George Best

George Best dan Klub 27

Supersoccer
Situs web sepak bola terlengkap menampilkan berita sepak bola internasional, preview highlights pertandingan ligaEropa, klub dan pemain, statistik pertandingan.
22 Mei 2020 12:13 WIB
comment
10
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Patung United Trinity: George Best, Denis Law, Sir Bobby Charlton. Foto: kumparan/Yoga Cholandha
zoom-in-whitePerbesar
Patung United Trinity: George Best, Denis Law, Sir Bobby Charlton. Foto: kumparan/Yoga Cholandha
ADVERTISEMENT
Dunia hiburan mengenal istilah yang disebut "Klub 27". Itu adalah daftar yang berisi nama-nama musisi, seniman, aktor, aktris ternama yang wafat pada usia 27 tahun.
ADVERTISEMENT
Sebut saja, misalnya Brian Jones, Jimi Hendrix, Janis Joplin, Jim Morrison, Jean-Michel Basquiat, Kurt Cobain, hingga Amy Winehouse. Daftar tersebut pun bisa terus bertambah dari era ke era, tidak ada anggota 'ofisial'.
Penyebab kematian mereka kerap diidentikkan dengan hal-hal tragis: Bunuh diri, overdosis, pembunuhan, bahkan diselimuti teori konspirasi. Impak dari ketenaran dan gaya hidup mereka sendiri.
Andai Klub 27 boleh diisi oleh nama-nama orang yang tidak wafat secara harfiah di usia 27 tahun, seorang legenda Manchester United mungkin bisa masuk sebagai anggota di dalamnya. Namanya George Best.
Begini, tanda eksistensi dan kehidupan para musisi Klub 27 adalah karya-karya mereka. Saat ruh telah tercerabut dan napas sudah tak lagi berhembus, mereka tak lagi menelurkan karya baru. Tamat.
ADVERTISEMENT
Tidak ada album baru, lagu baru, film baru, maupun juga lukisan baru. Tinggal karya lama, nama, dan wajah yang dikenang sepanjang masa hingga melegenda dari masa ke masa.
Mural Klub 27 di Tel Aviv, Israel. Foto: Wikimedia Commons
Bagaimana dengan Best? Well, eks pesepak bola asal Irlandia Utara itu sejatinya baru meninggal dunia di usia 59 tahun pada 25 November 2005.
Akan tetapi, di benak sejumlah orang, Best sudah 'mati' pada usia 27 tahun, ketika dia memutuskan cabut dari Manchester United pada 1974. Ruhnya masih ada, raganya masih kuat, tetapi maginya memudar.
Sebelumnya, kalian perlu tahu bahwa Best adalah pemain yang amat berkontribusi membawa 'Setan Merah' menjuarai Liga Inggris dua kali, Charity Shield sekali, dan European Cup (kini Liga Champions) sekali. Dia bersama Bobby Charlton dan Denis Law dikenal sebagai 'The United Trinity'.
ADVERTISEMENT
Khusus Best, pencapaian individualnya tertulis fantastis. Pemain yang bisa bermain sebagai winger dan gelandang serang itu menyumbang 179 gol dari 470 laga dil lintas ajang selama membela Manchester United.
George Best (tengah). Foto: Getty Images/Allsport Hulton
Musim paling produktifnya adalah musim 1967/68. Gelontoran 32 gol dari 53 laga di berbagai kompetisi jadi buktinya. Salah satu golnya dicetak ke gawang Benfica, kala Manchester United menghantam wakil Portugal itu 4-1 di final Liga Champions.
Pada musim-musim berikutnya, El Beatle masih terlihat jago. Lalu, penurunan performa cukup drastis terjadi pada musim 1972/73. Puncaknya, si pria kelahiran Belfast menjadikan akhir musim 1973/74 sebagai garis finis kisah manisnya dengan klub kebanggaan publik 'Teater Mimpi'.
Ingat, waktu memutuskan cabut dari Old Trafford, usianya belum genap 28 tahun. Artinya, harusnya, itu masihlah usia emas seorang winger atau gelandang. Mestinya, lebih banyak lagi cerita prestasi yang bisa diukir oleh Best.
ADVERTISEMENT
Namun, apa mau dikata? Pemain yang konon cuma bertinggi 175 cm tersebut lebih memilih tunduk pada kehidupan glamor, yang jadi musabab kematian pendarnya di lapangan.
Best berkawan karib alkohol, sedangkan uangnya banyak habis di atas meja judi. Wajah gantengnya memesona banyak wanita, sehingga gonta-ganti pacar itu biasa. Ibaratnya, meminjam penggalan lirik lagu 'Bento' Iwan Fals: "Sekali lirik, oke sajalah".
Kombinasi kegilaannya terhadap judi, alkohol, dan perempuan melahirkan sebuah cerita yang membikin orang geleng-geleng kepala. Alkisah pada suatu malam, ada seorang pelayan yang diperintahkan untuk mengantar sampanye ke kamar hotel Best.
Sepintas, bukan hal aneh jika ada tamu yang meminta sampanye. Namun, lain cerita jika tamunya itu adalah Best. Si pelayan kaget bukan main kala melihat isi kamar hotelnya dipenuhi banyak uang yang berserakan di mana-mana, hasil dari kegemilangan Best beraksi di kasino.
ADVERTISEMENT
Ditambah lagi, di kamar itu, Best tak sendirian, melainkan sedang bersama dengan wanita yang saat itu sedang menyandang status Miss World. Sedang apa keduanya kala itu? Entahlah... Mungkin sedang kerokan.
Ilustrasi judi yang menjanjikan kekayaan. Foto: Unsplash
Sebetulnya, pemain yang diklaim sebagai 'bintang pop' itu telah mencicipi berbagai kebiasaan buruknya tersebut sejak masih di Manchester United. Hanya, setelah keluar dari sana, kenakalannya kian menjadi-jadi.
Kala masih bersama The Red Devils, masih mending ada prestasi. Saat bersama klub lain--ada sekitar 10 klub yang dibelanya setelah dari Manchester United--, kisah tentangnya cuma sebatas sensasi.
Best tak lagi memproduksi karya berupa trofi juara, yang mungkin sebanding dengan album musik peraih sertikat platinum atau film yang memenangi penghargaan Oscars. Produktivitas golnya pun berkurang.
ADVERTISEMENT
Best seolah 'mati' begitu saja walau raga dan ruhnya masih tampak di dunia. Musabab 'kematiannya' itu pun sama seperti para seniman Klub 27 yang wafat secara harfiah: Kehidupan glamor dan ketenaran berlebihan.
George Best. Foto: Wikimedia Commons
Meski begitu, mau seberapa buruk pun cerita senja kala kariernya, George Best tetap layak dikenang sebagai legenda besar Manchester United. Omong-omong, hari ini, 22 Mei, 74 tahun silam adalah tanggal kelahirannya.
Trivia: Per Transfermarkt, Best tercatat pernah memakai empat nomor punggung berbeda selama membela Manchester United: 7, 8, 10, 11.
---
Ayo, ikutan Home of Premier League dan menangi 1 unit SmartTV dan 2 Jersi Original klub Liga Inggris. Buruan daftar di sini.
ADVERTISEMENT
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten