Konten dari Pengguna

Julian Nagelsmann: Sosok Pelatih Termuda Bundesliga dan Liga Champions

Supersoccer
Situs web sepak bola terlengkap menampilkan berita sepak bola internasional, preview highlights pertandingan ligaEropa, klub dan pemain, statistik pertandingan.
22 November 2019 18:41 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Supersoccer tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Julian Nagelsmann, pelatih RB Leipzig. Foto: REUTERS/Annegret Hilse
zoom-in-whitePerbesar
Julian Nagelsmann, pelatih RB Leipzig. Foto: REUTERS/Annegret Hilse
ADVERTISEMENT
Julian Nagelsmann mengejutkan banyak orang. Pada Februari 2016, di usia belum genap 29 tahun, dia sudah dipercaya mengasuh tim utama TSG 1899 Hoffenheim, klub yang berlaga di Bundesliga Jerman. Tak pelak, dia tercatat sebagai manajer termuda sepanjang sejarah kompetisi level teratas Jerman itu.
ADVERTISEMENT
Wajar, kalau banyak orang yang terheran-heran atas keputusan berani dari pihak manajemen klub berjuluk Die Kraichgauer itu. Pasalnya, untuk jabatan pelatih tim utama, biasanya klub sepak bola akan mempertimbangkan orang yang sudah pengalaman.
Pada masa itu, kebanyakan klub-klub Bundesliga memilih sosok berusia 40-50 tahunan untuk menakhodai tim utama mereka. Bahkan, pelatih Hoffenheim yang digantikan Nagelsmann di pertengahan musim 2015/16 itu, Hubb Stevens, usianya sudah kepala enam.
Selain itu, bukankah usia 29 tahun adalah usia produktif --bahkan mungkin usia emas-- bagi seorang yang berkarier sebagai pesepak bola? Tapi, kok, Nagelsmann memilih jadi pelatih?
Nagelsmann (paling kanan) di bench Hoffenheim. Foto: Carl Recine/Reuters
Bahkan ada juga, kok, pesepak bola yang masih main di level kompetisi sepak bola tertinggi di suatu negara hingga usianya mencapai 40 tahunan, sambil merangkap jadi asisten pelatih karena sudah punya lisensi, tetapi tetap bermain penuh 90 menit. Ada.
ADVERTISEMENT
Tapi, itu bukan di Jerman. Itu di negara yang regenerasi sepak bolanya mandek. Di mana? Ada, deh, pokoknya.
Ibaratnya, kalau di perusahaan, Nagelsmann mungkin tampak seperti orang yang hanya dengan modal ijazah kampus ternama dan IPK cumlaude bisa ambil program Management Trainee. Dengan begitu, dia berkesempatan jadi manajer di usia muda.
Apa benar Nagelsmann seperti itu? Kenyataannya, tidak. Bahkan menjadi manajer klub sepak bola di usia 20 tahunan awalnya enggak pernah terpikirkan olehnya.
Pria kelahiran Landsberg am Lech, Jerman Barat, ini dulu pernah tercatat sebagai pemain di FC Augsburg dan 1860 Muenchen. Namun sayang, gara-gara cedera parah, dia harus pensiun dini pada tahun 2008.
Nageslmann sempat berpikir meninggalkan dunia sepak bola. Selamanya. Namun, enggak jadi, karena dia diminta oleh Thomas Tuchel --manajer Augsburg pada masa itu-- untuk bekerja bareng dia. Sedikit-banyak, Nageslmann belajar ilmu kepelatihan sepak bola dari Tuchel.
Thomas Tuchel. Foto: Ralph Orlowski/Reuters
Lalu, bagaimana ceritanya Nagelsmann bisa jadi manajer tim utama Hoffenheim? Yang pasti, sih, pria bertinggi 190 sentimeter ini punya prestasi.
ADVERTISEMENT
Nagelsmann bukan anak orang kaya yang ibu-bapaknya pernah jadi tokoh ternama di dunia sepak bola, lalu mempromosikan diri ke Hoffenheim dengan cara “oh, aku ini anaknya bapak anu dan ibu ono”.
Berdasarkan catatan Transfermarkt, awal karier Nageslmann di Hoffenheim itu adalah saat dia dipercaya menjadi asisten tim U-17 per 1 Juli 2010, mendampingi Xavier Zembrod. Setahun berselang, dia naik jabatan jadi pelatih kepala U-17 Hoffenheim.
Dirinya mulai berprestasi semenjak dipercaya menjadi pelatih tim U-19 Hoffenheim per 1 Juli 2013 hingga 10 Februari 2016. Nagelsmann membawa anak asuhnya menjuarai satu kali Bundesliga U-19 (2013/14) dan dua kali Bundesliga South/Southwest U-19 (2013/14 dan 2014/15).
Salah satu orang yang mendukung Nagelsmann untuk menjadi pelatih kepala di tim utama adalah Dr. Peter Goerlich selaku Direktur Pelaksana Hoffenheim.
ADVERTISEMENT
“Bersama dengan Julian (Nagelsmann), kami sekali lagi dengan hati-hati menimbang semua risiko yang kami pertimbangkan di musim gugur dan kini telah memutuskan cara terbaik baginya untuk memulai lebih awal. Dia tekun dan dia juga bisa memberikan dorongan segar untuk tim,” katanya di situs resmi klub.
Nagelsmann membayar kepercayaan itu. Ketika dia ditunjuk, Hoffenheim sedang terdampar di zona degradasi, tepatnya di urutan 17 klasemen, berjarak 7 poin dari klub yang berada di peringkat aman (15).
Nagelsmann membuktikan diri mampu menjadi juru selamat bagi Kevin Volland dan kolega. Dia membawa anak asuhnya memenangkan tujuh dari 14 laga tersisa. Hasil itu sudah cukup membawa Achtzehn99 finis di urutan 15 klasemen akhir.
Julian Nagelsmann, moncer bersama Hoffenheim. Foto: Reuters/Ralph Orlowski
Pada musim 2016/17, prestasi Hoffenheim meningkat di bawah asuhannya. Klub pujaan publik Wirsol Rhein-Neckar-Arena finis di urutan keempat, lolos ke partai play-off menuju fase grup Liga Champions 2017/18.
ADVERTISEMENT
Atas pencapaiannya itu, Nageslmann pun berhak atas penghargaan VDV-Manager of the season 2016/17 dan German Football Manager of the Year 2017. Luar biasa, bukan?
Namun sayang, Hoffenheim gagal lolos ke fase grup karena kalah dari Liverpool di partai play-off. Kegagalan itu dibayar Nagelsmann dengan membawa Andrej Kramaric dan kolega finis ketiga di klasemen akhir musim 2017/18, sehingga mereka lolos otomatis ke fase grup Liga Champions 2018/19.
Pencapaian terbesar dalam sejarah klub. Sebab sebelumnya, belum ada manajer yang mampu membawa Hoffenheim lolos otomatis ke fase grup Liga Champions.
Pelatih termuda Liga Champions, Julian Nagelsmann. Foto: Reuters/Gleb Garanich
Pada musim 2018/19, prestasi Hoffenheim sempat jeblok. Mereka finis di peringkat sembilan Bundesliga dan langsung tersingkir dari fase grup Liga Champions.
Apa ini salah Nagelsmann seorang? Ya, enggak bisa bilang begitu juga. Ada faktor lain, seperti banyaknya pemain andalan yang pergi, seperti Robert Uth dan Serge Gnabry.
ADVERTISEMENT
Sejak awal musim 2019/20, Nagelsmann memulai lembaran baru. Dia dipercaya menukangi RB Leipzig, menggantikan Ralf Rangnick yang kini menjabat Kepala Olahraga dan Pengembangan Red Bull GmbH.
Nagelsmann sebenarnya masih terikat kontrak dengan Hoffenheim sampai Juni 2021. Namun, dia lebih memilih mengaktifkan klausul keluarnya untuk menandatangani kerja sama dengan Leipzig sebagai pelatih tim utama mereka hingga 2023.
Leipzig berbeda dengan Hoffenheim. Leipzig lebih punya uang dan materi pemain yang lebih baik. Bisakah Nagelsmann membawa Leipzig ‘terbang tinggi’?
Pemain-pemain RB Leipzig. Foto: Reuters/Annegret Hilse
Sejauh ini, Leipzig asuhan Nagelsmann bertengger di peringkat dua klasemen Bundesliga 2019/20. Dari 11 laga yang telah dilakoni, Timo Werner dan kolega enam kali menang, tiga kali imbang, dan dua kali kalah.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, Die Roten Bullen punya poin dan rekor yang sama dengan Bayern Muenchen dan Freiburg. Namun, Leipzig unggul produktivitas dan selisih gol (29 kali membobol dan 12 kali dibobol).
Jeda internasional telah berakhir. Bisakah Nagelsmann membawa Leipzig konsisten bahkan lebih baik? Kita lihat nanti.
----
Mau nonton bola langsung di Inggris? Ayo, ikutan Home of Premier League. Semua biaya ditanggung kumparan dan Supersoccer, gratis! Ayo buruan daftar di sini. Tersedia juga hadiah bulanan berupa Polytron Smart TV, langganan Mola TV, dan jersey original.