Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Robert Huth, Pesepak Bola Jerman 'Paling Inggris' Pada Masanya
24 Desember 2019 14:42 WIB
ADVERTISEMENT
Robert Huth mungkin bisa dibilang sebagai orang Jerman yang paling British. Soalnya, selama 16 musim berkarier sebagai pesepak bola profesional, Huth tidak pernah menjajal liga lain, kecuali Premier League .
ADVERTISEMENT
Total, ada empat klub Premier League yang pernah dibela pria kelahiran Berlin Timur ini sejak 2002 hingga 2018. Tak pelak, ini membuat Huth tercatat sebagai pesepak bola Jerman dengan jumlah penampilan terbanyak di Premier League (322 laga).
Memang, sih, pria yang mengaku sebagai penggemar Werder Bremen ini pernah menimba ilmu di akademi dua klub Jerman, VfB Fortuna Biesdorf dan Union berlin. Namun sejak tahun 2001, Huth pindah ke akademi Chelsea dan memulai karier profesionalnya bersama The Blues.
Merajut mimpi dan menjemput rezeki di negeri orang, nih, namanya. Lebih baik hujan emas di negeri orang, daripada hujan batu di negeri sendiri.
Pada 11 Mei 2002, Huth menjalani debutnya bersama Chelsea dalam laga kontra Aston Villa di Stamford Bridge. Pria kelahiran 18 Agustus 1984 itu masuk menggantikan Jesper Gronkjaer dalam laga yang dimenangi The Villans dengan skor 1-3 itu.
ADVERTISEMENT
Asal tahu saja, waktu itu Chelsea masih biasa-biasa saja. Tahun segitu, kubu 'London Biru' belum ngerasain nikmatnya ‘duit miliuner asal Rusia’.
Selama lima musim memperkuat Chelsea, Huth kesulitan menembus tim utama. Apalagi setelah mereka mendapat kucuran dana segara dari Roman Abramovich. Namanya kian tersingkir seiring kedatangan bek-bek yang lebih tangguh.
Memang, sih, Huth juga kecipratan medali juara Premier League 2004/05 dan 2005/06. Namun tetap saja, siapa, sih, yang betah berlama-lama duduk di bangku cadangan?
Huth lalu memutuskan hijrah ke Middlesbrough pada musim 2006/07. Niatnya, sih, memperbaiki nasib, tetapi ternyata dia juga di sana sulit bersaing. Kalau kata Wali Band, “Oh Tuhan~ Inikah cobaan~”.
Kariernya baru mulai membaik saat membela Stoke City sejak awal musim 2009/10 hingga pertengahan 2014/15. Pria yang pada masa remajanya pernah menjadi anak gawang ini menjelma sebagai salah satu pilar andalan di lini belakang The Potters.
ADVERTISEMENT
Huth turun laga 188 kali di lintas kompetisi dan mencetak 18 gol. Dia bahkan berpeluang mempersembahkan trofi juara untuk Stoke City, andai mereka tidak dikalahkan Manchester City 1-0 di final Piala FA 2011.
Pada Februari 2015, Huth hijrah ke Leicester City . Bersama klub berjuluk The Foxes inilah, Huth menggapai puncak kariernya.
Ya, Huth adalah bagian dari skuat Claudio Ranieri yang menjuarai Premier League musim 2015/16. Gelar ini mungkin terasa lebih manis ketimbang gelar yang sama yang pernah dirasakannya bersama Chelsea.
Sebab, saat itu, perannya bukan lagai sebagai penghangat bench, melainkan andalan di lapangan. Ditambah lagi, status Leicester City adalah underdog.
Sungguh senang tiada terkira rasanya kala kita bisa mementahkan prediksi banyak orang. Sungguh puas tiada terungkapkan kala kita bisa menampar mata orang-orang yang memandang sebelah mata.
ADVERTISEMENT
Satu pantun untuk Robert Huth: Siapa masak telur dadar, alangkah baiknya bagi-bagi; barang siapa yang bersabar, maka dia akan mendapat rezeki.
Kariernya memasuki fase senja kala pada musim 2017/18. Cedera parah di bagian pergelangan kaki memaksanya tidak bisa turun laga sama sekali pada musim tersebut.
Huth bahkan memilih meninggalkan King Power Stadium pada Juni 2018. Sayang sekali, padahal mungkin, Huth masih bisa main semusim atau dua musim lagi di Premier League --jika tak cedera parah tentunya.
Akhirnya, Huth memutuskan gantung sepatu pada Januari 2019. Mengucapkan selamat tinggal pada olahraga yang telah belasan tahun memberinya penghidupan.
Tapi tunggu dulu, andaikan enggak cedera, apakah bakal ada kemungkinan Huth main di Bundesliga Jerman sebelum pensiun? Kayaknya enggak juga, deh. Soalnya, Huth pernah bilang bahwa Bundesliga itu membosankan.
ADVERTISEMENT
Ada-ada saja si Huth ini. Bundesliga, kok, dibilang membosankan. Memancing tapi enggak dapat-dapat ikan itu baru membosankan. 'Nembak' cewek tapi ditolak terus itu baru membosankan. Ambyar!
“Sejujurnya, saya pikir Bundesliga membosankan. Dalam 95 persen kasus, Bayern (Muenchen) memenangkan pertandingan," katanya kepada Bild dilansir Daily Mail.
Oh, salah. Mungkin yang ditonton Huth itu bukan Bundesliga. Tapi Bayernliga.
“Di Inggris, levelnya jauh lebih tinggi dan siapa pun bisa mengalahkan siapa pun. Permainan di Inggris bisa lebih banyak mengalir. Itu keren sekali. Saya menikmati semua memar saya setiap pekan,” lanjutnya.
Ya, wajar, sih. Sangat sulit untuk bisa melihat ada klub seperti ‘Leicester City 2015/16’ di Jerman. Selain itu, gaya bermain Huth juga dinilai ‘sangat Inggris’. Jadi mungkin, belum tentu juga Bundesliga cocok untuk Huth.
ADVERTISEMENT
"Dia memiliki gaya bermain yang sangat Inggris, tidak seperti di Jerman, di mana bek tengah harus menjadi playmaker. Robert bukan playmaker, tapi pemain bertahan yang memenangkan tekelnya dengan keras,” kata Sebastian Kneissl, rekan Huth saat di tim junior Chelsea, dalam sebuah wawancara dengan Spox.com dilansir DW.
---
Mau nonton bola langsung di Inggris? Ayo, ikutan Home of Premier League . Semua biaya ditanggung kumparan dan Supersoccer , gratis! Ayo buruan daftar di sini . Tersedia juga hadiah bulanan berupa Polytron Smart TV, langganan Mola TV , dan jersey original.