Prinsip dan Arti Menjadi Pelatih bagi Carlo Ancelotti
21 Juni 2020 19:21 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Ya, mau bagaimana lagi? Ancelotti juga sempat resah dengan situasi pandemi corona yang membikin kompetisi sepak bola sempat ditangguhkan.
Jadi, sedikit bercanda bisa menjaga kewarasan, bukan? Namun tenang saja, dengan kembalinya Premier League, dia mengaku stresnya sudah mulai turun.
"Sepanjang karierku, aku bisa mengendalikan stres sebagai manajer dan menikmati semuanya. Akan tetapi, situasi ini (pandemi corona) membuatku punya lebih banyak waktu untuk berkonsentrasi pada diriku sendiri," kisah pelatih yang mengaku punya masalah lutut itu.
Ya, harusnya, pelatih 61 tahun itu berpusing-pusing ria memikirkan taktik untuk laga-laga Everton sepanjang Maret-Mei lalu. Nah, dengan ditangguhkannya kompetisi, Ancelotti malah berkonsentrasi memulihkan 'penyakit tua'-nya.
Hasilnya, kini si pelatih Everton mengaku sudah lebih sehat. Tak cuma secara fisik, tetapi juga secara mental.
Balik lagi soal dunia kepelatihan, pokoknya, tidak ada pekerjaan yang lebih baik selain menjadi sepak bola bagi Carlo Ancelotti. Dia punya alasan kuat untuk tetap bertahan di 'jalan ninjanya' ini sejak tahun 1995.
ADVERTISEMENT
"Kamu melatih karena sebenarnya kamu ingin bermain. Aku sebetulnya maunya, sih, main, bukan berada di belakang layar, tetapi aku sudah 61 tahun. Karena itulah, menjadi pelatih adalah acara menjaga gairah itu tetap hidup," tuturnya.
Lantas, apa prinsip kepelatihan eks juru latih AC Milan tersebut?
"Jika tercipta hubungan baik, mereka akan memahaminya dengan jelas. Jika tidak, itu bakal lebih sulit. Kamu harus bisa berkomunikasi, terbuka, fleksibel, tidak kaku. Jika kamu terlalu kaku, pemain tidak akan yakin," sambungnya.
Dengan berkata seperti itu, Ancelotti bisa dibilang adalah antitesis dari Pep Guardiola. Sejumlah eks pemainnya pernah bilang bahwa pelatih berdarah Catalunya itu tidak dekat dengan pemain, hubungan yang dibina sebatas profesionalisme di tempat kerja.
ADVERTISEMENT
Ya sudahlah. Semua punya prinsip masing-masing. Namun kalau bicara soal gairah, keduanya jelas punya passion besar di dunia sepak bola dan mencintai profesi sebagai pelatih.
---