Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Liga Inggris: Kilas Karier Bapak-Anak, Harry dan Jamie Redknapp
26 April 2020 13:20 WIB
ADVERTISEMENT
Nama Harry Redknapp tidaklah asing dalam sejarah Liga Inggris . Boleh dibilang, dia adalah 'Harry Potter'-nya sepak bola Inggris. Hanya, dia tak punya mantra wingardium leviosa.
ADVERTISEMENT
Pelatih karismatik itu pernah menukangi sejumlah klub Inggris, termasuk klub-klub medioker Premier League. AFC Bournemouth, West Ham United, Portsmouth, Southampton, Tottenham Hotspur, Queens Park Rangers, dan Birmingham City pernah merasakan polesan tangan dinginnya.
Kalau anaknya, Jamie Redknapp, lebih lama menghabiskan kariernya sebagai pesepak bola bersama Liverpool (1991-2002). Meski begitu, Jamie pernah bekerja sama dengan bapaknya itu dalam satu klub yang sama.
Klub yang dimaksud itu adalah Bournemouth. Harry melatih Bournemouth selama 1983-1992, sedangkan Jamie menjadi bagian dari skuad selama tahun 1989-1991.
Selama 1,5 musim di Dean Court, Jamie muda tercatat cuma 20 kali main dan mencetak 3 gol. Pada musim perdananya, The Cherries masih berkubang di kompetisi level ketiga Liga Inggris, lalu promosi ke level kedua pada musim berikutnya.
ADVERTISEMENT
Well, meski Bournemouth diasuh oleh bapaknya sendiri, tetapi bukan berarti dia mendapat jaminan bermain secara reguler dengan mudah. Terlebih, usianya waktu itu masih belasan.
Lalu, pada Februari 1991, Jamie pindah 'kapal', bergabung dengan The Reds. Transfer tersebut cukup mengejutkan karena Jamie yang baru 17 tahun belum pernah merasakan main di kompetisi level teratas Inggris (First Division).
Meski begitu, nyatanya Jamie awet-awet saja di Anfield hingga akhir musim 2001/02. Gelandang kelahiran Barton on Sea itu berkontribusi atas raihan masing-masing satu gelar FA Charity Shield, Piala Liga Inggris, dan Piala Super Eropa.
Meskipun prestasinya enggak mentereng-mentereng amat, tetapi seenggaknya Jamie membuktikan bahwa dia enggak cuma 'modal DNA' untuk bisa berkarier di First Division maupun Premier League yang terkenal 'keras'.
Iya, dong. 'Seleksi alam' di sepak bola Inggris amat ketat. 'Meleng' sedikit bisa terlempar. Andriy Shevchenko yang begitu jago di Serie A saja enggak bisa bertahan lama di Premier League. Padahal, pemenang Ballon d'Or, lho, dia itu.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, Harry punya 'jalan ninjanya' sendiri. Dari Bournemouth, dia melanjutkan petualangannya ke West Ham United (1994-2001). Jasa pelatih kelahiran London itu untuk The Hammers adalah sebongkah trofi Piala Intertoto 1999.
Sekadar catatan, dua klub tadi adalah klub yang juga pernah dibela Harry semasa dia masih aktif sebagai pemain. Kemudian, pelatih yang dulunya seorang gelandang itu menangangi Portsmouth (2002-2004) dan membawa mereka menjuarai kompetisi level kedua Liga Inggris (EFL Championship) pada 2002/03.
Ayah dan anak ini lalu bereuni pada musim 2004/05. Harry dipercaya menangani Southampton sejak awal musim, sedangkan Jamie baru didatangkan The Saints dari Spurs pada pertengahan musim.
Ayah dan anak ini punya satu misi besar: Mencegah Southampton dari degradasi. Akan tetapi, ada batu terjal yang menghalangi keberhasilan misi mereka.
ADVERTISEMENT
Jamie yang sudah berusia 31 tahun tidak terlalu bisa diandalkan lantaran kerap berkutat dengan cedera dan masalah kebugaran. Harry sendiri mesti bertahan dengan pemain yang seadanya. Maklum, namanya juga tim medioker.
Singak cerita, mereka gagal mempertahankan Southampton tetap di Premier League . Parahnya, klub asal Hampshire itu menjadi juru kunci klasemen musim 2004/05.
Meski begitu, Harry tak dipecat, tetapi dia memilih untuk mengundurkan diri pada Desember 2005. Sementara itu, Jamie memutuskan pensiun di usia 32 tahun karena cedera dan masalah kebugarannya tak kunjung membaik.
Dari sejumlah klub yang dibesutnya setelah itu, Harry menggamit trofi bergengsi pada musim 2007/08, yakni ketika membawa Portsmouth menjuarai Piala FA. Gol semata wayang Nwankwo Kanu sudah cukup bagi The Pompey untuk menundukkan Cardiff City di laga final.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2016, dia berkesempatan melatih Timnas Yordania, tetapi tak ada prestasi yang mencolok. Tahun 2017 adalah tahun terakhir paman Frank Lampard itu melatih. Birmingham City adalah klub terakhirnya.
---
Ayo, ikutan Home of Premier League dan menangi 1 unit SmartTV dan 2 Jersi Original klub Liga Inggris. Buruan daftar di sini .