Skuat Liverpool 1984 dengan trofi Canon League

Kedigdayaan Liverpool Musim 1983/84: Sabet 3 Trofi Juara, Domestik dan Eropa

Supersoccer
Situs web sepak bola terlengkap menampilkan berita sepak bola internasional, preview highlights pertandingan ligaEropa, klub dan pemain, statistik pertandingan.
25 April 2020 14:56 WIB
comment
14
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Skuat Liverpool 1984 dengan trofi Canon League First Division (Liga Inggris). Foto: Mike Powell/Allsport/Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
Skuat Liverpool 1984 dengan trofi Canon League First Division (Liga Inggris). Foto: Mike Powell/Allsport/Getty Images
ADVERTISEMENT
Kata siapa Liverpool enggak pernah merengkuh tiga trofi sekaligus dalam satu musim? Pernah, kok, itu terjadi pada musim 1983/84. Ian Rush saksinya.
ADVERTISEMENT
Tidak.... Bahkan lebih dari sekadar saksi, pria asal Wales tersebut merupakan senjata andalan di lini depan armada Joe Fagan. Pada musim itu, dia membukukan 32 gol di Liga Inggris (First Division) dan 47 gol secara total di lintas ajang.
Gol-gol yang dicetaknya itu memuluskan langkah Liverpool menjuarai Liga Inggris, Liga Champions (dulu bernama European Cup), dan Piala Liga Inggris. Omong-omong, Rush pun terpilih sebagai topskorer di dua kompetisi yang disebut pertama.
“Aku mengenang timku dulu yang sukses karena punya semangat tim yang luar biasa. Setiap pagi, ketika masuk ke ruang ganti, semangatnya tampak sangat baik. Itulah yang kami miliki juga," katanya kepada Mirror.
Enggak cuma Rush bintang Liverpool pada musim itu. Ada juga Bruce Grobbelaar yang menjadi bintang di final Liga Champions kontra AS Roma. 'Kaki spaghetti'-nya membuat Liverpool berpesta di Ibu Kota Italia.
ADVERTISEMENT
Ada juga nama Graeme Souness. Ya, pria Skotlandia yang sempat saling lempar banter dengan Paul Pogba itu mencetak gol semata wayang di laga final Piala Liga Inggris kontra Everton. Dan jangan salah, dia juga sempat menjadi kapten 'si Merah'.
Honorable mentions skuat Liverpool 1983/84: Alan Kennedy, Alan Hansen, Phil Neal, Ronnie Whelan, Kenny Dalglish, Mark Lawrenson, Sammy Lee, Craig Johnston.
Bruce Grobbelaar. Foto: AFP/PORNCHAI KITTIWONGSAKUL
Graeme Souness yang di kemudian hari juga sempat melatih Liverpool. Foto: Phil Cole/Getty Images
"Anda bisa melihat pada 1984 ketika kami merengkuh treble, itu adalah tim yang benar-benar luar biasa. Itu adalah musim terbaikku secara pribadi. Aku mencetak 47 gol, tetapi aku selalu melihat musim 1986 ketika kami memenangi dua gelar," lanjutnya.
Nah, ini menarik. Pria 58 tahun itu menyebut kata "Treble". Artinya, Liverpool pernah treble, dong? Lebih duluan dibanding Manchester United yang merengkuhnya pada 1998/99, 'kan?
ADVERTISEMENT
Eits, tahan dulu di situ. Ada perbedaan pengertian dalam hal ini.
Manchester United ketika meraih treble pada musim 1998/99. Foto: Wikimedia Commons
Memang, skuat Liverpool 1983/84 menjuarai kompetisi Paling Bergengsi di Eropa (European Cup), Liga Inggris, dan piala domestik.
Masalahnya, piala domestik yang dimenangi The Reds adalah Piala Liga Inggris, sedangkan piala domestik yang dimenangi The Red Devils adalah Piala FA. Piala domestik "utama" di Inggris adalah Piala FA, bukan Piala Liga Inggris.
Akibatnya, 'treble' Liverpool itu menjadi kurang 'sah'. Begitu juga ketika Michael Owen dan kolega menjuarai Piala Liga Inggris, Piala FA, dan Piala UEFA pada 2000/01. Kasusnya mirip: Memenangi tiga trofi sekaligus, tetapi tidak menjuarai Premier League dan Liga Champions, sehingga tidak 'sah' diakui sebagai treble.
Namun, ayolah, layak diakui bahwa merengkuh tiga trofi dalam satu musim itu tidak gampang. Jadi, mari kesampingkan persoalan layak atau tidak layak memakai istilah treble.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari persoalan itu, Rush mengatakan bahwa kunci sukses Liverpool di eranya adalah kehadiran pelatih karismatik. Ya, Joe Fagan itu salah satunya. Rahasianya, pelatih timnya mampu menjaga kondusivitas ruang ganti.
Ian Rush (berkumis) dan koleganya di Liverpool. Foto: Getty Images
"Saat Anda bermain sepak bola, hal tersulit bagi seorang manajer adalah bisa membuat pemain yang tidak dimainkan sekalipun agar tetap senang," ujarnya.
Dan kini, menurutnya, tim kebanggaan publik Anfield sedang dilatih oleh pelatih yang tepat: Juergen Klopp. Mampukah pelatih asal Jerman itu membawa timnya menyamai prestasi Liverpool di eranya? Kita lihat saja.
---
Ayo, ikutan Home of Premier League dan menangi 1 unit SmartTV dan 2 Jersi Original klub Liga Inggris. Buruan daftar di sini.
ADVERTISEMENT
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten