Kesetiaan Antonio Di Natale: Keluarga Lebih Berharga dari Trofi Juara

Supersoccer
Situs web sepak bola terlengkap menampilkan berita sepak bola internasional, preview highlights pertandingan ligaEropa, klub dan pemain, statistik pertandingan.
Konten dari Pengguna
28 Desember 2019 18:18 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Supersoccer tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Antonio Di Natale saat membela Udinese. Foto: AFP/SIMONE FERRARO
zoom-in-whitePerbesar
Antonio Di Natale saat membela Udinese. Foto: AFP/SIMONE FERRARO
ADVERTISEMENT
Sudah banyak cerita tentang makna setia di Italia. Francesco Totti, Javier Zanetti, dan Paolo Maldini adalah beberapa contoh nyata. Namun, ketahuilah bahwa masih ada sosok lainnya. Antonio Di Natale salah satunya.
ADVERTISEMENT
Di Natale mengambil setia sekaligus dua: Untuk keluarga dan klub yang dibelanya.
Namun tetap, harta yang paling berharga baginya adalah keluarga. Dia menaruhnya di atas sepak bola. Jauh dari ego akan gelar juara. Itulah kenapa, Di Natale betah di Udinese hingga akhir karier sepak bolanya.
Sosok yang mengawali kariernya bersama Empoli itu tercatat membela Le Zebrette selama 12 musim, terhitung sejak musim 2004/05 hingga 2015/16. Per Transfermarkt, Di Natale mencetak 228 gol dan 65 assist dari total 445 laga di semua kompetisi bersama Udinese.
Di Natale adalah penyerang andal pada masanya. Buktinya, dalam satu dekade ini (2009-2019), belum ada yang mampu menyalip, atau bahkan sekadar menyamai jumlah golnya di Serie A (125 gol). Padahal, dia sudah pensiun sejak pertengahan 2016.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, Di Natale sama sekali tidak punya raihan trofi. Apa boleh bikin? Mungkin memang enggak rezeki. Lagipula, bagi Di Natale itu bukan hal yang paling penting dalam hidup yang singkat ini.
Antonio Di Natale saat membela Udinese. Foto: AFP/SIMONE FERRARO
Sejak tahun 2010, sebenarnya Juventus, ‘Si Nyonya Tua’ yang ‘seksi’, sempat datang menggoda. Menawarkan harta dan angan akan jaya. Namun, Di Natale dengan tegas menolaknya.
"Juve? Tidak, terima kasih. Itu saja kata dariku. Aku suka mengatakan bahwa aku seperti (Francesco) Totti dan (Alessandro) Del Piero, aku menjadi sebuah bendera," kata Di Natale pada tahun 2011 kepada Max, dilansir Calciomercato.com.
“Aku terikat dengan jersi dan para penggemar, dan aku tahu kehadiranku penting di sana. Itu adalah pilihan sadar dengan hati dan kepalaku,” katanya, dilansir Football Italia.
Antonio Di Natale saat membela Udinese. Foto: AFP/GABRIEL BOUYS
Lewat kepiawaiannya mencetak gol dan memberi umpan, sebetulnya bisa saja Di Natale menjadi ‘senjata’ andalan Juventus dan merengkuh berbagai trofi juara, baik di Italia maupun Eropa.
ADVERTISEMENT
Namun sekali lagi, ada yang lebih penting dari gaji besar dan ego sepak bola, yakni keluarga. Sesuatu yang tak bisa tergantikan.
"Jika aku menginginkan uang, aku sudah pergi (dari Udinese) dua tahun yang lalu," tegasnya, dilansir Calciomercato.com.
Antonio Di Natale saat membela Udinese. Foto: AFP/SIMONE FERRARO
Di Natale memilih hidup tenteram dalam kesunyian. Pria kelahiran Naples itu tak terlalu tergoda gemerlap panggung kejayaan.
"Aku tidak bisa menjalin kasih dengan seorang gadis panggung, aku lebih suka wanita pendiam, pemalu seperti istriku, seorang wanita bernilai, yang membesarkan dua anak. Kami memilih satu sama lain karena kami berdua adalah pendiam," ujar Di Natale, dilansir Calciomercato.com.
Entah siapa yang dimaksud ‘gadis panggung’ itu. Namun, kalau boleh diibaratkan, dialah Juventus. Klub primadona Italia. Tak sedikit yang ingin bermain untuk mereka.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Udinese sudah seperti istrinya sendiri. Tidak terkenal, memang, tetapi bersamanya mampu menenteramkan jiwa, nyaman rasanya. Bukankah kenyamanan itu hal paling penting?
Pada akhirnya, kita semua tahu siapa yang lebih berjaya. Juventus memenangkan scudetto sejak musim 2011/12 hingga 2018/19. Tujuh musim dominasi, belum ada yang bisa menghempas. Mungkin scudetto musim 2019/20 juga bakal disikat.
Cristiano Ronaldo (tengah) siap membawa Juventus berjaya musim ini. Foto: Reuters/Alberto Lingria
Meski begitu, Di Natale tak pernah menyesal. Pria kelahiran 13 Oktober 1977 itu mengaku puas dengan kariernya.
“Aku tidak menyesali karierku. Aku puas. Aku menolak Juventus karena aku baik-baik saja dengan keluargaku di Udine,” kata peraih dua gelar Capocannoniere Serie A ini, dilansir Football Italia.
Ya, Di Natale tahu medali dan trofi juara tak bisa diajak bercinta. Berpesta hingga hilang akal dalam sebuah perayaan juara pun tiada semenyenangkan aktivitas bercengkerama bersama keluarga di kala senja.
ADVERTISEMENT
Kelak, bagi pesepak bola, sorak-sorai dan puji-puja akan menghilang. Masa jaya hanyalah suatu fase kehidupan yang sekadar layak dikenang. Pada akhirnya, anak, istri, dan keluargalah yang akan ada di sisi kita ketika ajal menjelang.
---
Mau nonton bola langsung di Inggris? Ayo, ikutan Home of Premier League. Semua biaya ditanggung kumparan dan Supersoccer, gratis! Ayo buruan daftar di sini. Tersedia juga hadiah bulanan berupa Polytron Smart TV, langganan Mola TV, dan jersey original.