Karel Poborsky

Kala Karel Poborsky Mengenang Man United, Sir Alex, dan David Beckham

Supersoccer
Situs web sepak bola terlengkap menampilkan berita sepak bola internasional, preview highlights pertandingan ligaEropa, klub dan pemain, statistik pertandingan.
20 November 2019 18:35 WIB
comment
87
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Karel Poborsky. Foto: AFP/ PHILIPPE HUGUEN
zoom-in-whitePerbesar
Karel Poborsky. Foto: AFP/ PHILIPPE HUGUEN
ADVERTISEMENT
Siapa yang kamu ingat dari skuat Manchester United era 90-an? Secara spontan, kamu mungkin bakal menyebut Ryan Giggs, David Beckham, Paul Scholes, hingga Roy Keane.
ADVERTISEMENT
Namun, ada satu nama lagi yang layak untuk diperbincangkan. Dia adalah Karel Poborsky. Kurang familier? Ya, wajar saja. Soalnya, eks winger Timnas Republik Ceko ini memang jarang jadi pilihan utama Sir Alex Ferguson.
Kenapa? Ya, karena kalah kualitas saja dengan pemain lain. Ada yang lebih baik.
Meski begitu, Poborsky sempat merasakan satu gelar juara Premier League dan dua gelar Charity Shield. Total, dia mengemas lima gol dan tiga asis dari 45 laga lintas kompetisi selama satu setengah musim bersama 'Setan Merah'.
Sebenarnya, cerita ihwal perekrutan pemain yang sebelumnya memperkuat Slavia Praha ini cukup menarik. Sebelum lanjut, perlu dicatat, pada Piala Eropa 1996, dia membuat gol yang sangat bersejarah.
Dia membobol gawang Portugal lewat sebuah tendangan lob, yang akhirnya menjadi ciri khasnya. Salah satu gol paling memorable di turnamen empat tahunan tersebut.
ADVERTISEMENT
Entah, apakah atas alasan itu atau bukan Sir Alex meminatinya. Namun yang pasti, berdasarkan cerita Poborsky kepada The Guardian, juru taktik asal Skotlandia itu sudah merayunya di tengah perhelatan turnamen yang berlangsung di Inggris pada Juni itu.
Sekadar informasi, nih, Ceko pada saat itu melaju hingga partai final melawan Jerman. Sir Alex datang ke hotel tempat Timnas Ceko menginap untuk memberi semangat. Tapi, kayaknya, sih, itu cuma modus agar bisa merayu Poborsky.
"Sir Alex Ferguson datang ke hotel di Preston untuk mengunjungiku tepat sebelum final dan menanyakan kesediaanku pindah ke Manchester United dan jelas aku menjawab 'Ya'," kata Poborsky.
“Begitu dia mendengar jawabanku, dia pergi. Satu bulan kemudian, aku bermain di Manchester,” lanjutnya.
Sir Alex Ferguson. Foto: Alex Livesey
Namun, ada satu masalah: Hambatan bahasa.
ADVERTISEMENT
"Anda harus tahu bahwa aku berasal dari kota kecil berpenduduk 4.000 orang. Tumbuh di Cekoslowakia di bawah komunisme, tidak ada (orang) yang diizinkan secara resmi belajar Bahasa Inggris atau Jerman, atau (bahasa) apa pun. Jadi saya tidak punya kemampuan bahasa (Inggris), tidak ada," ungkapnya.
Selain itu, Poborsky bilang bahwa Inggris adalah "negara yang tertutup dan dingin". Lantas, bagaimana dia bisa bertahan? Poborsky mengaku, Manchester United melakukan usaha ekstra untuk membuatnya nyaman.
"Hambatan bahasa adalah masalah terbesar. Itu juga menyulitkan (Manchester) United. Hanya ada satu lapangan di tempat latihan saat itu dan dalam sesi mereka menggunakan tangan, bendera, dan gerakan. (Dengan begitu) aku bisa paham apa yang mereka maksud," ujarnya.
“Aku sangat terkejut melihat betapa baiknya para pemain menerimaku. Sekarang aku sadar, semakin sukses dan kian percaya diri seseorang, maka semakin mudah juga dia diterima orang lain. Anda adalah (bagian) tim dan semua orang ingin aku merasa diterima," lanjutnya.
Karel Poborsky memperkuat tim legenda Manchester United dalam laga persahabatan kontra legenda Bayern pada 26 Mei 2019. Foto: AFP/JONATHAN NACKSTRAND
Poborsky menyebut nama Eric Cantona, Paul Scholes, dan Ryan Giggs sebagai contoh rekan setimnya yang baik padanya. Lalu, bagaimana dengan David Beckham?
ADVERTISEMENT
Asal tahu saja, nih, banyak yang bilang bahwa salah satu penyebab dia terpinggirkan dari skuat adalah karena kehadiran sosok Beckham --yang pada waktu itu lagi jago-jagonya. Namun, Poborsky menampik punya relasi buruk dengan anggota The Class of '92 itu.
"Tidak ada persaingan pribadi dengan Beckham. Dia sangat mendukung dan sering bertanya tentang keluargaku. Jordi Cruyff juga ada di skuat pada saat itu dan dia juga jarang main," ujarnya.
"Tidak masalah jika aku harus bermain penuh sepanjang laga atau cuma main di menit akhir. Aku menerima bahwa Beckham nomor satu dan saya di cuma pilihan kedua," lanjutnya.
David Beckham saat berseragam Manchester United. Foto: gettyimages
Balik lagi ngomongin Sir Alex. Ada suatu fase di mana Poborsky merasa jengah karena lebih sering dimainkan di tim cadangan, alih-alih tim utama.
ADVERTISEMENT
Dia akhirnya bilang ke Sir Alex bahwa butuh banyak menit bermain. Namun sayang, performanya enggak cukup bagus untuk skuatnya kala itu. Meski begitu, pria kelahiran 31 Desember 1941 itu tak menelantarkan Poborsky begitu saja.
“Aku bilang ke (Sir Alex) Ferguson bahwa aku ingin bermain (di tim utama), lalu dia mencarikanku tiga atau empat klub di Inggris. Klub kecil, seperti Leeds," kisahnya.
"Tapi, aku mendapat tawaran dari Benfica dan berangkat ke Lisbon pada Januari 1998. Setelah enam bulan, aku terpilih sebagai pemain terbaik di Portugal, tetapi sampai sekarang, hatiku berdetak untuk Manchester United,” lanjutnya.
Well, kisah yang cukup menarik dari Poborsky, bukan? Kita mungkin enggak akan tahu kisah ini, seandainya --atas kehendak Tuhan-- dokter gagal menyelamatkan nyawanya saat dia koma akibat infeksi otak pada tahun 2016.
ADVERTISEMENT
"Jika saya tiba di rumah sakit satu hari lebih lambat, maka wawancara (dengan The Guardian) ini tidak akan terjadi," katanya.
---
Mau nonton bola langsung di Inggris? Ayo, ikutan Home of Premier League. Semua biaya ditanggung kumparan dan Supersoccer, gratis! Ayo buruan daftar di sini. Tersedia juga hadiah bulanan berupa Polytron Smart TV, langganan Mola TV, dan jersey original.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten