
Liverpool Sudah 6 Kali Menang dengan Skor 2-1, Apa Ini Masalah?
25 November 2019 15:39 WIB

ADVERTISEMENT
Sudah sangat banyak pembahasan ihwal kedigdayaan Liverpool musim ini. Mulai soal lini depan yang garang, barisan tengah yang kompak, hingga pertahanan yang sulit ditembus.
ADVERTISEMENT
Banyak juga yang membahas soal kans juara mereka musim ini hingga kemungkinan mereka terpeleset di pekan-pekan akhir. Memang, The Reds musim ini sedang jadi pusat pembahasan media.
Namun kali ini, mari kita bahas sesuatu yang unik dan mungkin jutaan orang tidak menyadari.
Apa itu?
Tahukah kalian bahwa sepanjang musim 2019/20 armada Juergen Klopp sudah mencatakan enam kemenangan dengan skor 2-1? Ya, itulah keunikan yang bakal penulis bahas kali ini.
Kenapa ini menarik untuk dibahas?
Karena sepanjang era Premier League, rekor "kemenangan 2-1" terbanyak mereka dalam semusim adalah pada musim 1994/95 dan 2004/05: Tujuh kali.
Nah, hingga pekan ke-13 musim ini, Liverpool sudah mengoleksi enam kemenangan 2-1. Yang teranyar adalah saat Mohamed Salah dan kolega menang dalam laga tandang melawan Crystal Palace di Selhurst Park, Sabtu (23/11/2019) malam WIB.
ADVERTISEMENT
Karena musim ini masih panjang, bukan tidak mungkin mereka bisa saja menambah daftar kemenangan 2-1 mereka menjadi tujuh atau lebih, yang artinya memecahkan rekor sebelumnya.
Kok, keseringan menangnya tipis-tipis, ya? Apa ada masalah dengan penguasaan bola?
Oh, ya, jelas tidak. Berdasarkan data WhoScored, lima dari enam kemenangan 2-1 musim ini, Liverpool kerap unggul pengusaan bola. Hanya saat menang atas Chelsea saja mereka gagal memenangkan pengusaan bola.
Lantas, apa ada masalah dalam penyelesaian akhir?
Nah, ini. Sebenarnya, Liverpool hingga pekan ke-13 tercatat sebagai tim terproduktif ketiga di Premier League 2019/20. Mereka sudah mencetak 30 gol, kalah banyak dari Leicester City (31 gol) dan Manchester City (37 gol).
Skuat pujaan publik Anfield ini juga melepaskan rata-rata 6,2 tembakan akurat per laga, terbaik ketiga di belakang Chelsea dan Manchester City. Jumlah rata-rata gol mereka pun mencapai 2,3 per laga, terbaik ketiga setelah Leicester City dan (lagi-lagi) Manchester City.
ADVERTISEMENT
Artinya, bukan masalah yang cukup besar kalau bicara soal produktivitas tim ini. Hanya, memang perlu diperbaiki sedikit agar bisa lebih unggul dari The Foxes dan The Citizens.
Eh, tapi kalau memang Manchester City dan Leicester City lebih efektif di depan gawang, kenapa Liverpool, ya, yang jadi pemuncak klasemen?
Meski baru mencatatkan dua kali nirbobol di Premier League musim ini, Liverpool hanya kebobolan 11 kali. Jumlah itu cuma kalah dari Wes Morgan dan kolega (8 kali), sedangkan Manchester City lebih banyak (14 kali).
Pastinya, jumlah kebobolan dan ngegolin akan berpengaruh ke hasil akhir, dong? Antara menang, kalah, atau imbang. Dan Liverpool lebih konsisten.
Sedikit catatan soal Leicester City. Salah satu yang bisa membikin mereka tercatat sebagai tiga besar tim paling produktif musim ini adalah karena kemenangan 9-0 atas Southampton. Skor yang sungguh di luar akal sehat.
Loh, tapi itu 'kan jadi bukti bahwa mereka punya penyelesaian akhir yang bagus? Sementara Liverpool juga cuma bisa menang 2-1 atas The Saints.
ADVERTISEMENT
Iya, iya. Itu betul. Namun ingat, Liverpool punya tim yang lebih padu dari armada Brendan Rodgers. Skuat utama Liverpool musim ini nyaris tidak berbeda dengan musim lalu, skuat juara Liga Champions.
Sedangkan Leicester harus kehilangan Harry Maguire yang pindah ke tim papan tengah, serta kedatangan sejumlah nama anyar seperti Youri Tielemans, Ayoze Perez, hingga Dennis Praet. Mereka butuh waktu adaptasi sehingga wajar jika gagal menang di dua laga awal.
So, dengan begini, Liverpool tetap terlihat konsisten sehingga mampu mengemas 12 kemenangan dan sekali hasil imbang, meski skornya tipis-tipis. Namun, alangkah lebih baik jika penyelesaian akhir mereka lebih diperbaiki lagi. Menang dengan skor lebih besar pasti lebih aman, toh?
ADVERTISEMENT
Penasaran, deh, waktu musim 1994/95 dan 2004/05 itu Liverpool finis di peringkat berapa?
Pertanyaan bagus. Pada 1994/95, mereka finis di peringkat empat (dan merebut trofi Piala Liga Inggris), sedangkan pada 2004/05 mereka menyelesaikan musim di urutan lima (tapi juara Liga Champions).
Namun balik lagi, skuat The Reds musim ini lebih padu dan lebih kompak dari dua musim tersebut. Mestinya, para penggemar mereka bisalah tetap optimistis dengan gelar juara Premier League.
Well, tetap hati-hati jangan sampai terpeleset (lagi) saja. Kalau menurut kalian, bagaimana?
----
Mau nonton bola langsung di Inggris? Ayo, ikutan Home of Premier League. Semua biaya ditanggung kumparan dan Supersoccer, gratis! Ayo buruan daftar di sini. Tersedia juga hadiah bulanan berupa Polytron Smart TV, langganan Mola TV, dan jersey original.
ADVERTISEMENT