Manusia Boleh Berencana, tapi Jan Oblak yang Menentukan

Supersoccer
Situs web sepak bola terlengkap menampilkan berita sepak bola internasional, preview highlights pertandingan ligaEropa, klub dan pemain, statistik pertandingan.
Konten dari Pengguna
1 November 2019 20:00 WIB
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Supersoccer tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi seblak. Foto: Instagram/@julietmidwife87 dan @henjiwong
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi seblak. Foto: Instagram/@julietmidwife87 dan @henjiwong
ADVERTISEMENT
Seblak adalah kuliner pedas Indonesia yang sedang hits, terutama di Bandung dan Jakarta. Rasanya yang pedas tak jarang bisa membikin siapa pun yang memakannya jadi keringatan, geregetan, dan tak jarang mengalami peningkatan emosi berlebihan.
ADVERTISEMENT
Bahkan bisa jadi, makan seblak membikin orang jadi teringat mantan. Eh…
Maklum. Sebab untuk sebagian orang, kata-kata putus dari mantan bisa terasa lebih pedas daripada cabai jenis apa pun di dunia. Bikin keringatan, geregetan, dan tak jarang membikin air mata tumpah berlebihan.
Ehem. Balik lagi ke seblak. Para pencintanya pastinya bakal merindukan kuliner khas Sunda yang terbuat dari kerupuk basah yang dimasak dengan sayur atau mi ini jika suatu saat merantau ke negara lain.
Ke Spanyol, misalnya. Di sana enggak ada itu yang namanya seblak. Adanya Oblak. Jan Oblak.
Kiper Atletico Madrid, Jan Oblak. Foto: REUTERS/Javier Barbancho
Oblak ini bukan nama makanan, ya. Ini nama pesepak bola. Penjaga gawang asal Slovenia yang kini membela Atletico Madrid.
ADVERTISEMENT
Namun, performa Oblak di bawah mistar mirip seperti seblak. Bikin pemain dan penggemar tim lawan jadi keringatan, geregetan, dan tak jarang mengalami peningkatan emosi berlebihan.
Tak pelak, Oblak layak disebut sebagai salah satu ‘tembok’ terkokoh di Eropa. Ya, manusia boleh berencana, tetapi Jan Oblak-lah yang menentukan hasilnya: Gol atau tidak gol. Dan seringnya tidak gol.
Membela Atletico sejak musim 2014/2015, hingga kini Oblak sudah mencatatkan 126 kali nirbobol dari 222 laga lintas kompetisi. Artinya, lebih dari 50 persen laga dilalui Oblak tanpa kebobolan, meski jumlah kebobolannya mencapai 146 gol.
Boleh dibilang, Oblak adalah pahlawan dalam senyap. Saat semua orang sibuk berdebat siapa yang paling hebat di antara Manuel Neuer atau Andre Ter Stegen, Oblak tidak lantas mendaku sebagai yang terhebat di dunia.
ADVERTISEMENT
Oblak memilih fokus terus bekerja, bekerja, dan bekerja daripada banyak bicara. Hebat, bukan? Andai dia bisa bikin mobil, mungkin dia bisa jadi presiden suatu saat nanti. Ups.
Andai Oblak ini public figure, dia bukan tipe orang yang suka cari sensasi. Ia lebih memilih aksi. Membalas bacotan warganet dengan karya, alih-alih cari sensasi dengan mengaku bisa ke Amerika Serikat hanya dalam waktu 8 jam. Eh…
Kiper Atletico Madrid asal Slovenia, Jan Oblak. Foto: AFP/Pierre-Philippe Marcou
Satu hal yang patut ditiru Oblak adalah ia tidak membeda-bedakan lawan. Ia tidak membedakan Real Madrid, si Juara Liga Champions 13 kali; dengan tim semacam Lokomotiv Moscow, misalnya, klub dari negeri nun jauh di dataran Siberia.
Saat Karim Benzema mengancam gawang ‘Los Rojiblancos’ dalam laga El Derbi Madrileno pada Oktober lalu, ia sanggup menepis tendangan penyerang Prancis itu dengan baik. Ketika pemain Lokomotiv, Grzegorz Krychowiak, mengarahkan bola ke gawangnya, ia tetap berjibaku menyelamatkan, alih-alih menunduk takut.
ADVERTISEMENT
Ada cerita menarik ketika Oblak membela Timnas Slovenia kontra Polandia pada 6 September 2019. Itu adalah kali pertama ia menjabat kapten timnas.
Dalam laga itu, Slovenia menang 2-0. ‘Monster’ macam Robert Lewandowski, yang sudah mencetak ratusan gol sepanjang kariernya, tak mampu menyarangkan sebiji gol pun ke gawang yang dikawalnya.
"Setiap pesepak bola, bahkan yang terbaik di dunia (termasuk Lewandowski), dapat dihentikan jika anda bermain dengan baik sebagai sebuah tim, sama seperti kita (Slovenia saat ini),” ujarnya sambil menolak jemawa, dilansir media lokal Slovenia, SiolNet.
Ya, kegemilangannya tak lantas membuat Oblak menunjuk hidungnya sendiri dan berkata, “Iya, Lewandowski gagal jebol gawang Slovenia di masa jabatan saya!”. Enggak, Oblak enggak gitu.
Jan Oblak jadi kapten dalam laga Slovenia kontra Polandia. Foto: Instagram/@oblakjan
Usai laga kontra Polandia itu, Oblak memberi jersinya kepada fans cilik. Lucunya, ketika ditanya wartawan, Oblak menunjukkan lagi sisi baik hatinya.
ADVERTISEMENT
"Aku tidak mengoleksi jersiku. Kurasa aku tidak punya jersi di rumah. Aku lebih suka menyumbangkannya. Aku percaya itu sangat berarti bagi yang kamu inginkan. Senang melakukannya setelah laga," ungkapnya.
Beda banget sama kita yang punya koleksi jersi banyak banget di lemari, tapi pas main bola atau futsal…. aduh, boro-boro jago, jelek aja belum. Yang penting gaya, skill belakangan. Wah, itu sih enggak ada dalam kamus Oblak.
Pada akhirnya, kisah Oblak ini memberi hikmah kepada kita. Salah satunya, kerja keras lebih penting dibandingkan pencitraan.
------
Mau nonton bola langsung di Inggris? Ayo, ikutan Home of Premier League. Semua biaya ditanggung kumparan dan Supersoccer, gratis! Baca syarat dan ketentuannya di sini. Tersedia juga hadiah bulanan berupa Polytron Smart TV, langganan Mola TV, dan jersey original.
ADVERTISEMENT