2004: Jose Mourinho Memuliakan 'Kuda Hitam' Bernama Porto

Supersoccer
Situs web sepak bola terlengkap menampilkan berita sepak bola internasional, preview highlights pertandingan ligaEropa, klub dan pemain, statistik pertandingan.
Konten dari Pengguna
26 Mei 2020 19:34 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Supersoccer tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Jose Mourinho saat melatih FC Porto. Foto: MIGUEL RIOPA / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Jose Mourinho saat melatih FC Porto. Foto: MIGUEL RIOPA / AFP
ADVERTISEMENT
Final Liga Champions 2004 boleh jadi adalah final paling anomali dalam dua dekade teranyar. Sebab, bukan Real Madrid, Barcelona, Bayern Muenchen, AC Milan, Liverpool, maupun Manchester United yang berlaga; melainkan dua 'kuda hitam' bernama Porto dan AS Monaco.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, cuma satu 'kuda hitam' yang melenggang ke podium teratas, yakni Porto, yang ditunggangi 'joki' andal bernama Jose Mourinho. Inilah awal mula publik luas mulai menaruh mata terhadap pelatih yang kini dikenal--mengenalkan dirinya--sebagai The Special One.
Sebelumnya, kalian perlu tahu, dua tim ini menempuh jalan yang sukar untuk sampai ke partai puncak. Monaco--usai menjuarai Grup C--menyingkirkan Lokomotiv Moscow, Real Madrid, dan Chelsea di fase gugur.
Di sisi lain, Porto si runner up Grup F menendang Manchester United, Lyon, dan Deportivo La Coruna; dari 16 besar hingga semifinal. Takdirnya, Dragoes menantang Les Monegasques di laga pemungkas.
Ya, ya, ya. Ini memang duel antara dua tim penuh kejutan. Namun sebetulnya, kalau kamu sudah mulai aktif mengikuti sepak bola pada zaman itu, tidaklah salah jika kamu lebih menjagokan Monaco ketimbang Porto.
ADVERTISEMENT
Sebab, si wakil Liga Prancis menempatkan dua penyerangnya, Fernando Morientes (9 gol) dan Dado Prso (7 gol) di daftar teratas topskorer Liga Champions. Mereka juga punya pendulang assist andal bernama Jerome Rothen (6 assist) dan Ludovic Giuly (4 assist).
Fernando Morientes juga andalan Timnas Spanyol. Foto: AFP/Jacques Demarthon
Sementara itu, sang utusan Liga Portugal memiliki Benni McCarthy (4 gol) sebagai bomber tersubur mereka di Liga Champions musim itu, yang jumlah golnya sama dengan Giuly. Mereka pun punya satu pendulang assist utama, namanya Deco (6 assist).
Namun, sepak bola ala Mourinho bukanlah sepak bola yang cuma pamer banyak-banyakkan gol, melainkan soal siapa yang menang di akhir laga. Ya, dari dulu, si pelatih asal Setubal memang sudah sepragmatis itu.
Hasilnya, benar saja. Monaco menguasai jalannya laga final di Gelsenkirchen itu. Armada Didier Deschamps memiliki penguasaan bola sampai 55%. Mereka melepas delapan tembakan, tetapi tak ada yang akurat, dan tercatat offside 19 kali.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, Porto cuma enam kali membuat tembakan; empat di antaranya akurat, tetapi cuma satu yang gagal jadi gol. Ya, skor akhirnya 3-0. Gol dicetak oleh Carlos Alberto, Deco, dan Dmitri Alenichev.
Benni McCarthy tidak menjadi starter di final Liga Champions 2004, baru dimasukkan pada menit 78. Foto: AFP/MIGUEL RIOPA
Deco membela Porto selama 1999–2004. Foto: AFP/MIGUEL RIOPA
Ricardo Carvalho, yang membela AS Monaco selama 2013-2016, bermain penuh membela Porto di final Liga Champions 2004. Foto: AFP/VALERY HACHE
Jose Mourinho saat merayakan juara Liga Champions 2004 bersama Porto. Foto: Getty Images/Alex Livesey
Alhasil, Porto berhak mengangkat tinggi-tinggi trofi 'si Kuping Besar'. Itu bukan kali pertama Porto menjadi Eropa, sebelumnya juga pernah pada musim 1986/87 kala nama turnamennya masih European Cup.
Sebenarnya, bukan cuma Mourinho yang kariernya kian berkembang setelah final ini, tetapi juga sejumlah personel skuatnya. Sejak musim berikutnya, Carvalho dan Paulo Ferreira mengukir kisah manis bersama Mourinho di Chelsea.
Jose Bosingwa dan Deco juga berkesempatan membela The Blues--ketika Mourinho telah hengkang ke Inter Milan. Khusus untuk nama pemain yang disebut terakhir, dia mampir ke Barcelona terlebih dahulu dan kembali menjuarai Liga Champions dan kompetisi lainnya.
ADVERTISEMENT
Di kubu lawan, ada nama Patrice Evra, Emmanuel Adebayor, Shabani Nonda, dan Sebastien Squillaci yang kemudian mencicipi kerasnya Premier League. Sementara itu, Giuly menyempatkan diri berpetualang ke Serie A.
---
Ayo, ikutan Home of Premier League dan menangi 1 unit SmartTV dan 2 Jersi Original klub Liga Inggris. Buruan daftar di sini.